KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya semata sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul
“Bangsa Arab Pra Islam” tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih kepada mereka yang telah membimbing, memotivasi serta dukungan, baik dukungan material maupun
spiritual, kami sampaikan kepada:
1) Bapak Anisul Fuad, M.Ag selaku ketua Jurusan PMI.
2) Bapak Jalaludin
selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan kami demi terwujudnya makalah
ini.
3) Sahabat-sahabat
Mahasiswa, dan seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah ini.
Sekalipun penulisan Makalah ini kami upayakan seoptimal mungkin, kami sangat
menyadari kelemahan kami sebagai manusia, karena bagaimanapun juga tak ada
gading yang tak retak begitu juga dengan Makalah ini.
Harapan penulis, semoga usaha ini bermanfaat bagi pembaca diseluruh kalangan dan di catat sebagai amal yang baik.
Cirebon, 13 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...............................................................................................................
i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI...........................................................................................................................
iii
BAB I.
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
- Latar Belakang............................................................................................................. 1
- Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
- Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II.
PEMBAHASAN.......................................................................................................
2
BAB III. PENUTUP...............................................................................................................
10
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika Nabi
Muhammad SAW lahir (570 M). Makkah adalah kota yang sangat penting dan terkenal
diantara kota-kota di negeri Arab. Baik karena tradisinya maupun
karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai
menghubungkan Yaman diselatan dan Siria di utara. Dengan adanya ka’bah ditengah
kota. Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Kabah adalah tempat mereka
berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala. Mengelilingi berhala utama. Hubal.
Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu
mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah arab dengan luas satu juta
mil persegi.
Biasanya dalam
membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa arab sebelum islam,orang
membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab. Padahal bangsa Arab juga
mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah Arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu.
Dunia Arab
ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus . Pada sisi yang lain
meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin namun merreka hanya tunduk kepada
syeikh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu
,syeikh atau amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
Akibat peperangan
yang terus menerus ,kebudayaan mereka tidak berkembang. Oleh Karena itu kami
mencoba membuat makalah ini, yang membahsa mengenai bangsa Arab Pra Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Bangsa Arab Sebelum
Islam?
2. Bagaimana Asal Mula Bangsa Arab?
3. Bagaimana kondisi bangsa Arab sebelum
Islam?
C. Tujuan
1. Memahami Sejarah Bangsa Arab sebelum
Islam
2. Mengetahui Asal Mula Bangsa Arab
3. Memahami kondisi bangsa Arab sebelum
Isla
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH BANGSA
ARAB SEBELUM ISLAM
Haruslah kita mengetahui keadaan bangsa Arab
sebelum datangnya agama Islam, karena bangsa Arablah bangsa yang mula-mula
menerima agama Islam. Sebelum datang agama Islam, mereka telah mempunyai
berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup.
Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan
hidup.
Agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan
bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah,
peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam.
Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu.
Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita dalami, setelah kita memiliki
pengetahuan dan pengalaman sekedarnya, tentang kehidupan bangsa Arab, sebelum
datangnya agama Islam.
Cara semacam ini perlu juga kita pakai,
bilamana kita hendak memperkatakan masuknya agama Islam ke Indonesia, Mesir
atau Siria. Kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan negeri-negeri ini
sebelum datangnya agama Islam, karena pengetahuan kita tentang hal itu akan
menolong kita untuk mengenal dengan jelas, betapa banyaknya cara negeri ini
menyambut kedatangan agama Islam. Bangsa Arab seperti yang akan kita terangkan
nanti, terbagi atas dua bahagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan penduduk
negeri.
Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir
tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang
dimulai dari kira-kira 50 tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah
dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang
pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu
berperang-perangan. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan
oleh keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang
berhak memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat
menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau
jadi budak.
Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu
dan tenaga; karena itu mereka tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk
memikirkan kebudayaan. Dan bilamana di antara mereka dapat bekerja, mencipta
dan menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan
meruntuhkannya. Dan lagi, mereka buta huruf. Oleh karena itu sejarah dan
kehidupan mereka tiadalah dituliskan.
Jadi, tidak ada bangunan-bangunan yang dapat
melukiskan sejarah mereka; dan tidak ada pula tulisan-tulisan yang dapat
menjelaskan sejarah itu. Adapun yang sampai kepada kita tentang orang-orang
jaman dahulu itu, adalah yang diceritakan oleh kitab-kitab suci. Sejarah
mereka, mulai dari masa 150 tahun SM, dapat kita ketahui dengan perantaraan
syair-syair atau cerita-cerita yang diterima dari perawi-perawi.
Adapun sejarah bangsa Arab penduduk negeri,
Adalah lebih jelas. Negeri-negeri mereka ialah: Jazirah Arab bagian selatan,
kerajaan Hirah dan Ghassan, dan beberapa kota ditanah Hejaz.
1.
Ilmu Bumi
Jazirah Arab
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi
"Jazirah Arab" berarti "Pulau Arab".Oleh bangsa Arab tanah
air mereka disebut jazirah, kendati pun hanya dari tiga jurusan saja dibatasi
oleh laut. Yang demikian itu adalah secara majas (tidak sebenarnya). Sebagian
ahli sejarah menamai tanah Arab itu "Shibhul jazirah" yang dalam
bahasa Indonesia berarti "Semenanjung". Kalau diperhatikan
terlihatlah bahwa Jazirah Arab itu berbentuk empat persegi panjang, yang
sisi-sisinya tiada sejajar.
Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah,
disebelah selatan dengan Lautan Hindia, di sebelah timur dengan Teluk Arab
(dahulu namanya Teluk Persia) dan di sebelah utara dengan Gurun Irak dan Gurun
Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 Km lebih, dan lebarnya kira-kira 1000 Km. Bila
salah seorang dari warganya, atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau
dilanggar haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku itu menuntut
bela.
Oleh karena itu, maka acap kali terjadi
peperangan-peperangan antara suku dengan suku yang lain. Peperangan-peperangan
ini kadang-kadang berterusan sampai beberapa turunan (Ajjamul Arab fil
Djahiliah oleh al ustadz Djada’l Maula cs).
Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah yang
didatangi oleh bangsa Arab dari segenap penjuru guna mengerjakan haji dan
umrah, maka dilaranglah berperang atau melancarkan penyerangan-penyerangan pada
beberapa bulan dalam setahun, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram
(pada bulan-bulan tersebut mereka mengerjakan haji) dan Rajab (dibulan ini
mereka mengerjakan umrah).
Akan tetapi, kadang-kadang amat berat oleh
penduduk padang pasir menghentikan peperangan dalam masa tiga bulan
berturut-turut, oleh karena itu kadang-kadang bulan Muharram itu mereka tukar
dengan Safar, maka mereka memperbolehkan berperang dibulan Muharram dan mereka
larang dibulan Safar; tindakan ini mereka namai "an nasi"
(pengunduran).
Orang Arab penduduk padang pasir merupakan para
pemberani. Berani berarti suatu sifat yang amat menonjol pada mereka.
Keberanian ini ditimbulkan oleh keadaan mereka yang sebagai dituturkan oleh
Ibnu Khaldun (Al Muqaddimah, 125). "Mereka selamanya harus membawa
senjata. Dan sering sendirian di pesawangan atau di padang pasir. Tak ada yang
akan melindungi di waktu itu, hanyalah keberanian mereka sendiri".
Oleh karena penghidupan di padang pasir serba
sulit, tidak sebagai di negeri-negeri, maka bangsa Arab penduduk padang pasir selalu
menggangu dan menyerang penduduk negeri. Oleh karena itu, penduduk padang pasir
dipandang sebagai orang-orang biadab yang tidak dapat ditaklukkan atau dikuasai
oleh penduduk negeri (Al Muqaddimah: 121).
Sifat-sifat padang pasir dan penduduknya sebagai
disebutkan diatas, menyebabkan keadaan bagian tengah, yakni bagian dalam dari
Jazirah Arab itu, tidak dikenal oleh kaum pelancong dan penulis-penulis.
Diwaktu agama Islam datang dan telah tersiar di segenap penjuru Jazirah Arab,
mulailah penduduk padang pasir berdatangan ke kota-kota; maka diceritakan
merekalah peri-kehidupan di padang pasir itu.
Ciri-ciri padang pasir sebagai disebutkan di
atas, menyebabkan penduduk padang pasir itu terhindar dari penjajahan. Bangsa
Badui pernah memegang peranan penting dalam melancarkan perniagaan dunia, yaitu
sebelum Terusan Suez digali. Laut Merah di waktu itu belum dipakai untuk
pelayaran, karena banyak berpulau-pulau. Maka kaum Badui penduduk gurun itulah
yang bekerja memperhubungkan perniagaan antara benua Asia dan benua Eropa
dengan melalui Jazirah Arab. Lin-lin perniagaan telah mereka atur dengan rapih
dan seksama.
Sistem pemerintahan pada bangsa Badui itu ialah
sistem bersuku-suku. Masing-masing suku memilih seorang kepala yang akan mereka
ikuti. Yang dipilih menjadi kepala suatu suku ialah orang yang mempunyai
sifat-sifat yang amat dimuliakan oleh bangsa Arab, yaitu: pemberani, pemurah,
dan penyantun. Akan tetapi kepala itu tidaklah selamanya ditaati mereka, karena
telah menjadi sifat juga bagi kaum Bdui, suka bebasdan merdeka dalam arti kata
yang luas.
Seorang Badui acapkali memberontak terhadap
suatu keputusan yang dikeluarkan oleh seorang kepala terhadpanya. Maka
ditinggalkannyalah kabilahnya, lalu melarikan diri, agar dia tetap dalam
kemerdekaannya. Dalam keadaan yang semacam itu, kabilahnya tidaklah kuasa
berbuat sesuatu untuk menundukannya.
2.
Hirah
(Manadzirah)
Sejarah
Keamiran Hirah ini mulai semenjak abad ketiga Masehi, dan terus berdiri sampai
lahirnya agama Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab,
karena warga negaranya banyak mengadakan perjalanan-perjalanan di seluruh
Jazirah Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan
kepandaian menulis dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai
penyiar ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.
Di
antara raja-rajanya terkenal ialah: Umru ul Qais, Nu’man ibnu Umru ul Qais
(yang mendirikan istana Khawarnaq dan istana Sadir di permulaan abad kelima
Masehi), Mundzir ibnu Ma’is Sama’, Amr ibnu Hind (dikenal juga dengan nama "Amr
ibnul Mundzir ibnu Ma’is Sama" yang bernama Hind (hindun) itu ialah
ibunya) dan Mundzir ibnu Nu’man ibnul Mundzir. Mundzir ibnu Nu’man ibnul
Mundzir inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan raja inilah Khalid
ibnul Walid memerangi Hirah, dan akhirnya negeri Hirah menggabungkan diri ke
dalam pemerintahan Islam.
3.
Ghassa
(Shasasinah)
Nama Ghasasinah itu terambil dari nama mata air
di Syam yang tersebut Ghassan. Kaum Ghasasinah memerintah di bagian selatan
dari negeri Syam dan di bagian utara dari Jazirah Arab. Mereka telah mempunyai
kebudayaan yang tinggi juga, dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari
bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke Jazirah Arab.
Diantara raja-rajanya yang masyhur ialah:
Jafnah ibnu ‘Amr, Arkam ibnu Tsa’labah, dan Jabalah ibnu Aiham. Jabalah ibnul
Aiham inilah rajanya yang terakhir. Di masa pemerintahan Jabalah inilah
terjadinya pertempuran Yarmuk dan masuknya agama Islam ke daerah ini. Menurut
cerita, Jabalah ini telah memeluk agama Islam, akan tetapi kemudian dia murtad
dan lari ke negeri Romawi dalam suatu peristiwa masyhur yang terjadi di masa
pemerintahan Umar Ibnul Khattab.
Antara Kerajaan Mandzirah dengan kerajaan
Ghasasinah itu selalu terjadi pergolakan, terutama disebabkan perselisihan
tentang kapal batas, Kerajaan Manadzirah menjalankan politik yang dijalankan
oleh kerajaan Persia, sebagaimana kerajaan Ghasasinah menjalankan politik yang
dijalankan oleh kerajaan Romawi. Oleh karena kerajaan Persia dengan kerajaan
Romawi itu bermusuhan, maka manakala terjadi peperangan antara kerajaan Persia
dan kerajaan Romawi, tentu saja kerajaan Manadzirah berdiri di samping kerajaan
Romawi.
Oleh karena raja-raja kerajaan Hirah dan
Ghassan itu adalah dari keturunan Yaman, maka dalam bidang kebudayaan dan cara
hidup, mereka menjaga corak dan tradisi Yaman. Sebagai contoh dapat dikemukakan
dua buah istana besar yang terdiri oleh raja Hirah, dengan mencontih
istana-istana Yaman, yaitu yang terkenal dalam sejarah dengan nama
"AlKhawarnaq", dan "As Sadir", yang telah disebutkan di
atas.
Jasa kerajaa-kerajaan ini yang terpenting
ialah: mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan pelbagai macam kebudayaan
Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Mereka adalah laksana jembatan yang dilalui
oleh iring-iringan kebudayaan dari negeri Persia dan Romawi dalam perjalannya
menuju Jazirah Arab. Diantara jenis-jenis kebudayaan itu ialah: agama, ilmu
pengetahuan umum, tulis baca, ilmu pengetahuan ketentaraan dan lain-lain.
4.
Hejas
Hejas,
berbeda dengan negeri-negeri Arab yang lain yang telah dapat menjaga
kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hejaz dijajah, diduduki, atau dipengaruhi
oleh negara-negara asing.
Hal itu boleh
jadi disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya, sehingga tiada menimbulkan
keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnnya. Boleh jadi juga,
disebabkan karena Hejaz itu sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka’bah bagi
bangsa Arab. Mereka bekerja bersama-sama memelihara, menjaga kemerdekaan negeri
itu, dan menjauhkan penjajah-penjajah dari padanya.
Dahulu telah
kita sebutkan bahwa sejarah Hejaz dapat di kenal negeri ini amat erat
hubungannya dengan agama-agama dan kitab-kitab suci. Oleh karena itu, dalam
mengikuti pertumbuhan kehidupan di Hejaz ini, di samping berpegang kepada buku-buku
sejarah, kita juga akan mengambil bahan-bahan dari al Quran dan Hadis-Hadis
Nabi.
B.
ASAL MULA BANGSA ARAB
Adapun beberapa suku yang
tinggal di jazirah arab,yaitu :
1. Arab Ba’idah
Yaitu
bangsa arab yang telah musnah yaitu, orang-orang arab yang telah lenyap
jejaknya. Jejak mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam
catatan kitab-kitab suci. Arab Ba'idah ini termaksud suku bangsa arab yang dulu
pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum
yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku
bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah mereka
yang termaksud adalah: 'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.
2. Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka
berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian
pindah ke Yaman. Suku bangsa arab yang terkenal adalah: Kahlan dan Himyar.
Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba' yang berdiri abad ke-8 SM dan
kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
3. Arab Musta'
Yaitu
menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku
bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya
Siti Hajar. Nabi Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku
Jurhum. Arab Musta'ribah sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail
(Adnaniyyun).
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau
rumpun bangsa Caucasoid, dalam Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi
wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa
arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir
yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat
ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh
secara sporadic di tanah arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun
hujan. Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat
dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan
‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu Ibrahim as).
C.
KONDISI
SOSIAL BANGSA ARAB
Di kalangan bangsa Arab
terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinnya berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Hubungan seseorang dengan keluarga di kalangan bangsawan
sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus
dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seseorang ingin
dipuji dan menjadi terpandang di mata bangsa Arab karna kemulyaan dan
keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan
sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu
kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku
sering sekali terjadi.
Begitulah gambaran secara
ringkas kelas masyarakat bangsawan. Sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka
ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan wanita. Abu
Daud meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa pernikahan pada masa
Jahiliyah ada empat macam :
1. Pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada
laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu bisa menikahinya setelah
menyerahkan seketika itu pula.
2. Seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid,
“temuilah Fulan dan berkumpullah dengannya!” suaminnya tidak mengumpulinnya dan
sama sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari
orang yang disuruh mengumpulinnya, maka suami bisa mengambil kembali istrinya
jika jika memang ia menghendaki hal itu. Yang demikian ini dilakukan, karena
dia menghendaki kelahiran seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam
ini disebut nikah istibdha’.
3. Pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki yang
jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, yang semuanya mengumpuli seorang
wanita.setelah wanita itu hamil dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa
hari kemudian dia mengundang semua laki-laki yang berkumpul dengannya, dan
mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul dihadapannya.dia menunjuk salah
satu dari mereka untuk merawat bayinya.
4. Sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinnya, yang
juga disebut wanita pelacur. Biasannya mereka memasang bendera khusus di depan
pintunya, sebagai tannda bagi laki-laki yang ingin mmengumpulinya. Jika jika
wanita pelacur ini hamil dan melahirkan anak, dia bisa mengundang semua
laki-laki yang pernah mengumpulinnya. Setelah semua berkumpul, diadakanlah
undian. Siapa yang mendapat undian, maka dia bisa mengambil anak itu dan
mengakuinnya sebagai anaknya. Dia tidak bisa menolak hal itu.
Berikut ini
adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah.
1.
Perjudian atau
maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab,
seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
2.
Minum arak
(khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan
saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah
perkotaan.
3.
Nikah
Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan
untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan
tinggi untuk menggaulinya.
4.
Mengubur anak
perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir
adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memiliki anak
perempuan.
5.
Membunuh
anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar
prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
6.
Ber-tabarruj
(bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan
kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok,
agar orang-orang memujinya.
7.
Lelaki yang
mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan
seksual secara terselubung.
8.
Prostitusi.
Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan
bahwa wanita itu adalah pelacur.
9.
Fanatisme
kabilah atau kaum.
10. Berperang dan
saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari kaum lainnya.
Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda
mereka.
11. Orang-orang
yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan
saling menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah
untuk bekerja yang lebih keras dan sulit.
Banyak kebiasaan yang
dilakukan bangsa jahiliyah, salah satunya adalah berepoligami,tanpa ada batasan
maksimal berapa yang dikehendaki . bahkan mereka bisa menikahi dua wanita yang
bersaudara. Mereka
juga bisa menikahi janda ayahnya, entah karena dicerai atau ditinggal mati. hak
perceraian ada ditangan laki-laki,tanpa ada batasanya.
Banyak persaingan dalam masalah kehormatan dan
perebutan pengaruh kekuasaan lebih sering menyelimut peperangan antar kabilah
yang sebenarnya berasal dari satu ayah dan ibu, seperti yang kita lihat antara
aus dan khazraj, abs dan dzubyan, bakr dan taghlib serta lain-lainnya.
Secara garis besarnya kondisi social mereka
bisa dikatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan,
kurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang, wanita
diperjual belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan
ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi
kekuasaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat diperlakukan
untuk menghadang serangan musuh.
D.
KONDISI EKONOMI
Kondisi ekonomi mengikuti kondisi social
yang bisa dilihat dari jalan kehidupan bangsa arab. Perdagangan merupakan
sarana yang paling dominan untuk memenuhi kehidupan hidup. Jalur-jalur
perdagangan tidak dapat dikuasai begitu saja kecuali jika sanggup mengendali
keamanan dan perdamaian. Sementara kondisi yang aman sementara ini tidak
terwujud di jazirah arab kecuali pada bulan-bulan suci. Pada saat itulah dibuka
pasar-pasar arab yang terkenal, seperti ukazh Dzi-majaz, majinnah dan
lain-lain.
Bagi masyarakat pedalaman, yaitu masyarakat
Badui, kehidupan social ekonomi mereka biasanya dilakukan melalui sector
pertanian terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekisar Oase. Akan
tetapi bagi masyarakat Arab perkotaan, kehidupan social ekonomi mereka sangat ditentukan
oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh Karen itu, bangsa Arab Quraisy
sangat terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang dua
musim dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada
musim dingin.
Di kota Mekah terdapat pusat perdagangan, yaitu
pasar Ukaz, yang dubuka pada bulan-bulan tertentu, seperti Zulqo’dah, Zulhijjah
dan Muharam. Disamping itu pada bulan-bulan tersebut juga bersamaan dengan
pelaksanaan ibadah haji.
Tentang perindustrian atau kerajinan mereka
adalah bangsa yang paling tidak mengenalnya kebanyakan hasil kerajinan yang ada
di arab berasal dari rakyat yaman, hirah dan pinggiran Syam. Sekalipun begitu
ditengah jazirah ada pertanian dan penggembala hewan ternak, sedangkan wanita-wanita
arab menangani pemintalan. Tetapi kekayaan-kekayaan yang dimiliki bisa
mengundang pecahnya peperangan. Kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang
telanjang merupakan pemandangan yang biasa ditengah masyarakat.
E.
KONDISI ILMU PENGETAHUAN
Disamping itu, bangsa Arab
sebelum islam juga telah mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat
dilihat dari berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Arab pada waktu itu. Di antara ilmu pengetahuan yang mereka
kembangkan adalah astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka
Ini Pindah Ke Negeri Arab pada waktu Negara mereka diserang oleh bangsa
Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu pengetahuan.
Selain itu bangsa arab
sebelum lahirnya agama islam telah mampu mengembangkan ilmu meteorology atau
ilmu iklim, astrologi atau ilmu perbintangan. Pada awalnya ilmu ini
dipergunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, seperti
perang, damai dan sebagagainya, yang didasarkan pada bintang-bintang. Ilmu
tenung yang banyak disukai masyarakat Arab, berasal dari orang-orang Kaldam
yang bermigrasi ke tanah Arab. Disamping itu masyarakat Arab sebelum Islam juga
telah memiliki pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit, yang disebut AL
Thahib. Ilmu ini juga berasal dari orang-orang Kaldam yang kemudian diambil dan
dikembangkan oleh masyarakat Arab.
F.
KONDISI
AKHLAK
Memang kita tidak
memungkiri bahwa ditengah kehidupan orang-orang jahiliyah banyak terdapat
hal-hal hina,amoralitas dan masalah-masalah yang tidak bisa diterima akal sehat
dan tidak disukai manusia. Tapi meskipun begitu mereka masih memiliki
akhlak-akhlak yang terpuji, mengundang kekaguman manusia dan simpati. Diantara
akhlak-akhlak itu adalah
1. Kedermawanan
Mereka saling berlomba-lomba membanggakan diri dalam masalah kedermawanan
dan kemurahan hati. Bahkan separuh syair-syair mereka bisa dipenuhi dengan
pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan ini. Adakalanya seseorang didatangi
tamuyang kelaparan pada saat hawa dingin menggigit tulang, sementra saat itu
dia tidak memiliki kekayaan apapun selain seekor onta yang menjadi penopang
hidupnya. Namun rasa kedermawanan bisa menggetarkan dirinya, lalu diapun
bangkit menghampiri onta satu-satunya dan menyembelihnya, agar dia bisa menjamu
tamunya. Pengaruh dari kedermawanan ini, mereka bisa menanggung
pembayaran denda yang jumlahnya sangat tinggi dan membuat pujian dan
membanggakan diri dihadapan orang lain dalam masalah ini, terutama dari
kalangan para penguasa dan pemimpin.
2. Memenuhi Janji
Dimata mereka, janji sama dengan hutang yang harus dibayar. Bahkan mereka
lebih suka membunuh anaknya sendidri dan membakar rumahnya dari pada meremehkan
janji. Kisah tentang Hani’ bin Mas’ud Asy-Ayaibany, As-Samau’al bin
Aditiya dan Hajib bin Zararah udah cukup membuktikan hal ini.
3. Kemuliaan jiwa dan keengganan menerima kehinaan dan
kelaliman
Akibatnya, mereka bersikap berlebih-lebihan dalam masalah keberainan,
sangat pecemburu dan cepat naik darah. Mereka tidak mau mendengar kata-kata
menggambarkan kehinaan dan suatu keluhuran yang disitu
adkemosrotan. Melainkan mereka bangkit menghunus pedang, lalu pecah peperangan
yang berkepanjangan. Mereka tidak lagi mempedulikan kematian bisa menimpa diri
sendiri karena hal itu.
4. Pantang Mundur
Jika mereka sudah menginginkan sesuatu yang disitu ada keluhuran dan
kemuliaan, maka tidak ada sesuatupun yang bisa menghadang maupun
mengalihkannya.
5. Kelemahlembutan dan suka menolong orang lain
Mereka biasa membuat sanjungan tentang hal ini. Hanya saja sifat ini kurang
tampak karena mereka berlebih-lebihan dalam masalah keberanian dan mudah
terseret terhadap peperangan.
6. Kesederhanaan pola kehidupan badui
Mereka tidak mau dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlapnya. Hasilnya
adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta dan penghianatan.
G.
KONDISI BAHASA
DAN SENI SASTRA
Sekalipun wilayahnya luas, berhauhan wilayahnya dan beragam suku-sukunya,
bahasa tetap satu. Alat untuk saling memahami dan mempertemukan penduduk
jazirah ini, baik yang menetap maupun yang nomaden, baik yang yang Qathaniyah
maupun yang ‘Adnaniyah, adalah bahasa Arab dalam berbagai dialek dan
wilayahnya, yang dituntut oleh watak dan filsafat bahasanya, dan dituntut oleh
ciri local dan cuaca, ciri penyebaran dan
perkumpulannya.
Dalam bidang bahasa dan seni sastra, orang-orang Arab pada masa pra islam
sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat
banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di
pasar Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat luas.
Khitabah sangat maju, dan inilah satu-satunya alat publisistik yang amat
luas lapangannya. Disamping sebagai penyair, orang-orang arab jahiliyah juga
sangat faasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Ahli pidato
mendapat derajat tinggi seperti penyair.
Salah satu kelaziman dalam masyarakat arab jahiliyah adalah mengadakan majelis
atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato,
tukar menukar berita dan lain sebagainya.
H. KONDISI AGAMA
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam
cerita para nabi, sudah ada beberapa nabi yang diturunkan di negeri Arab,
diantaranya Nabi Ibrahim as. Karena itu sejka awal, ajaran tauhid sudah
tertanam di masyarakat Arab. Dan ajaran Ibrahim as lazim juga disebut ajaran
agama hanif artinya yang benar dan lurus.
Tetapi setelah
berjalan berpuluh-puluh abad, diantaranya Nabi Ibrahim as, ajaran tersebut
mengalami perubahan, diputarbalikkan, ditambah dan dikurangi oleh para
pengikutnya yang tidak bertanggung jawab yang kemudian yang kemudian mencul
berbagai ajaran dan meragukan dan akhirnya jatuh menjadi agama berhala. Pada
masa jahiliyah orang Arab banyak yang menyembah berhala atau patung-patung yang
mereka buat dari batu, kayu da nada juga dari logam.
Bangsa Arab
mulai menyembah berhala ketika ka’bah berada di bawah kekuasaan Juhrum. Pasukan
yang dipimpin oleh Amr bin Lubayi dan keturunan Khuza’ah datang ke mekkah dan
berhasil mengalahkan jurhum. Kemudin Amr bin Lubayi meletakkan sebuah berhala
besar bernama HUBAL yang terbuat dari batu akik merah berbentuk patung orang,
yang ditempatkan disisi Ka’bah. Kemudian ia menyeru kepada penduduk Hijaz
supaya menyembah berhala itu.
Sejak itulah
bangsa Arab menyembah berhala. Ketika bangsa Quraisy berkuasa lagi di Hijaz, di
sekeliling Ka’bah sudah penuh dengan berhala yang berjumlah lebih dari
360 buah. Di samping banyak lagi berhala lainnya, diantaranya yang penting
yaitu:
1. Lata, tempatnya di Thaif
2. Uzza, tempatnya di Hijaz, kedudukannya sesudah
Hubal
3. Manah, tempatnya di kota Madinah
Dan masih banyak lagi berhala-berhala yang lainnya seperti: Asaf, Nailah, Wudd,
Yaghuts, Suwa, Ya’ng, Nashr, Manah. Berhala-berhala ini bagi bangsa arab
merupakan perantara kepada Tuhan. Sehingga hakikatnya bukanlah berhala-berhala
itu yang mereka sembah.
Bangsa Arab juga menganggap bahwa malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan
menguasai segala gerak kehidupan manusia, bahkan ada yang percaya bahwa
malaikat adalah keturunan Tuhan, karena itulah mereka menyembah malaikat,
mereka juga menganggap bahwa jin, roh, dan hantu adalah katurunan langsung dari
malaikat dan Tuhan. Karena itu mereka mengadakan sesaji pada tempat-tempat yang
dianggap tempat jin, ruh, dan hantu. Dan di sanalah orang-orang menyembahnya.
Kecuali itu ada juga yang menyembah setan atau yang disebut ifrid.
Mereka menyembah bintang, bulan, matahari, karena mereka menganggap bahwa semua
benda-benda alam tersebut mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan
jalannya seluruh alam ini.
Pada masa sebelum islam, orang-orang arab banyak percaya pada tahayul,
diantaranya tahayul mereka itu ialah:
1. Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan
lapar timbul karena ular menggigit usus manusia.
2. Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga
atau besi, dengan keyakinan untuk menambah kekuatan.
3. Bila mengharap turun hujan, mereka mengikat
rumput kering pada ekor kambing.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bangsa Arab sebelum datangnya islam mempunyai kebudayaan yang baik dan
buruk yang telah ada ketika bangsa arab mengalami masa kegelapan.
2.
Kebudayaan yang buruk terutama dalam segi Akhlak dan agama, mereke
menyembah berhala, sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah
diantaranya minum-minuman keras, berjudi, membunuh anak perempuan yang baru
lahir, merendahkan harkat martabat wanita. Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau
bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar
rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki
dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya. Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu
melakukan hubungan seksual secara terselubung. Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita
menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur. Fanatisme kabilah atau kaum dan masih banyak lagi.
3.
Tapi dari semua keburukan tersebut masih ada hal yang baik dari bangsa Arab
pada saat itu diantaranya: juga berkembangasa ilmu pengetahuan dalam bidang
astronomi atau perbintangan, dalam bidang dagang, dan adanya kebiasaan
masyarakat yang melekat yaitu rasa solidaritas diantara sesame klan atau suku,
dermawan, pantang mundur jika menhadapi sesuatu dan lai-lain.
Daftar pustaka
Hasan, Abul. 2008. Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW. Yogyakarta: Mardhiyah Press.
Musyawarah guru PAI. 2008. Modul Hikmah Membina
Kreatifitas dan Prestasi. Akik Pustaka
Syaikh Shafiyyurahman. 2007. Sirah Nabawiyah.
Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Imron Fauzi. Sumber:
www.mahluktermulia.wordpress.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar