Start

Selasa, 17 Februari 2015

PERANAN MASYARAKAT TERHADAP ANAK JALANAN UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN



          PERANAN MASYARAKAT TERHADAP ANAK JALANAN UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN
Nur’aeni
Pengembangan Masyarakat Islam Semester I
Abstrak
Persoalan sosial yang saat ini sedang merebak yaitu semakin banyaknya anak jalanan di Indonesia. Anak jalanan tidak hanya ada di kota-kota besar, di kota-kota kecil juga sudah mulai bermunculan. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, misalnya : pengamen, pengemis, anak punk, dan lain sebagainya. Anak jalanan lebih memilih jalanan karena bagi mereka, rumah bukanlah tempat yang nyaman untuk ditempati. Mayoritas dari penyebab banyaknya anak jalanan itu karena kurangnya perhatian dari orang tua dan keluarga, faktor ekonomi, dan faktor lingkungan. Anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada ditengah-tengah masyarakat. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah sangat berperan penting dalam mengatasi persoalan ini. Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik . Supaya permasalahan sosial ini dapat teratasi, pihak orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya segera mengupayakan perlindungan terhadap hak-hak mereka agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara optimal.
Kata Kunci : Anak, jalanan, masyarakat, kesejahteraan, sosial
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Persoalan sosial yang saat ini sedang merebak yaitu semakin banyaknya anak jalanan di Indonesia. Anak jalanan tidak hanya di kota-kota besar, di kota-kota kecilpun sudah mulai bermunculan. Hidup sebagai anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang menyenangkan, karena anak jalanan hidup dalam ketidak pastian akan masa depannya.
Persoalan sosial yang seperti ini menjadi masalah bagi semua pihak, baik keluarga, masyarakat, dan negara. Anak jalanan merupakan saudara kita semua, amanah Allah Swt yang harus dilindungi, dan dijamin hak-haknya. Sehingga mereka semua bisa tumbuh kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab, dan memiliki masa depan yang cerah.
Secara psikologis mereka semua adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan bahkan berpengaruh negatif terhadap tumbuh kembang mereka, yang bisa berdampak kuat pada aspek sosial mereka. Dimana dengan penampilan mereka yang kumuh, menjadikan pencitraan yang negatif oleh sebagian masyarakat terhadap mereka.
Permasalahan yang sedang dihadapi saat ini, banyak ditemukan anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya, sehingga hak-hak mereka tidak terpenuhi. Hal itu disebabkan karena keadaan keluarga mereka yang tidak berkecukupan, keluarga yang berpendidikan rendah, dan salah persepsi terhadap anak.
Supaya permasalahan sosial ini dapat teratasi, pihak orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya segera mengupayakan perlindungan terhadap hak-hak mereka agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi secara optimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu: Bagaimana peranan masyarakat terhadap anak jalanan agar bisa mencapai suatu kesejahteraan?
3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan bisa mengaplikasikan bagaimana peranan masyarakat terhadap anak jalanan untuk mencapai suatu kesejahteraan.



B. Pembahasan
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta berpartisipasi atau “musyaraka” yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa  Inggris dipakai istilah “society” yang sebelumnya berasal dari kata latin “socius” berarti “kawan”. Pendapat sejenis juga terdapat dalam buku; sosiologi kelompok dan masalah sosial, karangan Abdul Syani dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (Arab) yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat.
Dalam arti lain, masyarakat sebagai community cukup memperhitungkan dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama dan lingkungan alam. Masyarakat  sebagai suatu kesatuan berfungsi sebagai alat kontrol terhadap anggota-anggotanya sedemikian rupa agar seluruh anggotanya menghormati dan menjalankan kegiatan sesuai dengan norma-norma budaya yang diciptakannya sendiri.[1]
Menurut ahli sosiologi M, J. Heskovits, masyarakat adalah kelompok individu yang mengorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu.
Menurut ahli sosiologi Marck Ever, masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, otoritas dan saling membantu satu sama lain, meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial, sistem pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks dan selalu berubah dari relasi sosial.
Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat, hidupnya saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, dan masyarakat itu mempunyai suatu tujuan yang sama untuk bisa mencapai suatu kesejahteraan dalam masyarakat tersebut.


2. Pengertian anak jalanan
Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, misalnya : pengamen, pengemis, anak punk, dan lain sebagainya.
Anak jalanan dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
1. Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih pulang ke rumahnya.
2. Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya dijalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orang tua atau keluarganya.
3. Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya di jalanan.
4. kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan. dan atau yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup bersama.

Sedangkan menurut Tata Sudrajat, anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan (anak yang hidup dijalanan). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan. Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan.[2]
Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.
Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota.[3]
3. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah : “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman  lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan  Pancasila”. ”Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat”.[4]
            Kesejahteraan sosial menandakan keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan. Sedangkan kesejahteraan sosial menurut Segal dan Brzuzy yang dikutip dalam Suud, “kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera  dari suatu masyarakat. Kesejahteraan sosial meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.[5]
            Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial itu merupakan suatu kebutuhan jasmaniah dan rohaniah yang telah tercapai dengan baik dan sesuai dengan keinginan bersama.

     b. Penelitian Relevan
            Menurut hasil penelitian melalui metode wawancara kepada salah satu tokoh masyarakat yang bernama Andri, masyarakat adalah sekelompok orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terdiri dari beragam daerah, suku, dan bahasa. Anak jalanan adalah anak yang tidak mendapat perhatian khusus, baik dari keluarganya maupun dari masyarakat sekitar. Jadi, sangat berhubungan sekali antara masyarakat dan anak jalanan, karena masyarakat mempunyai peran penting dalam mengatasi anak jalanan agar bisa mencapai kesejahteraan. Peranan masyarakat terhadap anak jalanan (pengemis jalanan, anak jalanan,pengamen jalanan, anak-anak yang selalu mangkal dipinggir jalan), seperti mereka ditampung di rumah sosial yang khusus untuk menampung mereka. Lalu, mereka dibina, diberikan pendidikan, diberi pekerjaan, dan wadah penampungan bakat-bakat mereka. Mengikutsertakan anak jalan dalam kegiatan sosial. Seperti kerja bakti masyarakat desa dan kota, serta ikut membantu dalam kegiatan santunan di panti asuhan.

     c. Analisis
          Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan masyarakat terhadap anak jalanan untuk mencapai kesejahteraan, dapat diketahui bahwa anak jalanan merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang saat ini masih kurang mendapatkan perhatian dari orang-orang yang ada disekitarnya. Anak jalanan mempunyai hak-hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya. Hanya saja mereka lebih memilih jalanan sebagai tempat untuk hidupnya.
          Ada dua pengertian mengenai anak jalanan. Yang pertama, ada anak jalanan yang seluruh kehidupannya, baik itu tempat tinggal, pekerjaan, dan aktivitasnya tidak terlepas dari jalanan, karena mereka sudah tidak berikatan lagi dengan keluarganya dan lebih memilih pisah dengan orang tuanya. Yang kedua, anak jalanan yang menjadikan jalanan hanya untuk mencari penghasilan saja dan setelah mereka mendapatkan penghasilan tersebut, mereka kembali ke rumah orang tuanya dan melanjutkan aktivitasnya di rumah.
          Anak jalanan biasanya ada di persimpangan jalan, di terminal, di stasiun, di perempatan lampu merah, dan di tempat-tempat yang sekiranya bisa membuat mereka nyaman dan yang bisa dijadikan tempat untuk memperoleh penghasilan demi menyambung hidupnya. Anak jalanan tidak memiliki pengetahuan yang  sama dengan anak yang berpendidikan, karena dilihat dari segi berpikirnya sangat berbeda. Biasanya anak jalanan tidak tumbuh dan berkembang secara wajar, baik secara jasmani, rohani dan intelektualnya.    Anak jalanan lebih memilih jalanan, karena bagi mereka rumah bukanlah tempat yang nyaman untuk ditempati. Begitu juga dengan bangku sekolah, mereka tidak menemukan kenyamanan di sekolah, karena mereka merasa terkekang dengan aturan dan tidak bisa membebaskan ekspresi mereka seperti di jalanan. Mayoritas dari penyebab banyaknya anak jalanan itu karena kurangnya perhatian dari orang tua dan keluarga, faktor ekonomi, dan faktor lingkungan. 
          Sebagian dari anak jalanan biasanya melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat dan membuat resah masyarakat, seperti melakukan tindakan kriminalitas, pemerkosaan, narkoba, minum-minuman keras, dan membuat suatu geng yang merugikan. Akan tetapi, tidak semua anak jalanan itu buruk. Sebagian dari mereka juga ada yang hidup di jalanan dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang positif, seperti membuat karya yang unik (menciptakan lagu, membuat alat musik, dan lain-lain), membentuk perkumpulan yang mempunyai nilai seni ( seperti grup musik, dance, fristail, dan lain-lain).
          Saat ini, sering sekali muncul pemberitaan negatif mengenai anak jalanan, baik itu melalui media elektronik ataupun media cetak. Seperti berita di TV, koran, bulletin, dan majalah. Berita negatif disini mengenai penyiksaan yang mereka alami, penggusuran-penggusuran yang dilakukan Satpol PP terhadap tempat tinggal mereka, kondisi hidup mereka, dan berita-berita negatif lainnya mengenai mereka.
          Dilakukannya penggusuran-penggusuran oleh Satpol PP terhadap mereka, bukan berarti permasalahan anak jalanan selesai. Jika tempat tinggal mereka digusur mereka akan mencari tempat lain untuk dijadikan tempat tinggalnya. Tidak hanya itu, mereka bisa melakukan perlawanan, dan bisa bersikap tidak baik terhadap masyarakat. Mereka akan lebih merajalela karena ulah dari Satpol PP yang tidak diterima oleh mereka. Dari sinilah timbul permaslahan-permasalahan yang membuat beban Satpol PP, seperti banyaknya perampokan, pencopetan, pencurian yang dilakukan oleh para anak jalanan tersebut.
          Dengan demikian, untuk bisa mencapai kesejahteraan bagi para anak jalanan, maka peranan dari masyarakat sangatlah penting. Peranan masyarakat bisa berupa lapangan pekerjaan untuk mereka, bisa juga berupa pembinaan, dan dengan cara membentuk suatu organisasi anak jalanan sebagai wadah penyaluran bakat-bakat yang mereka punya, agar mereka bisa hidup lebih terarah dan mempunyai masa depan yang arah.
C. Penutup
     Simpulan
Kesimpulan mengenai “Peranan Masyarakat Terhadap Anak Jalanan Untuk Mencapai Kesejahteraan, yaitu Anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada ditengah-tengah masyarakat. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah sangat berperan penting dalam mengatasi persoalan ini. Anak-anak jalanan tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka semua mempunyai hak-hak yang sama dalam memenuhi kebutuhan mereka. Hanya saja yang menjadikan mereka berbeda yaitu mereka hidup dijalanan. Untuk dapat menyelesaikan masalah sosial khususnya masalah anak jalanan harus disertai dengan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
     Saran
Saran mengenai Peranan Masyarakat Terhadap Anak Jalanan Untuk Mencapai Kesejahteraan, yaitu dari berbagai pihak baik itu keluarga, masyarakat, ataupun pemerintah harus lebih bijak lagi dalam mengatasi persoalan ini. Tidak hanya berdiam diri saja. Hak-hak mereka harus dipenuhi sebagaimana manusia pada umumnya. Umtuk mengurangi adanya anak jalanan bisa juga dengan cara mereka ditampung di rumah sosial yang khusus untuk menampung mereka. Lalu, mereka dibina, diberikan pendidikan, diberi pekerjaan, dan wadah penampungan bakat-bakat mereka. Dengan seperti itu tidak akan ada lagi anak jalanan, kalaupun ada tidak begitu banyak.Oleh karena itu lakukan strategi yang tepat yang bisa memberikan efek jera terhadap mereka.
Daftar Pustaka                                                                                             
Basrowi.2005.Pengantar Sosiologi. Bogor. Ghalia Indonesia
Bungin,burhan.2001.Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya.Airlangga
Koentjaraningrat.1989.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta.Gramedia
ww.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf oleh Dr.Armai Arief, MA di akses tanggal 20 November 2014























































































































[1] Dr.Basrowi, M.S, pengantar Sosiologi, 2005, Bogor, Ghalia Indonesia, hal 37 dan hal 87
[2] Tata Sudrajat , 1999 , hal. 5
[3]Parsudi Suparlan, 1984, hal. 36
[4] Adi, 1994, hal. 3-5
[5] Suparlan,Suud, 2006, hal. 5

Tidak ada komentar: