Start

Rabu, 11 November 2015

Dakwah Bil Mujadalah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dakwah merupakan tugas kita bersama untuk menjadikan manusia melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Namun dalam perjalanan menyampaikan suatu kebaikan, harus bisa melihat situasi dan kondisi tempat dan sasaran dakwah dengan tepat. Dalam menyampaikannya tidak sembarang begitu saja, terdapat beberapa metode bagaimana caranya agar dakwah tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Adapun caranya, bisa melalui dengan bil-hikmah, mauidzoh khasanah, dan mujadalah atau yang biasa kita kenal dengan berdebat dengan cara yang baik.  Dalam mujadalah ini sangat diperlukan sekali untuk para juru dakwah yang akan berinteraksi langsung dengan si penerima dakwah. Dalam mujadalah pun di dalamnya terdapat suatu perdebatan mengenai masalah agama yang masih perlu diperdebatkan. Dan tentunya harus mempunyai landasan yang tepat agar mujadalah ini bisa dilakukan dengan baik dan tanpa adanya kekecewaan antar dua belah pihak.
Oleh karean itu, perlulah disusun makalah mengenai mujadalah ini agar para juru dakwah dapat memahami dan melaksanakan dakwah dengan cara mujadalah yang sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan.
B.     Rumusan Masalah
Dalam penyusan makalah tentang mujadalah ini, mempunyai rumusan masalah, sebagai berikut :
1.      Bagaimana dakwah dengan cara mujadalah menurut metodolgi dakwah Islam ?

C.    Tujuan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini mempunyai tujuan agar pembaca bisa memahami dan mengaplikasikan apa itu dakwah melalui mujadalah.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode dan Dakwah
Al-uslub (metode) adalah kata yang berasal dari fi’il (kata kerja) salaba yang artinya menang atau membunuh. Sedangkan al-istilab adalah al-ikhtilas atau al-salb yang artinya adalah berjalan pelan namun cepat. Sedangkan al-uslub adalah cara atau seni. Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan, cara). Sumber lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Dalam bahasa latin metode berasal dari kata methodus yang berarti cara atau jalan. Sedangkan dalam bahasa inggris method dijelaskan dengan methode atau cara[1].
Menurut al-Bustaniy, perkataan dakwah adalah perkataan Arab yang pada asalnya berarti seruan, panggilan, jemputan atau undangan. Manakala dari segi istilah pula, para ulama telah mengemukakan beberapa definisi. Menurut al-Ghalwasy, perkataan dakwah dua pengertian, yaitu agama Islam dan kegiatan menyebarkan agama Islam. Sheikh Prof. dr. Abdul Karim Zaidan pula menyatakan bahwa dakah ialah panggilan atau seruan ke jalan Allah ta’ala. Yaitu agama Islam, agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Manakala menurut Al-Ansari, usaha membentuk perbuatan atau percakapan untuk menarik manusia kepada kebaikan dan mendapat petunjuk Allah Ta’ala dalam kehidupan mereka[2]
Jadi, dari beberapa pengertian yang telah disebutkan saya mengartikan bahwa dakwah merupakan usaha seseorang untuk menyampaikan suatu kebaikan agar orang yang diajak tersebut bisa mengikuti dan menjalankan suatu kebaikan yang telah disampaikan tersebut.

            Kaitannya dengan metode dakwah, ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, antara lain:
Ø  Menurut Al-Bayanuni metode dakwah adalah cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi dakwah.
Ø  Menurut Said bin Ali al-Qahthani, metode dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.
Ø  Menurut ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah (Uslub al-da’wah) adalah ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya.
Banyaknya ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi dari sekian banyak ayat yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metodologi dakwah. Tentunya metodologi tersebut sebaiknya tidak dilewatkan oleh para juru dakwah demi kesuksesan dakwahnya. Ayat al-Qur’an yang dimaksudkan adalah QS. An-Nahl : 125. Begitu pentingnya ayat tersebut untuk kepentingan metodologi dakwah sehingga kita harus memahaminya lewat pendekatan tafsir. Dari situlah kita akan dapat mengenal garis besar metodologi dakwah Islam. Sebagai langkah awal dalam memperbincangkan ayat tersebut, kita sebaiknya mengetahui kosa kata yang terdapat pada ayat tersebut. Lewat konteks etimologis dan terminologis. Sehingga dengan metodologi kajian seperti itu, kita akan mengetahui keistimewaan ayat tersebut, disamping untuk menghindari kerancuan pemikiran kita, juga untuk menjauhi penyimpangan dari jalan yang benar dalam memahami makna, maksud dan hikmah yang ada dalam al-Qur’an.[3]
B.     Mujadalah
Al-Mujadalah berasal dari perkataan jadal yang bermaksud berdebat, berselisih, dan berbalah. Tetapi, mujadalah dalam konteks dakwah pula bermaksud diskusi atau bertukar pikiran dan pendapat[4].
Dakwah bil Mujadalah adalah berdakwah dengan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya. Sayid Qutub menjelaskan dalam Fi zhilal Al-Qur’an tentang cara dialog yang baik, yaitu bertukar pikiran (dialog yang lembut tidak memberatkan pihak yang diajak berdialog dan tidak melecehkannya). Tujuan dari mujadalah adalah untuk menyingkapi kebenaran kepada subyek dan obyek dakwah keduanya sanggup menerima kebenaran dengan lapang dada, perlu diperhatikan oleh seorang da’I bahwa berdialog bukan untuk memenangnkan pendapat pribadi dan mengalahkan pihak lain tetapi mengunggulkan kebenaran islam. Da’I tidak boleh terlalu ambisius tetapi bersikap tenang sehingga tidak kehilangan control diri. Tugas utama seorang da’I adalah menjelaskan risalah dengan cara yang terbaik, urusan diterima atau tidaknya risalah tersebut hanya Allah yang mengetahui orang yang sesat dari jalannya dan mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Keutamaan berdebat (mujadalah) terletak pada kemenangannya dalam mempertahankan banteng islam. Oleh sebab itu, seorang da’I dalam menggunakan mujadalah ini diharuskan memiliki persiapan-persiapan sebagai berikut :

a.       Memiliki kemampuan dan ketrampilan tentang teknik debat yang baik.
b.      Menguasai betul tentang materi dakwah. Mengetahui kelebihan dan kelemahan musuh dan sebagainya[5].

Al-Qur’an telah mempertimbangkan dan membuat perhitungan khusus atas orang-orang kafir dan para pengikut akidah sesat. Al-Qur’an tahu para juru dakwah pasti akan saling berbenturan dengan mereka, karena kontradiksi keyakinan mereka dengan dakwah itu sendiri, baik karena perbedaan pemikiran mereka dengan dakwah maupun karena arah dakwah yang berlawanan dengan akidah atau keyakinan mereka. Al-Qur’an telah mengantisipasi itu semua dengan seksama. Bahkan al-Qur’an pun telah mengetahui akibat yang akan dialami oleh para juru dakwah bersama orang-orang kafir dan sesat itu bila tabiat mereka dibiarkan begitu saja[6].
Ajakan untuk mengikuti jalan yang terbaik dalam berdebat, berdiskusi, dan pertentangan pemikiran bukanlah sesuatu yang baru dalam Al-Qur’an. Ia juga bukan ajakan yang terbatas pada ruang lingkup dakwah saja. Bahkan, ajakan mengikuti jalan yang terbaik merupakan ajaran al-Qur’an yang harus dilaksanakan manusia dalam semua hubungannya dengan sesamanya dalam berbagai medan pertentangan[7]. Itulah ajakan Allah Swt kepada manusia lewat firmannya Qs. Fushilat : 34, yang artinya :
“Tidaklah [kejahatan itu] dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan [itu] seolah-olah telah menjadi kawan yang sangat setia”.
Dalam surat Al-Isra’: 53, yang artinya :
“ Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengatakan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.
Dan dalam surat Az-Zumar : 55, yang artinya :
“ Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”.






BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Dakwah merupakan usaha seseorang untuk menyampaikan suatu kebaikan agar orang yang diajak tersebut bisa mengikuti dan menjalankan suatu kebaikan yang telah disampaikan tersebut.
            Kaitannya dengan metode dakwah, ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, antara lain:
Ø  Menurut Al-Bayanuni metode dakwah adalah cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi dakwah.
Ø  Menurut Said bin Ali al-Qahthani, metode dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.
Ø  Menurut ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah (Uslub al-da’wah) adalah ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya.
Seorang da’i dalam menggunakan mujadalah ini diharuskan memiliki persiapan-persiapan sebagai berikut :
a.       Memiliki kemampuan dan ketrampilan tentang teknik debat yang baik.
b.      Menguasai betul tentang materi dakwah. Mengetahui kelebihan dan kelemahan musuh dan sebagainya.
B.                 Saran
Seorang juru dakwah harus mempunyai pengetahuan agama yang luas, dan mampu memahamkan orang-orang yang masih ragu dalam menanggapi kebenaran yang disampaikan oleh para juru dakwah kepada penerima dakwah tersebut. Dengan mempunyai pengetahuan yang luas, maka ketika ada seseorang yang ingin mengajaknya untuk bermujadalah bisa diterima dengan baik dan bisa meluruskan kesalahpahaman yang terjadi tanpa adanya suatu perselisihan.

















[1] PDF, Samsuri,2010,Metode Dakwah Ali Bin Abi Thalib, Jakarta, hal 11
[2] Muslim Mukmin Muttaqin. Konsep Dakwah Dan Al-Mujadalah (Siri 1).2010.Amirosafwan.blogspot.in/2010/04/konsep-dakwah-dan-al-mujadalah-siri-1.html?m=1. 2 November 2015

[3] Fadhlullah, Muhammad Husain, 1997, Metodologi Dakwah dalam Islam, Jakarta, Lentera hal 38-39
[4] Muslim Mukmin Muttaqin. Konsep Dakwah Dan Al-Mujadalah (Siri 1).2010.Amirosafwan.blogspot.in/2010/04/konsep-dakwah-dan-al-mujadalah-siri-1.html?m=1. 2 November 2015
[5]PDF, Jiddan, Masrur 2009,Metode Dakwah Tgkh Muhammad Zaenuddin Abdul Majid, Yogyakarta, hal 11
[6] Ibid 49-50
[7] Muslim Mukmin Muttaqin. Konsep Dakwah Dan Al-Mujadalah (Siri 1).2010.Amirosafwan.blogspot.in/2010/04/konsep-dakwah-dan-al-mujadalah-siri-1.html?m=1. 2 November 2015

Tidak ada komentar: