Start

Minggu, 04 Juli 2021

Kelahiran Nadira, Anak Pertama

Periksa Kehamilan ke Dokter Obgyn

Hari Sabtu, 26 Juni 2021 Saya dan suami pergi ke Klinik untuk melihat kondisi kandunganku yang sudah memasuki usia 35 minggu melalui  USG 4D oleh Dr. Adil, SPOG.

Sebelum diperiksa melalui USG 4D, dokter memeriksaku dengan USG 3D terlebih dahulu. Dokter langsung memeriksaku dengan didampingi oleh asistennya. Saya pun menginformasikan ke dokter bahwa satu minggu ini kandunganku tidak ada gerakan. Dokter pun menyudahi pemeriksaan usg tersebut dan menyuruhku untuk kembali duduk. Setelah itu, dokter memberitahukan kepada kami, bahwa anak yang ada di dalam kandunganku sudah meninggal. 
Innalillahi wa innailaihi rojiun.

Saya ga percaya dengan perkataan dokter tersebut. Saya hanya bisa diam dan merasa sangat syok untuk menerima kenyataan baru yang sungguh sangat menyakitkan dihati. Suami pun langsung menenangkanku untuk bisa menerima semuanya.
Tapi, hati perempuan mana yang tidak sedih mendengar berita tak terduga dan sangat tidak diharapkan ini. Saya sudah sangat bahagia untuk bisa segera menyambut kelahiran anak saya yang pertama. Semua itu pupus begitu saja. 

Dokter pun memberikan rujukan kepada kami untuk periksa lanjutan ke RS. Kami dirujuk untuk pergi ke RS Pena Bogor. Setelah itu, kami langsung pulang dengan perasaan yang sangat tidak karuan. 

Setelah sampai di rumah, saya menangis seakan ga percaya kalau anak yang saya kandung sudah meninggal. Jadi, saya pun harus segera ke Rumah Sakit untuk diperiksa lebih lanjut dan dilakukan persalinan sebelum waktunya.

Tetanggaku menyarankan untuk segera ditangani di RS terdekat saja, yaitu RS Hermina Serpong, meskipun rujukan dari Dokter bukan di RS tersebut. Kondisi sudah malam, akhirnya kami pun pergi ke RS di pagi harinya saja. Alhamdulillah proses dipermudah meski saya tidak diperbolehkan masuk ke ruang IGD, karena sudah penuh dengan pasien lainnya. Akhirnya saya disarankan untuk istirahat di ruangan praktek dokter anak untuk sementara waktu sambil menunggu proses administrasi beres dan proses screening covid terlebih dahulu.

Sebelum dipindah ke ruangan persalinan, kandungan saya di periksa oleh perawat dengan alat pendeteksi detak jantung, dan benar detak jantung anak saya tidak ditemukan. Akhirnya, dilanjut periksa ulang melalui USG untuk memastikan kembali, dan hasilnya masih sama bahwa memang sudah tidak ada detak jantung. Malang sekali nasib anakku. Allah lebih sayang padanya.

Setelah selesai diperiksa, saya lanjut untuk di screening kesehatan terlebih dahulu dengan beberapa tahapan. Yang pertama Swab Antigen, cek darah, dan ronsen. Alhamdulillah hasilnya negatif semua, tidak terpapar oleh virus Covid-19. 

Kami menunggu cukup lama sampai bisa pindah ke ruang persalinan. Sekitar jam setengah tiga sore saya baru bisa dipindah ke ruang persalinan. Ada beberapa perawat yang menanganiku. Saya pun langsung ditangani dengan diberikan beberapa obat untuk dimulainya proses persalinan dengan cara induksi. Yaitu, memasukkan obat ke dalam vagina, oral agar bisa terjadi kontraksi hebat supaya bisa mengeluarkan bayi yang ada di dalam perutku. 

Sungguh luar biasa rasanya, setelah obat-obat tersebut sudah mulai bereaksi. Saya pun mulai merasakan rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan oleh tubuh perempuan. 
Semakin lama, kontraksi perut semakin hebat, hingga akhirnya ada pembukaan pada vagina, dimulai dari pembukaan 3 sampai tiba waktunya saya sudah merasakan untuk mengejan dengan sendirinya, ga bisa ditahan lagi. Tapi, perawat menyarankan untuk tidak boleh mengejan. 

Kelahiran Anak Pertama, Nadira Qomaruddin

Akhirnya, pada hari Minggu 27 Juni 2021 pukul 19.30 anak perempuan saya yang pertama bisa dilahirkan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Alhamdulillah saya bisa melahirkannya meski tidak bisa memeluk dan menggendongnya, suara tangisannya saja tidak ada. Saya tidak bisa berharap banyak lagi. Hanya bisa menangis dan menangis dan pasrah dengan takdir Tuhan yang luar biasa ini. Allah ....

Bayangan melahirkan yang tidak sesuai ekspektasi ini sungguh menyayat hati. Tapi, saya kembali pada keimanan diri bahwa apa yang terjadi pada hidup ini tidak terlepas dari takdir terbaik Tuhan untuk hidup kami dan anak kami. Saya harus bisa berfikir positif bahwa akan ada hikmah dibalik semua kejadian ini. 
Wallahu a'lam 

Anak pertama saya sudah kembali pada sang penciptanya. Saat ini, tinggal saya yang harus memperjuangkan hidup saya sendiri untuk kembali memulai hidup baru lagi bersama suami. Bismillah saya bisa melewati semuanya dengan baik.

Doa terbaik dari seorang ibu teruntuk anak yang sempat saya kandung selama 8 bulan 3 minggu.

"Anakku, yang kuberi nama Nadira Qomaruddin. Kehadiranmu dalam rahimku, sudah mengukir suatu kebahagiaan ayah dan ibumu di dunia. Kami sudah membayangkan akan menyambutmu dengan penuh rasa bahagia dihari kelahiranmu nanti dan berjanji akan mendidikmu dengan baik hingga kau bisa tumbuh menjadi manusia yang utuh secara lahir dan bathinmu. Tapi, Allah berkehendak lain sayang, katanya kamu adalah salah satu manusia pilihan yang sangat dicintai oleh Allah. Allah lebih mencintaimu, hingga kau pun dipanggil kembali untuk tetap berada disisi terindahNya. Allah akan menjadikanmu bidadari surga yang sangat cantik dan hanya ada kebahagiaan yang akan kau dapatkan disana. Terima kasih sudah hadir dalam rahim ibumu. Baik-baik disana sayang. Selamat jalan".

Kamu adalah kebahagiaan dan namamu akan terukir dalam titik nadirku, selamanya.


Tangerang Selatan, 4 Juli 2021

@aenicomdev










Tidak ada komentar: