SHORT
COURSE ISLAM DAN GENDER
“MENGEMBANGKAN
PERSPEKTIF MUBAADALAH (RESIPROSITI DALAM KAJIAN KEISLAMAN ADIL & GENDER”
Hari, Tanggal : Selasa, 23 Mei 2107
Pemateri 1 : KH Marzuki Wahid
Peserta : 25 orang
Oleh : Nur’aeni
Instansi : IAIN Syekh Nurjati
Cirebon
APA
ITU GENDER?
Gender merupakan suatu ilmu
yang masuk ke dalam kategori ilmu social dan budaya yang membicarakan tentang
ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang diperoleh dari hasil kontruksi social.
Dalam hal ini, gender bersifat tidak permanen atau bisa dirubah sesuai kemauan
dan juga bisa dipertukarkan perannya baik oleh laki-laki ataupun perempuan.
KENAPA
GENDER ITU MUNCUL???
Para ilmuwan social seperti
halnya Karl Mark, Mark Weber, Emil Durkheim, Antonio-Gramsci telah menjelaskan
teori sosialnya mengenai bentuk ketidakadilan yang terjadi. Akan tetapi, mereka
belum menganalisa tentang relasi social antara laki-laki dan perempuan. Oleh
karena itu, munculnya teori gender sebagai pelengkap teori-teori social
sebelumnya yang dimana di dalam gender itu sendiri menjelaskan tentang
pembahasan bagaimana relasi laki-laki dan perempuan yang berkeadilan. Gender
merupakan sebuah ilmu yang bersifat ilmiah.
SEX
DAN GENDER???
Sex dan gender mempunyai arti
yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Jika ada yang mengartikan bahwa sex dan
gender adalah sama maka hal itu masih sangat keliru. Oleh karena itu, sebelum
memahami lebih dalam tentang gender, harus memahami terlebih dahulu apa itu sex
dan apa itu gender agar tidak terjadi kesalah pahaman. Dalam hal ini bisa
dilihat bagaimana ciri-ciri laki-laki dan perempuan berdasarkan sex dan
berdasarkan gender, sebagai berikut :
Berdasarkan Sex
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Penis
|
Vagina
|
Sperma
|
Rahim
|
Jakun
|
Ovum
|
Hormon Testoteron
|
Hormon Progesteron
|
Testis
|
Hormon Estrogen
|
Clitoris
|
|
Berdasarkan Gender
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Kuat
|
Lemah
|
Berani
|
Pemalu
|
Rasional
|
Baper
|
Superior
|
Inferior
|
Banyak masuk surga
|
Banyak masuk neraka
|
Pemimpin
|
Makmum
|
Publik
|
Domestik
|
Jadi, dari table di atas
menjelaskan bahwa sex adalah ciri-ciri laki-laki dan perempuan berdasarkan
jenis biologis yang sifatnya fisik, kodrati, tidak bisa dipertukarkan,
pemberian Tuhan, dan universal. Sedangkan gender sendiri menjelaskan jenis
kelamin social yang sifatnya bisa dipertukarkan, karena hasil dari kontruksi
social, budaya, bukan sebagai kodrat dan gender berkaitan erat dengan peran,
sifat dan perilaku yang bisa dirubah.
Fasilitator pun memunculkan pernyataan yang berbunyi
demikian :
“Jender pada dasarnya tidak perlu dipermasalahkan
kecuali menimbulkan ketidakadilan”.
Bentuk-bentuk ketidakadilan dalam gender terbagi
menjadi 5, diantaranya :
1.
Subordinasi
(tidak diutamakan)
2.
Marginalisasi
(terpinggirkan)
3.
Steorotip
(pelabelan negative)
4.
Double
burdens (beban ganda)
5.
Kekerasan
(fisik, psikis, sexual, ekonomi)
MENGAPA
KITA PERLU MEMAHAMI GENDER ?
Karena dalam kehidupan social
sehari-hari tidak terlepas dari relasi laki-laki dan perempuan.
SEX
DAN SEKSUALITAS
Secara etimologi, sex adalah
alat kelamin. Sedangkan seksualitas merupakan konsep yang luas, meliputi
beragam aspek atau bisa juga suatu isu yang masih sensistif karena
diartikan/dipahami secara berbeda-beda. Seksualitas itu sendiri meliputi :
·
Birahi
·
Identitas
seksual
·
Orientasi
seksual
·
Ekspresi
seksual
·
Perilaku
seksual
·
Kesehatan
seksual
ORIENTASI
SEKSUALITAS
Orintasi seksualitas merupakan
sebuah pilihan seksual yang beragam. Model bentuknyapun beragam. Biasanya
orientasi seksual itu lebih berkaitan bagaimana untuk memuaskan seksualitas
dirinya. Ada beragam jenisnya seperti halnya para LGBTIQ (Lesbian, gay,
biseksual, transgender, interseks, Queer.
POLA
PERUBAHAN PERAN GENDER
Pola perubahan gender menurut
pemaparan yang disampaikan oleh fasilitator adalah sebagai berikut tabelnya :
Masyarakat
|
Tradisional-Konvensional (dikotomis)
|
Modern (Fleksibel)
|
||
Pola Kerja
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Publik
|
Ya
|
Tidak
|
ya
|
Ya
|
Domestik
|
Tidak
|
Ya
|
???
|
Ya
|
Produksi
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Ya
|
Reproduksi
|
Tidak
|
Ya
|
???
|
Ya
|
Komunitas
|
Ya
|
Ya
|
???
|
Ya
|
ASPEK-ASPEK
KEADILAN GENDER
Dalam kajian gender, terdapat
4 aspek di dalamnya yang berkaitan dengan keadilan gender, diantaranya :
·
Akses
·
Partisipasi
·
Kontrol
·
Manfaat
PELEMBAGAAN
& PELANGGENGAN KETIDAKADILAN GENDER
Seperti yang sudah dinyatakan
oleh fasilitator bahwa gender tidak perlu dipermasalahkan terkecuali
menimbulkan suatu ketidakadilan. Ketidakadilan gender tentunya berkaitan dengan
kontribusi-kontribusi yang sifatnya umum yang dimana hal tersebut berjalan
secara tersistem dan terstruktur yang satu sama lain saling berkaitan.
Kontribusi-kontribusi tersebut bisa berupa penafsiran teks agama yang salah menafsirkan,
kebijakan public, budaya patriarki, Pendidikan, dan sebuah idiologi kapitalisme
pun sangat berkontribusi sekali terhadap terjadinya ketidakadilan gender tersebut.
Sehingga pemahaman masyarakat terhadap gender itu menjadi bias. Oleh karena
itu, agar tidak terjadi bias gender kita bisa memulai dari diri kita dan
dimulai dari lini yang terkecil yaitu keluarga. Sebagai bentuk atau perilaku
yang tidak bias terhadap gender, maka dari itu solusinya bisa dengan menjadikan
sebuah keluarga yang bermitrakesetaraan. Artinya hal-hal yang berkaitan dengan
kerja produktif dan kerja reproduktif itu bersifat seimbang antara laki-laki
dan perempuan. Tentunya harus dilalui dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah
disepakati bersama.
FEMINIS/FEMINISME
Seperti yang telah kita ketahui bahwa ketidakadilan
gender itu kebanyakan terjadi pada perempuan. Hal tersebut tentunya disebabkan
karena kontruksi-kontruksi social yang sudah lama terbentuk di benak masyarakat
sehingga menjadi sebuah paradigma yang sifatnya general atau umum.
Ketidakadilan tersebut bahkan nyaris perempuanlah yang lebih banyak disalahkan
dibanding laki-laki. Oleh karena itu, muncullah gerakan yang dinamakan feminis
sebagai bentuk untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang hilang agar kembali
mendapatkan keadilan dan tidak terus menerus mengalami ketertindasan.
Feminis
berupa gerakan yang idiologinya disebut dengan feminisme. Feminisme itu sendiri
terbagi menjadi berbagai aliran. Aliran-aliran yang dipaparkan oleh fasilitator
adalah sebagai berikut :
·
Feminisme
Marxis
·
Feminisme
Radikal
·
Feminisme
Sosialis
·
Feminisme
Kontemporer
·
Feminisme
Muslim
Jadi, idiologi feminisme itu
tidak berdiri sendiri, melainkan diikuti dengan aliran-alirannya. Ketika kita
hanya mengenal bahwa gerakan feminis itu radikal dan turunan dari barat maka
hal itu tidaklah disalahkan. Karena memang ada feminisme yang sifatnya radikal.
Tapi, kita sebagai seorang pembelajar jangan langsung menggeneralkan bahwa
semua feminis itu gerakannya radikal. Kita harus melihat bahwa ada seorang
tokoh seperti Musda Mulia, dia seorang feminis muslim dimana ia tidak
menghilangkan suatu idiologinya sebagai seorang muslim. Ia tetap menjunjung
tinggi keislamannya dengan cara berpakaian yang ia kenakan sebagai salah satu
identitas kemuslimannya.
Itulah catatan untuk
pembelajaran hari ini. Saya merasa senang sekali bisa mengikuti pelatihan islam
dan gender ini. Ini merupakan kesempatan luar biasa bagi saya. Dengan mengikuti
pelatihan ini, pemahaman negative mengenai gender menjadi berkurang. Awal saya
mendengar kata gender langsung berpikiran bahwa gender itu produk barat dan
pasti gerakannya radikal. Tapi, setelah mendengarkan pemaparan yang disampaikan
oleh Bapak KH Marzuki Wahid dengan metode yang begitu sederhana dan
tersistematis menjadikan diri saya semakin ingin lebih memahami tentang gender
agar tidak lagi salah memahami. Terlebih lagi disini dijelaskan bahwa gerakan
feminis sebagai gerakan untuk menuntut ketidakadilan itu tidak hanya yang
bersifat radikal saja, melainkan aliran feminis itu sendiri terbagi-bagi lagi
dan salah satu alirannya ada yang dinamakan aliran feminisme muslim. Sebelumnya
aku penasaran sebenarnya gerakan feminis yang dianut oleh Pak Marzuki itu
feminis apa. Eh ternyata diakhir ada penjelasan mengenai feminis muslim. Saya
kira jawabannya sudah terjawab di dalam materi yang disampaikan tersebut.
Lalu, jika berbicara soal
keganjalan, tentunya ada yang masih mengganjal dalam benak pikiran saya tentang
kesetaraan gender itu sendiri. Selama gerakan-gerakan feminis itu ada, apakah
teriakan mengenai kesetaraan gender itu sudah terjadi dan akan terjadi menjadi
setara antara laki-laki dan perempuan??? lalu terkadang ada orang yang salah
memahami arti gender itu sendiri, sehingga ketika ia mempelajari gender yang
ada bukanlah kesetaraan yang terjadi, justru salah satu diantara laki-laki dan
perempuan itu ada yang masih tertindas. Contohnya perempuan menjadi semakin
ngelunjak kepada laki-laki. Dan hanya menuntut keadilannya saja tanpa
memperhatikan keadilan laki-laki itu sendiri.
Yang harus dilakukan oleh diri
saya adalah terus mempelajari kajian tentang gender lebih mendalam agar tidak
terjadi lagi yang namanya bias gender dalam kehidupan social masyarakat. Setelah
sudah mulai memahami secara mendalam selanjutnya bisa disosialisasikan kajian
gender ini kepada masyarakat umum.
Mengenai evaluasinya mungkin
tentang kepesertaan yang lebih didominasi oleh perempuan. Sebaiknya dalam
pelatihan gender yang seperti ini akan lebih baik lagi jika pesertanya seimbang
antara laki-laki dan perempuan agar pembelajaran dan pemahaman tentang gender
akan lebih sempurna dan lebih mudah untuk bisa membangun bentuk keadilan gender
antara laki-laki dan perempuan.
Terima kasih…
Masih terus berproses ….


