Oleh Nur’aeniComdev 04'
Masalah PLTU tidak berhenti di Cirebon
saja. Namun, setiap ada bangunan PLTU sudah pasti dampak ekologis itu
ada. Sekarang aku beralih ke bangunan PLTU yang ada di Indramayu,
tepatnya di Desa Mekar Sari. Aku coba ikut belajar bersama kawan-kawan
lainnya untuk mengkaji dan mengamati keadaan disana. Kita melakukan
pemetaan dan diskusi bersama. Kebetulan di Indramayu sedang ada tim
riset dari Sains (Sajogyo Institut) Bogor. Jadi, kami bisa diskusi
bersama terkait permasalahan yang saat ini sedang dirasakan oleh
masyarakat Indramayu.
Setiap perusahaan pasti ada limbah yang
tersisa. Seperti halnya PLTU, total limbah dari bangunan PLTU 1 di
Indramayu sebanyak 72.000 ton. Bayangkan saja limbah sebanyak itu
apakah tidak menimbulkan dampak? Ga mungkin kan. Ditambah lagi dari
pihak PLTU sendiri pun tidak ada izin untuk pengelolaan limbah itu
sendiri. Kasian lah pantai Indramayu. Pantainya kini telah tercemari
oleh limbah sebanyak itu. Miris sekali.
Kita tahu batu baterai? Itulah kandungan
kimia yang ada di batubara. Jika penasaran dengan bahan kimia yang
terkandung di dalam batubara coba saja bedah batu baterai lalu kita
gosok-gosokkan ke badan kita? Dan pasti badan kita akan mengalami
gatal-gatal dan lain hal. Itu merupakan contoh kecil saja soal batu
baterai. Karena dampak dalam skala besarnya terdapat pada kandungan
kimia yang terkandung dalam batubara yang dimana digunakan sebagai bahan
baku PLTU.
Bangunan PLTU itu ada yang menggunakan
teknologi dari china dan ada juga yang menggunakan teknologi dari
Jepang. Perbedaannya, untuk yang menggunakan teknolgi dari china
maksimal 1 turbin hanya bisa mencapai 300 Mega Watt. Sedangkan untuk
teknologi dari Jepang bisa mencapai maksimal 350 Mega Watt.
Cerobongnya pun sama, ada yang menggunakan teknologi dari Jepang dan China. Cerobong dari China dinamakan Super critical Boiler. Sedangkan dari Jepang namanya Ultra Super Critical Boiler. Tingginya cerobong tersebut hanya menekan karbon saja tidak menekan emisi. Ultra super critical boiler merupakan
energy terbaru di Indonesia, katanya… dan lebih baik dari Super
Critical Broiler yang berasal dari China. Tapi, perlu kita tahu bahwa Ultra Super Critical Boiler itu
sudah ditinggalkan 10 tahun yang lalu oleh orang Jepangnya sendiri.
Energy baru terbarukan yang seperti apa sebenarnya? Di luar negeri sudah
ga kepakai malah di Indonesia dibangga-banggakan.
Lalu, kenapa pemerintah membangun PLTU???
Padahal tanpa adanya PLTU pun masyarakat sudah menggunakan listrik.
Mereka tidak kekurangan listrik. Buat apa pemerintah terus-terusan
melakukan pembangunan PLTU tersebut? Yang sudah jelas-jelas merusak
lingkungan. Perlu kita selidiki, sebenernya PLTU dibangun untuk
kepentingan rakyat ataukah bukan?
Kita tahu kan bahwa di Indonesia ini
semakin banyak Industri, terutama di pulau Jawa. Dengan semakin
banyaknya Industri tentu saja pasokan listrik yang dibutuhkan pun harus
lebih banyak lagi. Semua industry tersebut lebih banyak membutuhkan
energy listrik. Kalau tidak ada cadangan listrik yang besar mereka akan
rugi bandar jika perusahaannya kekurangan listrik, karena tanpa listrik
mereka tidak bisa beroperasi. Oleh karena itulah pemerintah
terus-terusan membuat cadangan listrik sebanyak-banyakanya selama 10
tahun ke depan sebanyak 35.000 Megawatt. Dengan cara apalagi kalau tidak
membangun proyek besar itu, ya PLTU. Bangunan yang katanya untuk
kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk golongan kaya yang ada di
Indonesia dan hampir semuanya itu investor asing. Selain itu juga
memperbanyak bangunan PLTU oleh pemerintah Indonesia supaya perusahaan
tambang di Indonesia tidak bangkrut. PLTU benar-benar sebagai penyelamat
bagi perusahaan tambang batu bara, terutama yang ada di Kalimantan
sana. Bayangkan saja PLTU sendiri paling banyak memproduksi batubara
dibanding perusahaan lain. Dalam sehari, PLTU bisa memproduksi sampai
500 ton perhari untuk 900 Mega watt. Sedangkan perusahaan yang lain
seperti Danone hanya 10 ton saja perhari. Perbandingan yang sangat jauh
berbeda. Jauh sekali. Bisa dikatakan PLTU lah yang paling besar
memproduksi batu bara di Indonesia.
Apa sih PLTU ???
Setelah ditelisik lebih dalam ternyata
PLTU itu ialah salah satu bisnis merusak lingkungan dan bisnis membunuh
manusia secara perlahan lebih kasar lagi merupakan bisnis busuk. Cari
keuntungan kok modelnya begitu? Dimanakah hati nuranimu? Lagi-lagi hati
nuranilah yang akan berkata. Jangan biarkan hati nurani kita didustakan.
Jangan hianati hati nurani. Karena jiwa kemanusiaan kita akan ada
ketika hati nurani kita masih tetap hidup. Tidak menutup diri. Telah
banyak jiwa yang menjadi korban PLTU. Bukan puluhan, bukan ratusan,
bahkan sudah mencapai ribuan. Sekitar 6500 jiwa telah terbunuh (terbunuh
ruang hidupnya) oleh PLTU. Lalu sampai menunggu berapa jiwa lagi yang
akan menjadi korban dari dampak PLTU?
Di Indramayu sendiri, masyarakatnya sudah
sadar bahwa PLTU itu membawa dampak negative yang begitu besar bagi
masyarakatnya. Mereka yang mayoritasnya sebagai petani, semenjak adanya
PLTU hasil panennya mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan cuaca yang
semakin panas dan struktur tanah yang berubah. Tidak seperti dulu lagi.
Salah satu petani kebun bercerita kepadaku bahwa dulu, dari tanah seluas
100 bata bisa menghasilkan 25 kwintal bawang. Namun, sekarang sudah
tidak demikian, ia hanya bisa menghasilkan bawang sebanyak 15 kwintal
bahkan kurang dari itu. Selain beliau, masih banyak lagi masyarakat yang
merasakan dampak dari adanya bangunan PLTU 1 tersebut.
Ditambah lagi, saat ini pemerintah sedang
akan merancang pembangunan PLTU 2 di desa mekar sari, sumur adem dan
patrol baru, yang mana itu akan terjadi pembebasan lahan. Lahan yang
akan digunakan sebanyak 244 hektar bahkan lebih. Mereka tidak berpikir
bahwa disana ada masyarakat yang dimana untuk menyambung hidupnya dari
hasil bertani. Memang benar, bahwa orang-orang yang memiliki sawah luas
sudah menyetujui bahkan sudah menanda tangani persetujuan itu. hal itu
karena mereka telah tergiur oleh uang. Mereka akan mendapatkan harga 3x
lipat yang dimana akan menjadikan hidup mereka lebih baik lagi. Tapi,
untuk sementara waktu saja. Ingat itu! Tidak memikirkan anak cucu mereka
nanti ketika sawah sudah tidak ada, dari mana mereka akan mendapatkan
penghasilan? Mereka pasti harus pergi berhijrah ke tempat lain untuk
mencari-cari pekerjaan. Entah itu menjadi buruh pabrik ataukah lainnya.
Padahal dulu, wilayahnya merupakan surga bagi mereka. Mereka bisa
menikmati hasil panen dan hasil lautnya tanpa jauh-jauh pergi ke kota.
Mereka hanya berpikir untuk hidup saat ini saja. Biarlah mereka akan
sadar dengan sendirinya. Baik dalam kurun waktu 5 tahun lagi bahkan 10
tahun mendatang mereka akan menyesali karena sudah menjual tanahnya
kepada pihak investor yang sebenarnya merampas ruang hidup mereka dalam
jangka panjang.
Selamatkan ruang hidup kami!
Jangan merusak keindahan kami!
Jangan mengambil surga kami!
Jagalah ciptaan Tuhan kami!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar