Start

Jumat, 30 September 2016

Kepentingan Rakyat atau Korporat?

Oleh Nur’aeni
Comdev 04'
 
Masalah PLTU tidak berhenti di Cirebon saja. Namun, setiap ada bangunan PLTU sudah pasti dampak ekologis itu ada. Sekarang aku beralih ke bangunan PLTU yang ada di Indramayu,  tepatnya  di Desa Mekar Sari. Aku coba ikut belajar bersama kawan-kawan lainnya untuk mengkaji dan mengamati keadaan disana. Kita melakukan pemetaan dan diskusi bersama. Kebetulan di Indramayu sedang ada tim riset dari Sains (Sajogyo Institut) Bogor. Jadi, kami bisa diskusi bersama terkait permasalahan yang saat ini sedang dirasakan oleh masyarakat Indramayu.

Setiap perusahaan pasti ada limbah yang tersisa. Seperti halnya PLTU,  total limbah dari bangunan PLTU 1 di Indramayu sebanyak 72.000  ton. Bayangkan saja limbah sebanyak itu apakah tidak menimbulkan dampak? Ga mungkin kan. Ditambah lagi dari pihak PLTU sendiri pun  tidak ada izin untuk pengelolaan limbah itu sendiri. Kasian lah pantai Indramayu. Pantainya kini telah tercemari oleh limbah sebanyak itu. Miris sekali.

Kita tahu batu baterai? Itulah kandungan kimia yang ada di batubara. Jika penasaran dengan bahan kimia yang terkandung di dalam batubara coba saja bedah batu baterai lalu kita gosok-gosokkan ke badan kita? Dan pasti badan kita akan mengalami gatal-gatal dan lain hal. Itu merupakan contoh kecil saja soal batu baterai. Karena dampak dalam skala besarnya terdapat pada kandungan kimia yang terkandung dalam batubara yang dimana digunakan sebagai bahan baku PLTU.

Bangunan PLTU itu ada yang menggunakan teknologi dari china dan ada juga yang menggunakan teknologi dari Jepang. Perbedaannya, untuk yang menggunakan teknolgi dari china maksimal 1 turbin hanya bisa mencapai 300 Mega Watt. Sedangkan untuk teknologi dari Jepang bisa mencapai maksimal 350 Mega Watt.

Cerobongnya pun sama, ada yang menggunakan teknologi dari Jepang dan China. Cerobong dari China dinamakan Super critical Boiler. Sedangkan dari Jepang namanya Ultra Super Critical Boiler. Tingginya cerobong  tersebut hanya menekan karbon saja tidak menekan emisi. Ultra super critical boiler merupakan energy terbaru di Indonesia, katanya… dan lebih baik dari Super Critical Broiler yang berasal dari China. Tapi, perlu kita tahu bahwa Ultra Super Critical Boiler itu sudah ditinggalkan 10 tahun yang lalu oleh orang Jepangnya sendiri. Energy baru terbarukan yang seperti apa sebenarnya? Di luar negeri sudah ga kepakai malah di Indonesia dibangga-banggakan.

Lalu, kenapa pemerintah membangun PLTU??? Padahal tanpa adanya PLTU pun masyarakat sudah menggunakan listrik. Mereka tidak kekurangan listrik. Buat apa pemerintah terus-terusan melakukan pembangunan PLTU tersebut? Yang sudah jelas-jelas merusak lingkungan. Perlu kita selidiki, sebenernya PLTU dibangun untuk kepentingan rakyat ataukah bukan?

Kita tahu kan bahwa di Indonesia ini semakin banyak Industri, terutama di pulau Jawa. Dengan semakin banyaknya Industri tentu saja pasokan listrik yang dibutuhkan pun harus lebih banyak lagi. Semua industry tersebut lebih banyak membutuhkan energy listrik. Kalau tidak ada cadangan listrik yang besar mereka akan rugi bandar jika perusahaannya kekurangan listrik, karena tanpa listrik mereka tidak bisa beroperasi. Oleh karena itulah pemerintah terus-terusan membuat cadangan listrik sebanyak-banyakanya selama 10 tahun ke depan sebanyak 35.000 Megawatt. Dengan cara apalagi kalau tidak membangun proyek besar itu, ya PLTU. Bangunan yang katanya untuk kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk golongan kaya yang ada di Indonesia dan hampir semuanya itu investor asing. Selain itu juga memperbanyak bangunan PLTU oleh pemerintah Indonesia supaya perusahaan tambang di Indonesia tidak bangkrut. PLTU benar-benar sebagai penyelamat bagi perusahaan tambang batu bara, terutama yang ada di Kalimantan sana. Bayangkan saja PLTU sendiri paling banyak memproduksi batubara dibanding perusahaan lain. Dalam sehari, PLTU bisa memproduksi sampai 500 ton perhari untuk 900 Mega watt. Sedangkan perusahaan yang lain seperti Danone hanya 10 ton saja perhari. Perbandingan yang sangat jauh berbeda. Jauh sekali. Bisa dikatakan PLTU lah yang paling besar memproduksi batu bara di Indonesia.

Apa sih PLTU ???
Setelah ditelisik lebih dalam ternyata PLTU itu ialah salah satu bisnis merusak lingkungan dan bisnis membunuh manusia secara perlahan lebih kasar lagi merupakan bisnis busuk. Cari keuntungan kok modelnya begitu? Dimanakah hati nuranimu? Lagi-lagi hati nuranilah yang akan berkata. Jangan biarkan hati nurani kita didustakan. Jangan hianati hati nurani. Karena jiwa kemanusiaan kita akan ada ketika hati nurani kita masih tetap hidup. Tidak menutup diri. Telah banyak jiwa yang menjadi korban PLTU. Bukan puluhan, bukan ratusan, bahkan sudah mencapai ribuan. Sekitar 6500 jiwa telah terbunuh (terbunuh ruang hidupnya) oleh PLTU. Lalu sampai menunggu berapa jiwa lagi yang akan menjadi korban dari dampak PLTU?
Di Indramayu sendiri, masyarakatnya sudah sadar bahwa PLTU itu membawa dampak negative yang begitu besar bagi masyarakatnya. Mereka yang mayoritasnya sebagai petani, semenjak adanya PLTU hasil panennya mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan cuaca yang semakin panas dan struktur tanah yang berubah. Tidak seperti dulu lagi. Salah satu petani kebun bercerita kepadaku bahwa dulu, dari tanah seluas 100 bata bisa menghasilkan 25 kwintal bawang. Namun, sekarang sudah tidak demikian, ia hanya bisa menghasilkan bawang sebanyak 15 kwintal bahkan kurang dari itu. Selain beliau, masih banyak lagi masyarakat yang merasakan dampak dari adanya bangunan PLTU 1 tersebut.

Ditambah lagi, saat ini pemerintah sedang akan merancang pembangunan PLTU 2 di desa mekar sari, sumur adem dan patrol baru, yang mana itu akan terjadi pembebasan lahan. Lahan yang akan digunakan sebanyak 244 hektar bahkan lebih. Mereka tidak berpikir bahwa disana ada masyarakat yang dimana untuk menyambung hidupnya dari hasil bertani. Memang benar, bahwa orang-orang yang memiliki sawah luas sudah menyetujui bahkan sudah menanda tangani persetujuan itu. hal itu karena mereka telah tergiur oleh uang. Mereka akan mendapatkan harga 3x lipat yang dimana akan menjadikan hidup mereka lebih baik lagi. Tapi, untuk sementara waktu saja. Ingat itu! Tidak memikirkan anak cucu mereka nanti ketika sawah sudah tidak ada, dari mana mereka akan mendapatkan penghasilan? Mereka pasti harus pergi berhijrah ke tempat lain untuk mencari-cari pekerjaan. Entah itu menjadi buruh pabrik ataukah lainnya. Padahal dulu, wilayahnya merupakan surga bagi mereka. Mereka bisa menikmati hasil panen dan hasil lautnya tanpa jauh-jauh pergi ke kota.  Mereka hanya berpikir untuk hidup saat ini saja. Biarlah mereka akan sadar dengan sendirinya. Baik dalam kurun waktu 5 tahun lagi bahkan 10 tahun mendatang mereka akan menyesali karena sudah menjual tanahnya kepada pihak investor yang sebenarnya merampas ruang hidup mereka dalam jangka panjang.

Selamatkan ruang hidup kami!

Jangan merusak keindahan kami!

Jangan mengambil surga kami!

Jagalah ciptaan Tuhan kami!



Tidak ada komentar: