BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Rasm Al-Qur’an
Rasm
Al-Qur’an atau Rasmul Qur’an adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang
ditetapkan pada masa khalifah Utsman bin Affan. Mushaf Utsman dengan
kaidah-kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam
istilah. Yaitu Al-Hadzf, Al-Ziyadah, Al-Hamzah,Al-Badal, dan Al-Fashl wa
Al-Washl.
B.
Kaidah-kaidah dalam Rasm Al-Qur’an
1.
Al-hadzf
Al-Hadzf berarti membuang, menghilangkan atau
meniadakan huruf.
a.
Menghilangkan Huruf Alif
b.
Menghilangkan huruf Ya’
c.
Menghilangkan Wawu
d.
Menghilangkan huruf Lam
2.
Al-Ziyadah
Ziyadah berarti penambahan. Kata yang ditambah hurufnya dalam Rasm utsmani
adalah alif, ya’ dan wawu.
a.
Menambah Huruf Alif
b.
Menambah Alif setelah Hamzah Marsumah Wawu (hamzah yang
terletak di atas tulisan wawu).
c.
Menambah huruf ya’
3.
Kaidah Hamzah
Apabila hamzah berharakat sukun, maka ditulis dengan huruf berharakat yang
sebelumnya,kecuali ada beberapa kata yang dieksepsikan.
Adapun hamzah yang berharakat, maka jika ia berada di awal kata, dan
bersambung dengannya (dengan Hamzah) huruf tambahan, mutlak harus ditulis
dengan alif, dalam keadaan berharakat fathah dan kasroh.Kecuali beberapa kata
yang dieksepsikan.
Adapun apabila hamzah terletak ditengah, maka ia ditulis sesuai dengan
huruf harakahnya. Kalau fathah dengan alif,, kalau kasrah dengan ya’ dan kalau
dhammah dengan wawu.
Tetapi apabila huruf yang sebelum hamzah itu sukun, maka tidak ada
tambahan. Di luar ketentuan ini, ada beberapa kata yang dieksepsikan.
4.
Badal
a.
Huruf alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada
kata As-sholah dan Az-zakah serta Al-hayah. Kevuali yang dieksepsikan.
b.
Huruf alif ditulis dengan ya’ pada kata-kata berikut :
ila, ‘ala, anna, yang berarti kaifa,, mata,bala, hatta, dan lada.
c.
Huruf Alif diganti dengan nun taukid khafifah pada kata
........
d.
- Huruf Ha’
Ta’nits dengan huruf Ta’ Maftuhah pada kata Rohmatu dalam surat Al-Baqoroh,
Al-A’raf, Hud, Maryam, Al-Rum, dan Al- Zukhruf.
-
Huruf Ha’ Ta’nits dengan huruf Ta’ Maftuhah pada kata
Ni’matu, yang terdapat dalam surat Al-Baqoroh, Ali-‘Imron, Al-Maidah,
Ibrahim,Al-Nahl,Luqman, Fathir, dan Al-Thur.
Demikian juga
pada ma’shiyatullah dan la’natullah yang terdapat pada surah Al-Mujadilah.
5.
Washal dan Fashal
Washal artinya
menyambung. Yang dimaksud disini adalah metode penyambungan kata (dalam bahasa
arab disebut huruf, jadi penyambungan dua huruf) yang mengakibatkan hilang atau
dibuangnya huruf tertentu.
a.
Bila “an” dengan harakat fatha pada hamzahnya disusul
dengan la, maka penulisannya bersambung dengan menghilangkan huruf nun.
Misalnya “alla”’ tidak ditulis “anlaa”. Kecuali pada kalimat “anlaataquuluu”
dan Anlaa ta’buduu illallaah”.
b.
Bila “min” yang bersambung dengan” maa” penulisannya
disambung dengan huruf nun pada min-nya tidak ditulis.
c.
Bila “min” yang disusul dengan “man” ditulis bersambung
dengan menghilangkan huruf nun. Sehingga menjadi “mimman” bukan “minman”.
d.
Bila ‘an yang disusu; dengan “maa ditulis bersambung
dengan menghilangkan nun. Sehingga menjadi ‘’amman” bukan “ ‘anman’’.
e.
Bila “in” yaang disusul dengan maa ditulis bersambung dengan
meniadakan nun. Sehingga menjadi imma.
f.
Bila ‘an yang disusul dengan maa mutlak disambung dan
huruf nun nya ditiadakan. Sehingga menjadi “amma”.
g.
Bila “kul” yang diiringi maa disambung. Sehingga menjadi
“kullamaa”.
C.
Kata yang Bisa Dibaca Dua Bunyi
Di dalam Mushaf Utsmani, penulisan kata semacam ini
ditulis dengan menghilangkan alif. Misalnya
....................................................... . Ayat-ayat ini boleh
dibaca dengan menetapkan alif (Yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya
menurut bunyi harakat (biasa disebut satu alif).
Kaidah penulisan ini berbeda dengan yang biasa digunakan
dalam penulisan bahasa Arab yang biasa dipakai. Di dalam bahasa arab dikenal
tiga macam metode penulisan. Yakni, pertama, penulisan Mushaf Utsmani yang baru
saja disinggung secara singka. Kedua, penulisan Arudl. Yaitu ilmu alat untuk
menimbang syair-syair. Tulisan jenis kedua ini, semu bunyi divisualisasikan
dalam bentuk huruf. Dan ketiga, penulisan biasa. Maksudnya, tata cara menulis
yang biasa dipakai sehari-hari.
D.
Pencetakan Al-Qur’an
Cetakan pertama kali Al-qur’an, muncul di Bunduqiyah,
tahun 1530 M. Tetapi begitu lahir, penguasa gereja mengeluarkan perintah
pemusnahan kitab suci agama islam tersebut. Dan baru lahir lagi cetakan
selanjutnya atas usaha orang Jerman bernama Hinkelmann pada tahun 1694 M, di
Hamburg. Disusul kemudian oleh Marracci yang menerbitkan lagi Al-Qur’an tahun
1698, di Padoue. Sayangnya,, tak satu pun dari Al-Qur’an cetakan pertama,
kedua, maupun ketiga itu yang tersisa didunia islam(Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an
hal. 99). Dan sayangnya pula, perintis penerbitan Al-Qur’an pertama itu dari
kalangan non muslim.
Penerbitan Al-Qur’an dengan label islam baru dimulai pada
tahun 1787. Yang menerbitkannya adalah
Maulaya Utsman. Dan cetakan itu lahir di St. Petersbourg, Rusia, atau
Leningrad, sekarang bernama Uni soviet. Lahir lagi kemudian mushaf cetakan di
Kazan. Kemudian terbit lagi di Iran . tahun 1248 H/1828 M, negri Persia ini
menerbitkan Mushaf cetakan di kota Teheran. Lima tahun kemudian, yakni tahun
1833, tahun terbit lagi Mushaf cetakan di tabriz. Setelah dua kali diterbitkan
di Iran, setahun kemudian (1834) terbit lagi mushaf cetakan di Leipzig, jerman.
Di negara Arab, Raja fuad dari Mesir membentuk panitia
khusus penerbitan al-Qur’an di perempatan pertama pada abad ke 20. Panitia yang
dimotori oleh para Syekh Al-Azhar itu pada tahun 1342 H/1923 M berhasil
menerbitkan mushaf Al-Qur’an dengan cetakan yang bagus. Mushaf yang pertama
terbit di negara Arab itu, di-dlabit sesuai dengan riwayat Hafsh atas qira’at
Ashim. Sejak itu, berjuta-juta mushaf dicetak, di Mesir dan di berbagai negara.
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, Kamaluddin.1992.’Ulum qur’an.Bandung.PT Remaja
Rosdakarya.
Hasan, Al Furqan, Dewan Dakwah Islan Indonesia,Jakarta,
Cetakan Pertama ke X. Tanpa tahun.
Shubhiy, Shalih. 1977.Mabahits fi ‘Ulum Qur’an.Berut. Dar
al-‘Ilmi li al Malayin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar