Start

Senin, 10 Juni 2019

Wanita di dalam Al-Qur'an





#30HariMenulis_Hari_8
Tema : Review Buku

Judul : Wanita di dalam Al-Qur’an
Penulis    : Amina Wadud Muhsin
Penerbit : Penerbit Pustaka
Cetakan 1 : 1994 M / 1414 H
Halaman : 167 hal.

Buku ini merupakan hasil terjemahan oleh penerjemah yang bernama Yaziar Radianti dari Qur’an and Woman karya Amina Wadud Muhsin pada tahun 1992, yang diterbitkan oleh Fajar Bakti, Kuala Lumpur. Lalu diterbitkan kembali oleh Penerbit Pustaka pada tahun 1994 dengan menggunakan bahasa Indonesia pada cetakan pertama.

Buku dengan ketebalan 167 halaman ini merupakan  buku lama yang masih relevan untuk dibaca. Hal ini dikarenakan agar tersampaikannya pesan-pesan Qur’an secara substansial sesuai dengan tujuannya sebagai pedoman hidup umat manusia. Memahami isi al-Qur’an tidak cukup hanya sekedar memahami secara tekstual apalagi mengandalkan cocokologi belaka, melainkan harus melibatkan disiplin ilmu lainnya agar mampu menginterpretasikan al-Qur’an secara adil demi kepentingan hidup umat manusia baik laki-laki maupun perempuan.

Setelah membaca buku ini, saya sangat kagum dengan upaya penulis yang telah menyajikan hasil risetnya untuk merekontruksi pikiran pembaca dalam menginterpretasikan makna-makna tersembunyi yang terkandung di dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci yang sudah diakui secara universal.

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang muncul pada abad 14 tahun yang lalu patut kita hidupkan kembali dengan cara mengkajinya secara lebih mendalam. Jika tidak ada lagi yang memahami isi dan makna yang terkandung di dalam al-Qur’an, bagaimana mungkin pesan-pesan ilahi bisa tersampaikan dengan baik. Al-Qur’an harus tetap hidup dan menjadi petunjuk bagi kehidupan umat manusia tanpa dibatasi ruang dan waktu. Jika tidak, maka al-Qur’an akan tetap menjadi teks mati yang kehilangan tujuannya.

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw telah berhasil membawa perubahan kondisi sosial, moral, spiritual dan politik secara konkrit di wilayah arab pada saat itu. Perubahan-perubahan itu mampu mempengaruhi kawasan lainnya yang lebih luas dalam waktu yang sangat singkat. Al-Qur’an memang memiliki kekuatan sebagai pengubah dunia yang harus kita akui dan pahami secara bersama.

Ada dua implikasi penting yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca dalam studi khususnya mengenai masalah wanita dalam al-Qur’an. Pertama, sebagai satu bentuk usaha memelihara relevansi kandungan al-Qur’an dengan kehidupan manusia, al-Qur’an harus terus menerus ditafsirkan ulang dari masa ke masa. Kedua, kemajuan peradaban telah melukiskan betapa luasnya partisipasi wanita di masyarakat dan pengakuan atas pentingnya sumber daya wanita.

Al-Qur’an sejak 1400 tahun lalu telah berhasil menciptakan peradaban tinggi tentang peran dan partisipasi wanita yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’annya satu, tapi penafsiran atas nashnya sangatlah banyak. Jadi, jika ada penafsiran yang hanya menyudutkan dan membatasi peran dan partisipasi wanita dalam kehidupan sosial masyarakat pada hakikatnya bukan ayat-ayat al-Qur’annya yang membatasi kaum wanita, melainkan penafsiran atas nashnya yang menjadi penyebabnya, bukan al-Qur’an itu sendiri. Perlu ditekankan kembali, bahwa ayat-ayat dan prinsip-prinsip al-Qur’an tidaklah berubah, ia bersifat fleksibel dan universal, karenanya yang berubah adalah bagaimana kapasitas pemahaman dan perefleksian prinsip-prinsip ayat tersebut di dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu, untuk memahaminya pun tidak cukup hanya dari persepektif kebudayaan tunggal apalagi perspektif masyarakat Islam pertama pada zaman Rasulullah, melainkan harus dengan perspektif yang lebih berkeadilan bagi kedudukan manusia, laki-laki dan perempuan tentunya.

Jadi, bagi kaum wanita atau perempuan dimana pun anda berada Islam itu ramah terhadap kaum perempuan. Pedoman kitab sucinya pun memberikan banyak kemuliaan bagi kedudukan perempuan yang lebih manusiawi dari sebelumnya. Peran dan partisipasi sudah diakui sejak dulu kala. Jika laki-laki dan perempuan saling memiliki peran penting dalam menjalani roda kehidupan ini untuk lebih berimbang, kenapa harus ada diskriminasi yang mampu menghambat perkembangan potensi yang dimiliki oleh perempuan dalam peran dan partisipasinya ditengah masyarakat yang modern ini.

Semoga dengan banyak belajar, kita bisa terus membangun kesadaran yang lebih adil sejak dalam pikiran. Tidak saling menyudutkan dan menghegemoni salah satu manusia yang sama-sama memiliki peran dalam kehidupan panjang ini. Kita di mata Tuhan itu setara, tidak ada yang lebih tinggi diantara salah satunya. Itulah pesan-pesan yang dapat saya ambil dari membaca buku ini.
Semoga tidak puas.

#NulisAjaDulu #Peserta76 #Words630

Sabtu, 08 Juni 2019

Benda mati yang berdetak


Gambar diambil dari Bombastis.com


#30HariMenulis_Hari_6
Tema : Not Human

Aku adalah sesuatu yang mudah ditemui. Hampir manusia di belahan bumi manapun mengenalku bahkan hampir setiap manusia mencariku dan memilihku untuk selalu hidup bersama dalam berbagai fase kehidupan yang akan dilewatkan.

Aku tak mengerti betapa pentingnya kehadiranku untuk mengatur kehidupan manusia penghuni planet ini. Padahal aku tak mampu berbicara, mendengar pun aku tak bisa. Aku juga tak memiliki rasa seperti halnya manusia. Aku hanya bisa diam tanpa satu kata pun yang terlontar untuk para penghuni planet yang aku temukan. Aku bukan sesuatu yang bernyawa. Aku tak memiliki jantung yang selalu berdetak disetiap waktu.

Populasiku sangat banyak. Aku tidak diciptakan dalam satu bentuk yang sama. Aku memiliki banyak nama yang disesuaikan dengan tempat yang akan aku tinggali. Aku beragam bentuk dan hampir semua orang menyukai kehadiranku. Aku tau itu. Aku adalah keseimbangan dalam mengatur kehidupan banyak orang.

Aku ada. Aku hidup. Aku selalu diperhatikan setiap kali diperlukan. Selalu dipandang setiap kali ada yang diharapkan. Aku tidak memiliki umur yang panjang. Hidupku tergantung bagaimana manusia memperhatikanku. Jika aku mati, manusialah yang mampu menghidupkannya kembali dengan memberiku daya sesuai dengan kebutuhanku.

Aku tak pernah bertanya. Tapi aku sendiri selalu banyak ditanya oleh orang-orang yang gelisah, terburu-buru, dan banyak hal. Meskipun pertanyaan itu tidak ditujukan padaku, tapi aku tau bahwa aku selalu dipertanyakan. Aku sudah terlalu percaya diri atas kehadiranku yang sangat penting untuk para penghuni planet yang mengatasnamakan dirinya sebagai manusia yang berakal dan memiliki banyak aturan.

Kau mengenalku? Tentu saja iya.
Tak mungkin bisa hidup teratur tanpa mengaturku terlebih dahulu.
Akan aku beri tahu bagaimana wujudku. Sepertinya kau sudah jenuh ingin mengenal siapa diriku dan bagaimana wujud rupaku. Aku adalah benda mati. Yah benda mati. Biasanya aku diletakkan disebuah ruangan yang mudah ditemui banyak orang. Aku ini bisa bersanding dengan benda-benda mati lainnya. Tak perlu aku sebutkan.

Aku memiliki jarum yang bisa berputar setiap detik sekali. Setiap kali berputar aku selalu berdetak pelan dan akan begitu terdengar saat suasana sepi dan hening. Jarum yang aku miliki ada dua. Ada jarum panjang dan juga jarum pendek dengan fungsi dan pemaknaan yang berbeda. Tanpa aku sebutkan siapa aku. Kukira dengan ciri-ciri yang sudah aku sebutkan tadi kau bisa menebak siapa aku sebenarnya.

Inilah aku. Aku adalah jam dinding yang selalu setia menemani selama 24 jam penuh dalam perputaran roda kehidupan yang ada. Aku merasakan semua pahit manisnya kehidupan yang dialami oleh manusia. Aku tau semua itu. Aku berharap dengan adanya aku bisa memberikan kemudahan dalam membagi waktu selama satu hari penuh. Aku tak suka diabaikan dan dibiarkan tanpa melakukan tindakan saat jarumku tak pernah lelah  berputar.

Yah aku adalah benda mati yang berdetak.


#NulisAjaDulu
#Peserta76
#Words428



Jumat, 07 Juni 2019

Anggap saja angin lewat


Gambar diambil dari Tribun Jateng.com



#30HariMenulis_Hari_5

Tema : Eavesdropper
( tulislah mengenai percakapan yang pernah tak sengaja anda dengar )

"Perempuan ga perlu sekolah tinggi-tinggi lagi, lagian kalau udah nikah nanti juga cuman ngurus dapur sama ngurus suami di rumah".

Salah satu percakapan ini sempat aku dengar ketika masih sekolah dulu. Saat ini pun ungkapan seperti ini masih banyak kita temui di masyarakat. Coba kroscek sendiri. Kenapa sih ketika perempuan ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi selalu mendapatkan respon yang sependek itu. Padahal pendidikan itu hak semua warga negara baik laki-laki maupun perempuan. Jika akses pendidikan untuk perempuan saja masih dihalangi, bagaimana mungkin perempuan memiliki kemajuan dalam berpikir seperti halnya laki-laki yang bebas bergerak sana sini tanpa direndahkan oleh tradisi dan struktur sosial yang menghukumi aktivitasnya. Padahal untuk melakukan suatu perubahan besar dalam kemajuan suatu negara harus melibatkan peran laki-laki dan perempuan secara setara, baik setara dalam akses pendidikan ataupun akses lainnya yang mampu mewujudkan kemajuan secara bersama tanpa memandang jenis kelamin yang ada. Dudududu

"Sekolah terus, awas nanti lupa nikah loh".

Jleb. Lah apa hubungannya sekolah lanjut terus  nanti lupa nikah. Lagian mau nikah atau tidak itu hak privat individu loh, ga perlu ikut mencampuri hal-hal yang sifatnya privasi. Toh kalau pun mau nikah juga ga bakal dibiayai ini sama yang suka asal komentar macam itu.

Setiap orang memiliki zona waktu tersendiri. Ada yang lebih cepat menikah dalam usianya yang masih muda. Ada pula yang menikah diusia yang tidak lagi muda dengan segala bentuk kesiapan yang dimilikinya. Hidup ini beragam dan banyak corak loh. Jangan gitu-gitu aja, nanti bosan.

Semua orang akan menikah dengan segala keputusan dan ketepatan waktunya tersendiri. So, kita ga perlu menghakimi urusan orang lain kalau kita ga mampu memberikan kontribusi besar untuk kehidupan masa depannya.

"Sekolah udah tinggi, tapi tuh liat anaknya si ibu anu tetap aja jadi ibu rumah tangga, anteng di rumah terus ga jadi orang kantoran".

Ini lagi. Kenapa sindiran perempuan selalu datang bertubi-tubi sejak ia dilahirkan sampai ia dikebumikan. Duh. Dunia ini ga ada habisnya nyinyirin perempuan atas segala pilihannya.

Asal tau aja, menjadi ibu rumah tangga itu baik, mulia dan juga tidak bisa dinilai harganya oleh apapun. Jika menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan bagi beberapa perempuan yang berpendidikan tinggi. Hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Perempuan berhak atas segala pilihannya, yang patut dipermasalahkan adalah omongan orang-orang yang tidak bisa dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri. Melakukan perubahan aja enggak, bisanya cuma nyinyir. Cape deh.

Ada lagi nih.

"Mending kerja aja, bisa dapat banyak duit dari pada kuliah malah ngeluarin banyak duit, sayang-sayang aja".

Ungkapan ini sempat spontan diungkapkan  oleh seseorang kepada temanku ketika  baru saja memarkirkan motor di halaman rumahnya. Ia baru saja pulang kuliah bersamaku.

Aku diam sejenak dan menarik nafas panjang untuk menenangkan kenyataan yang begitu banyak penghakiman atas hidup orang lain. Realistik banget memang perkataan yang dilemparkannya itu. Tapi, berkontribusi positif ga yah? Kukira tidak sama sekali. Enyahkan saja. Anggap aja angin lewat.

Kerja yang dikenal oleh sebagian orang tertentu adalah suatu aktivitas yang mampu menghasilkan materi yang banyak tanpa memikirkan edukasi apa yang ia dapatkan selama proses bekerja. Padahal, kerja tidak melulu persoal materi, melainkan aktualisasi diri dalam peningkatan potensi diri pun itu bisa dinamakan kerja.

Jika kita kuliah untuk menggali potensi agar bisa meningkatkan kualitas diri berarti kita sudah dinamakan bekerja, bekerja untuk diri kita sendiri. Kerja itu ya melakukan sesuatu ke arah yang lebih produktif. Mau itu produktif secara materi ataupun secara hal lainnya seperti produktif dalam berpikir, berkarya dan lainn sebagainya.

So, yang sedang berjuang menuntut ilmu jangan pesimis hanya karena omongan orang yang tidak berkontribusi apapun untuk diri kita. Hidup ini seperti panggung sandiwara itu benar, kita yang sedang asik dipanggung penonton cuma bisa teriak-teriak sampe serak pun mereka ga akan perduli dengan keadaan dirinya sendiri.

Selamat menikmati kehidupan dari aku yang cuma pengangguran dalam beberapa pekan.

Oh ya selamat lebaran dan juga liburan ...
Semoga bahagia dan sehat selalu untuk badan dan pikiran ...


#NulisAjaDulu
#Peserta76
#Words655

Senin, 03 Juni 2019

La la la la la


#30HariMenulis_Hari_4

Tema : Random Pages
(“Ambillah sebuah buku, buka halamannya secara acak, dan menulislah dari kalimat pertama yang anda lihat”)

Cinta itu memerdekakan dari tumpukan keinginan.
(diambil dari Novel Terbang Bersama Cinta karya Muhiddin M. Dahlan Hal. 57)

Merdeka!
17 agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Mer ... de ... ka ... Sekali merdeka tetap merdeka. Selama hayat masih dikandung badan. Kita tetap setia, tetap setia mempertahankan Indonesia. Kita tetap setia, tetap setia membela negara kita.

La la la la la la la la

Semoga tidak ada yang lupa dengan lagu kemerdekaan yang telah dinyanyikan secara auto oleh pembaca. Pede amat! Emang ada yang mau baca tulisan receh ini. Jangan sok iye lah. Coba berkaca lagi kamu itu siapa. Aneh. Mau bahas cinta kok malah disuruh nyanyi lagu kemerdekaan. Apa hubungannya? Namanya juga cinta, apapun yang berkaitan dengan kehidupan umat manusia beserta racun-racunnya bisa dikaitkan dengan cinta. Mau percaya boleh, ga percaya sekali pun ga masalah. Sekali lagi, karena cinta itu memerdekakan juga membebaskan manusia untuk tetap bereksplorasi dalam segala hal. Entahlah. Dasar manusia. Kalau bahas soal cinta, pasti banyak protes sekaligus banyak sukanya juga. Ga usah gengsi. Jujur aja. Hampa loh hidup tanpa cinta. Kalau kata Rhoma Irama “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”. Malah nyanyi lagi. Kamu itu gimana sih. Suara sumbang juga. Itu mah kata pujangga, lah kalau bukan pujangga mungkin biasa aja. Masa? Masa bodoh.

Yah. Cinta itu memerdekakan. Layaknya kemerdekaan suatu negara yang terlepas dari jeratan para penjajah yang telah lama menguasai dengan segala bentuk perbudakan manusia yang tidak berkeadilan dan tidak berperikemanusiaan.
Manusia dengan segala bentuk keinginan adalah satu hal lumrah yang dapat dimaklumi oleh banyak orang. Akan tetapi, tidak semua keinginan mampu menuntun orang-orang untuk lebih produktif dan hidup dalam kemajuan, melainkan hidupnya hanya diperbudak oleh segala keinginan semata. Keinginan yang dimaksudkan bisa berupa rumah mewah, mobil mentereng, handphone canggih, pakaian branded, dan keinginan lainnya yang sangat manusiawi.

Banyaknya keinginan itu sangat menyakitkan, sangat menyiksa. Dengan cinta, keinginan kita diarahkan kepada hal yang produktif. Cinta mengarahkan keinginan untuk selalu berada di jalan yang baik.

Lalu, apa saja keinginan yang diproduksi oleh cinta?

Muhiddin menjelaskan :
Keinginan untuk selalu membantu dan menafkahi orang lain, keinginan untuk selalu menjadi orang bertakwa, keinginan untuk terus memperluas wacana dan wawasan agar hidup tidak kerdil; karena hidup yang kerdil tidak bisa menyumbang apa-apa dalam masyarakat selain menambah data kemunduran dan kebodohan belaka. Keinginan seperti itulah yang memerdekakan.

Boleh jadi kita tidak memiliki banyak harta atas pilihan yang dituntunkan oleh cinta itu. Tapi, yakinlah bahwa kekayaan yang kita taburkan kepada sesama dalam bentuk amal kebajikan akan selalu terkenang dalam ingatan sejarah, ia tetap diperhitungkan.

Menurutnya, jadikan cinta sebagai kekuatan yang memerdekakan kita dari ketertindasan yang memenjara. Kemerdekaan adalah hak asasi yang harus kita nikmati. Anda tak mungkin kreatif jika tidak ada kebebasan. Dengan cinta dan semangat mencintai hidup, dobrak penjara dan enyahkan semua jeruji penutup kreativitas diri itu.


Cinta itu luas maknanya ya. Bukan sekedar urusan asmara antar dua insan yang saling bilang I love you, lalu dibalas love you too. Kan garing. Sudah ya. Mari terbang bersama cinta kalau kata Muhiddin.




#NulisAjaDulu
#Peserta76
#Words 526

Minggu, 02 Juni 2019

Sampah Tak Bertuan



Gambar diambil dari harian.analisadaily.com


#30HariMenulis_Hari_3

Selama kita tinggal di bumi, apakah kita sempat memikirkan nasib sampah yang kita produksi setiap hari? Kemanakah sampah akan bermuara? Udah kaya lautan aja pake bahasa bermuara. Yah! lautan sampah maksudnya.

“Ah tenang aja, kita kan udah buang di tempat sampah, nanti juga bakal ada yang angkut ini kok, ngapain kita repot-repot mikirin soal sampah!”

Kalimat di atas merupakan salah satu bentuk celetukan penghuni bumi yang rajin buang sampah pada tempatnya. Ada benarnya juga memang, sampah yang kita buang di tong sampah nanti juga akan diangkut oleh tukang sampah. Tapi, apakah soal sampah sudah selesai? Ternyata tidak. Proses pembuangan sampah dari sampah rumah-rumah, sampai diangkut oleh gerobak beralih ke truk lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir pun masalah sampah belum juga terselesaikan.

Bayangkan saja, tiap individu memiliki potensi untuk nyampah dalam setiap hari bahkan seperkian detik pun sampah sudah mampu dihasilkan. Coba kita perhatikan! Dalam keseharian, kita temukan sampah bekas jajanan kita sendiri, seperti sampah plastik es, kemasan makanan ringan, botol minuman dan segala bentuk sampah plastik lainnya yang mudah kita temukan setiap waktu. Terkadang kita mengabaikan begitu saja keberadaan sampah plastik yang ada disekitar. Iya kan? Karena aku pun termasuk pelakunya. Padahal jika dibiarkan begitu saja masalah sampah plastik akan berdampak serius dalam jangka waktu yang panjang.

Coba kita renungkan sejenak. Jika setiap individu berpotensi untuk nyampah, dari sekian ribu individu yang menempati satu kota saja, sudah berapa ton sampah yang akan dihasilkan? Belum lagi ditambah dengan kota-kota lainnya diseluruh penjuru kota yang ada di bumi. Bumi kita penuh sampah permisah! Lalu jika tidak ada lagi yang peduli pada bumi yang kita tinggali, bagaimana nasib bumi kita pada beberapa tahun yang akan datang? Masihkah bumi kita tetap lestari? apakah anak cucu kita dibiarkan menikmati bumi yang tercemari penuh racun hasil sampah yang sudah lama terurai tanpa penyelesaian?

“Udah gede kok  buang sampah sembarangan, nanti banjir loh!”, protes bocah 5 tahun ketika melihat orang dewasa buang sampah sembarangan di depan matanya. Seketika itu sampah pun ia ambil lalu dibuang pada tempatnya.

Dilihat dari penggalan kalimat di atas kesadaran akan pentingnya memperlakukan sampah sangatlah penting untuk kita tanamkan sejak dini. Jika tanpa kesadaran, sampai kapan pun sampah akan terabaikan dan tetap membiarkannya menumpuk sampai mengeluarkan bau busuk. So, masih ada kesempatan untuk memutus generasi yang suka buang sampah sembarangan menjadi yang lebih peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar.

Pertanyaannya, mengapa sampah begitu sangat banyak???

Hal ini disebabkan oleh teknologi produksi dan mesin yang terus berkembang setiap waktu.
Alurnya, barang makin mudah dibuat, barang makin bertambah banyak. Akan tetapi, masa pakai barang semakin lebih pendek. Maksudnya, orang-orang lebih cepat membuang barang lama untuk membeli barang baru yang lebih canggih atau lebih bagus. Apalagi saat ini ditambah banyak barang yang hanya untuk sekali pakai saja. Jadi, sampah yang dihasilkan pun semakin cepat dan semakin banyak dalam waktu yang singkat.

Asal tau saja, manusia sudah melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah sampah loh. Ada yang membuangnya ke sungai, mengubur sampah, membakarnya, sampai ada pula yang mendaur ulang sampah dari berbagai jenis sampah yang ada. Sampah organik, an organik dan sampah kertas.

“Manusia ga diam-diam aja kok!”

Apakah masalah sampah sudah selesai? Ternyata belum juga. Karena setiap cara yang sudah dilakukan selalu ada permasalahan yang akan diperoleh. Ternyata sulit juga yah untuk mengatasi masalah sampah.

Lalu, sebagai manusia penghuni bumi, hal kecil apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi keberadaan sampah?

Salah satu caranya adalah dengan mengurangi belanja. Tidak cepat membuang dan membeli barang baru hanya karena bosan. Lebih merawat barang yang ia miliki untuk selama mungkin. Memilah dan mendaur ulang sampah pun bisa tetap kita lakukan untuk meminimalisir keberadaan sampah. Kurangi penggunaan sampah plastik dalam keseharian. Jadi, setiap akan membeli sesuatu, diusahakan untuk selalu membawa kantong belanja yang berbahan kain, dengan seperti itu kita sudah bisa mengurangi sampah plastic. Bisa juga dengan mengikuti kegiatan peduli lingkungan bersama komunitas lingkungan hidup.
Kalau bukan kita yang menjaga bumi. Lalu siapa lagi?
Bagaimana menurutmu?

#Peserta76
#NulisAjaDulu
#Words 652

Kehilangan itu menyakitkan


Gambar diambil dari Gemintang.com


#30HariMenulis_Hari_2

Flat. Ide menulis hari kedua tak kunjung datang. Aku masih merasa kesulitan dalam menuliskan suatu hal. Jika ada yang merelakan waktunya untuk menuntunku menulis dengan senang hati aku akan mengikutinya. Tapi, tidak mungkin bisa, karena semua peserta yang mengikuti event 30 hari menulis ini semuanya hanya bertemu lewat dunia maya dengan kesibukan masing-masing di dunianya. Aku tidak boleh menyita waktu orang lain begitu saja dengan seenak jidatku sendiri. Aku harus tetap berusaha keras untuk bisa lanjut menulis dihari kedua ini. Perasaan minder dan malu setelah melihat tulisan orang lain yang luar biasa sudah pasti ada. Tapi, hal itu harus dijadikan sebagai motivasi pribadi untuk tetap berusaha menulis semampu yang kita bisa.

Yah! Kehilangan. Aku akan coba menuliskan sesuatu tentang kehilangan. Mari kita selami bersama.

Setiap dari kita pasti punya pengalaman bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang kita sayangi dan kita kasihi. Kehilangan ayah, ibu, anak, menantu, suami, istri dan siapa pun itu yang selama ini hadir dalam hidup kita. Bagaimana tidak? Karena seperti yang sudah kita tahu sebelumnya setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan yang akan hadir ditengah-tengahnya. Hanya orang-orang beruntung sajalah yang mampu hidup bersama dalam jangka waktu yang sangat lama, hingga menua bersama dengan yang kita cintai dan kita kasihi sampai Tuhan tak lagi menghendaki.

Aku yakin, Semua orang tidak menginginkan berpisah dengan orang-orang tersayang yang telah setia mengisi kehidupan kita dalam keadaan suka maupun duka. Tapi, jika Tuhan sudah berkehendak demikian, bagaimana mungkin untuk kita menolaknya.

Rasa sedih yang mendalam tak dapat dijelaskan secara lisan, karena bukan hanya fisik yang ditinggalkan dalam sebuah perpisahan, melainkan perasaan cinta yang tertinggal dalam hati tak dapat digambarkan secara logika manusia pada umumnya. Meskipun ada banyak ungkapan sabar dan tabah yang tertorehkan. Semua ungkapan tersebut belum bisa membayar bagaimana rasa sakitnya kehilangan, terutama kehilangan kekasih yang telah lama menemani sepanjang masa hidupnya.

Akan tetapi, upaya terbaik harus tetap dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitar untuk lebih menguatkan secara psikis bagi orang-orang yang telah ditinggalkannya. Jika ada kalimat yang lebih menguatkan selain kata sabar dan tabah, mungkin semua orang yang turut merasa sedih dan kehilangan akan segera mengungkapkannya agar mampu meringankan sedikit beban pikiran bagi yang sedang berduka. Tapi apa daya, hanya doa terbaiklah yang mampu kita panjatkan untuk orang-orang yang telah lebih dulu meninggalkan kami agar kelak mendapatkan surgaNya dalam kenikmatan yang lebih hakiki disisi Tuhan yang maha Esa.

Seperti yang kita ketahui bersama, dipenghujung ramadhan tahun ini Indonesia sedang berduka atas kepergian Ibu Ani Yudhoyono, istri dari Mantan Presiden kita yang ke-6. Terlihat dari paras seorang Jenderal, politisi hebat dan juga mantan presiden RI-6 sangat terlihat dari raut wajahnya bahwa ia adalah orang pertama yang paling merasa kehilangan atas kepergian istri tercintanya.

Sosok Ibu Ani yang telah setia menemani perjalanan hidup Pak SBY selama 43 tahun lamanya, kini sudah lebih dulu meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Berat rasanya bagi Pak SBY untuk menerima kenyataan yang sudah terjadi. Tapi, jika ini jalan terbaik yang diberikan Tuhan untuk Ibu Ani yang mengidap kanker darah, mau tidak mau harus direlakan demi kebaikan istri tercinta.

Kita semua menyaksikan bagaimana pengabdian seorang suami yang mengorbankan segala aktivitas pentingnya untuk menemani sang istri yang sedang melemah karena rasa sakit yang dideritanya, kanker darah/leukimia. Karena baginya tak ada yang lebih penting dari pada kesembuhan dan pengabdiannya pada sang istri. Tak sedetik pun Pak SBY meninggalkan Ibu Ani, ia selalu setia menemani dan selalu ada disampingnya untuk menguatkan sang istri yang sedang berjuang melawan rasa sakit yang mengidapnya.

Tak perlu panjang lebar untuk menuliskan banyak hal tentang sepasang kekasih yang telah berhasil menggugah dunia atas segala bentuk pengabdian yang telah ia teladankan. Kita semua dari kalangan apapun harus meneladani kesetiaan seorang pemimpin kita semua pada istrinya di atas segalanya. Karena separuh hidup sepasang kekasih yang telah lama menjalin pahit manisnya kehidupan ada pada pasangannya. Kurasa begitu. Jika salah satunya hilang, maka separuh jiwanya pun akan hilang. Sedih rasanya.

Kita semua merasa kagum yang tak terkira melihat masa-masa terakhir antar keduanya. Semua yang telah dilakukan patut kita teladani bersama. Keikhlasan dan kesabaran seorang jenderal tergambarkan dengan segenap jiwa dan raga dengan penuh rasa cinta yang ada.
Turut berduka cita yang sangat mendalam pak jenderal!
Terima kasih telah memberikan teladan baik pada dunia bahwa kesetiaan cinta pada satu pasangan itu harus kita perjuangkan bersama dalam bentuk kesalingan yang tak dapat diperhitungkan oleh apapun.

#NulisAjaDulu

Words : 716

Jumat, 31 Mei 2019

Upaya Melawan Kemalasan Diri Sendiri


Gambar diambil dari Kompasiana.com



#30HariMenulis_Hari_1

Kesal. Pukul 04.30 dini hari, aku sudah menuliskan beberapa paragraf pada draft bloggerku untuk tulisan dihari pertama ini. Namun, ternyata tulisanku hilang begitu saja. Ah, aku harus mengulang tulisan lagi dari awal. Pagi yang sangat menyebalkan. Tolong maafkan, terkadang aku suka menghujat diriku sendiri seperti ini. Inilah yang aku rasakan dalam pengalaman menulis dihari pertama.

Aku tak meminta untuk dipahami, tapi semoga tidak ada kekesalan yang sama. Cukup sekali ini saja, karena bentuk tulisan pengulangan kesannya akan sangat berbeda dengan tulisan pertama yang sudah dituliskan. Memang hidup harus banyak rasa, jadilah harus banyak kejadian yang kita dapati, selebihnya agar kita tetap mau berusaha dan tidak mudah menyerah dengan apa yang sudah terjadi. Itulah salah satu bentuk upaya untuk melawan kemalasan pada diri sendiri. Memaksakan diri untuk melakukan hal positif yang sebenarnya kita enggan dan merasa keberatan untuk melakukannya.

Baik. Aku mulai saja. Aku akan menuliskan kembali beberapa paragraf yang sudah hilang semampu yang aku bisa.

Sebenarnya, aku belum bisa menulis seperti layaknya penulis yang mampu mengguncangkan dunia dan mempengaruhi pembaca untuk menyelami apa yang dituliskan oleh penulis. Padahal aku sudah lama suka menulis coretan-coretan dibuku. Tapi, tulisanku tidak untuk konsumsi publik, melainkan tulisan untuk diriku sendiri yang bisa aku nikmatin sendiri, karena sifatnya masih sangat monoton.

Ceritanya seperti ini. Sejak kecil aku sudah suka menuliskan sesuatu yang aku alami dalam keseharian. Tentunya tulisan tersebut bisa aku gunakan untuk mengenang kejadian-kejadian atau pengalaman berharga yang perlu aku ingat kembali.

Seperti yang kita ketahui, otak kita belum mampu menampung banyak memori kehidupan yang tak terbatas ini. Oleh karena itu, dengan adanya tulisan yang kita buat akan sangat membantu untuk mengingat kembali masa-masa yang sudah kita lewatkan sebelummya.

Dulu, sejak aku masih duduk dibangku SMP, aku punya tulisan pribadi pada beberapa buku tulisku. Tulisan-tulisannya selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan yang aku alami saja. Ada soal cinta, kebahagiaan, luka, tangis dan banyak hal lainnya yang memang tidak jauh dari kehidupanku kala itu. Setidaknya jika tulisanku belum pantas untuk dipublikasi, masih ada hal-hal yang mampu aku ingat kembali pada masa-masa lampau yang sempat aku alami.

Aku tau, mengenang kejadian yang sudah lama itu mampu memberikan sensasi tersendiri untuk kita nikmatin. Kekonyolan dan keunikan dalam tulisan yang sudah kita tuliskan sudah pasti ada. Hal tersebut tentunya mampu membuat aku tertawa dan senyum-senyum sendiri layaknya orang kasmaran. Padahal bukan. Kurasa setiap orang punya keunikan dan pengalaman tersendiri yang patut  ditertawakan oleh diri sendiri sebagai bentuk kekonyolan yang belum tentu dirasakan oleh orang lain. Karena manusia itu unik dengan caranya masing-masing.

Memasuki masa-masa SMA, aku masih berkomitmen untuk terus menuliskan kisah-kisah kehidupan yang aku alami. Saat itu, masih sama. Tulisanku belum pantas untuk dipublikasikan. Aku masih suka menulis sesuka hati saja tanpa menyertakan referensi apapun. Namanya juga tulisan pribadi, tanpa referensi pun jadi.

Kala itu, memasuki kelas 12 SMA, aku termotivasi sama temanku yang suka menulis di blog dan sempat juga tulisannya terbit di media cetak, namanya Tria. Dia penggemar anime Jepang dan kesehariannya selalu disibukkan untuk berkarya.

Akhirnya, kala itu aku sempat memiliki keinginan untuk bisa menulis seperti dirinya. Namun, ketertarikan dalam dunia kepenulisan masih naik turun. Bisa dibilang mood-mood_an. Hal itu dirasakan hingga saat ini. Kadang suka termotivasi, kadang pula hilang motivasi.
Kadang suka nulis. Kadang juga malas nulis. Padahal, terkadang ide menulis itu muncul dan melintas begitu saja setiap saat dalam kondisi tertentu. Namun, saking malasnya, ide yang muncul dan melintas dipikiran dibiarkan mengendap dan lenyap begitu saja. Ah sial!
Stop! Jangan terlalu banyak menghujat diri sendiri dengan perkataan yang tidak memberikan sugesti positif pada diri kita.

Lanjut saja. Keinginanku untuk bisa menulis seperti temanku Tria dimulai saat aku meminta bantuan Tria untuk mengenalkan aku dengan Blog. Akhirnya dia pun mengenalkannya sekaligus membuatkan blog untukku, tepatnya pada tahun 2013 aku sudah punya Blog sendiri. Terima kasih Tria. Kurasa kini dia sudah sukses dengan dunianya sendiri.
Akan tetapi, blog yang sudah dibuat belum banyak diisi tulisan-tulisan, blogku masih kosong seperti tak bertuan, sepi. Ibarat rumah, blogku itu angker dan menyeramkan.
Akhirnya aku coba menulis beberapa baris tulisan saja untuk mengisi blogku itu. Tulisan itu aku beri judul "Pencarian". 


Setelahnya aku tak pernah menulis lagi, karena sebenarnya aku belum paham betul cara memaksimalkan blog yang sudah aku buat, yang ada hanya keraguan dan rasa ketakutan menulis untuk publik. Wajar saja kalau blogku belum ada kemajuan, menulis saja enggan. Lihat saja riwayat blogku masih belum menghasilkan banyak tulisan, sekalipun ada tulisan- tulisanku masih tak bermutu.

Memasuki dunia perkuliahan, rasa percaya diri itu kian meningkat. Aku sudah mulai ada sedikit kemajuan dalam hal tulisan. Keinginan aku sejak tahun 2013 untuk bisa menulis di media cetak sudah terealisasi di tahun 2017 dan 2018.
Hal itu dikarenakan proses kehidupan yang mempertemukan aku dengan banyak orang yang luar biasa. Dari teman-temanku yang sudah lebih piawai dalam hal menulis, saat itu juga motivasi menulis pun muncul kembali dengan sendirinya.

Tapi, yang disayangkan aku belum bisa menghasilkan tulisan setiap hari. Menghasilkan tulisan setiap hari itu masih sebatas keinginanku saja tanpa realisasi yang maksimal. Tapi upaya untuk melawan kemalasan tidak berhenti begitu saja.

Aku sering kali memaksakan diri untuk menulis, kalau tidak memaksakan diri paling tidak ada yang menyuruh dan mendorongku untuk menulis. Payah sekali memang. Tapi beginilah keadaannya. Menurutku, malas menulis karena belum bisa menulis adalah alasan yang sangat klasik jika tanpa diiringi usaha untuk mengenyahkannya.

Oleh karena, upaya-upaya yang aku lakukan untuk melawan kemalasan yang setia bersemayam dalam diri, aku suka mencari event-event menulis dari media sosial untuk aku ikuti eventnya. Bisa melalui instagram, fb, group wa dan media apapun yang memiliki informasi terkait event kepenulisan.

Awalnya aku termotivasi karena hadiahnya yang menarik, misalnya nanti karya kita dibukukan, ada hadiah keliling luar daerah atau luar negeri dan hal-hal menarik lainnya yang bisa memotivasiku untuk bisa menulis. Dari event yang gratis sampai berbayar pun jika aku sudah tertarik akan aku ikuti.

Selain itu, aku sempat terjun di dunia jurnalis sebagai wartawan koran lokal. Tugasku saat itu membuat satu atau dua berita dalam sehari. Beritanya bisa berupa agenda kegiatan para anggota dinas, berita ekonomi, budaya, dan juga berita kriminal sempat aku garap. Tentunya hal tersebut melalui arahan terlebih dahulu dari pihak redaktur, karena aku masih pemula dalam hal menulis berita. Kerjaan sebagai jurnalis tidak berjalan lama, hanya berkisar sampai tiga bulan saja dikarenakan berbenturan dengan tugas skripsiku yang belum terselesaikan. Jadi aku mengundurkan diri untuk fokus menyelesaikan tugas akhirku yang masih terbengkalai.

Dalam menulis skripsi pun sama, upaya melawan kemalasan harus terus berjalan. Kalau tidak kita akan terhanyut dalam kemalasan tanpa menghasilkan pengakhiran yang baik.
Ku yakin, setiap orang punya pengalaman tersendiri dalam melawan kemalasan. Sebenarnya masih ada hal lain yang belum aku sebutkan disini. Tapi aku cukupkan saja dulu.

Baik. Dari beberapa kalimat panjang lebar yang sudah aku utarakan di atas. Basa basi yang banyak spasi itu. 

Aku akan menjelaskan sedikit alasan aku mengikuti event 30 hari menulis ini. Alasannya adalah tidak terlepas dari judul yang sudah aku tuliskan, yaitu sebagai salah satu bentuk "Upaya Melawan Kemalasan Diri Sendiri". Semoga dengan mengikuti event ini, motivasi untuk menulis bisa tumbuh kembali dan tentunya bisa memiliki komitmen untuk terus menghasilkan tulisan setiap hari dan tentunya bisa mengisi blogger aku yang sepi dan angker ini.

Terima kasih kepada penyelenggara.
Welcome Juni !!!
Pokoknya #NulisAjaDulu