Start

Kamis, 29 Oktober 2015

Globalisasi




Oleh
Nur’aeni
Jurusan PMI Smester 3
IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Sudah banyak tahu tentang apa itu globalisasi. Jadi sudah tidak asing lagi ketika kita mendengar kata globalisasi. Lalu, bayangan apa yang ada dibenak kita ketika kata globalisasi itu disebutkan. Saya sendiri ketika mendengar kata globalisasi yang terbayang yaitu teknologi, orang asing, kemewahan, persaingan, keributan dan ketidakadilan. Banyak sekali hal-hal yang dipengaruhi dari adanya globalisasi. Dari berubahnya nilai-nilai yang sudah ada, seolah-olah nilai itu bergeser begitu saja ketika munculnya globalisasi ditengah-tengah kehidupan, terutama di Negara kita, Indonesia. Apakah globalisasi itu sebuah ancaman buat kita? Ataukah sebuah tantangan? Globalisasi bisa menjadi sebuah ancaman buat kita, ketika kita tidak mampu memegang prinsip hidup bernegara dalam tata nilai yang sudah terbentuk, berupa nilai positif. Dan bisa juga menjadi sebuah tantangan bagi kita, karena dengan adanya globalisasi ini kita akan terus berpikir kreatif dan berinovasi untuk berpikir bagaimana agar kita maju dan tidak tertinggal oleh yang lainnya.
Globalisasi tidak mengenal batas wilayah, batas wilayah sudah bukan menjadi penghalang lagi. Dengan demikian, pergaulan antar bangsa begitu sangat mudah dan tentunya bisa menjadi peluang buat kita untuk selalu berinovasi dalam segala aspek kehidupan yang kita hadapi saat ini. Namun, dengan adanya pergaulan antar bangsa tersebut, munculah suatu percampuran budaya yang biasa kita sebut dengan akulturasi budaya. akulturasi bisa dikatakan sebagai produk dari globalisasi itu sendiri. Yang dimana dalam akulturasi tersebut saling memperngaruhi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Kita bisa meniru budaya yang lain, dan begitu pula sebaliknya. Lalu, apakah kita bisa mempertahankan budaya yang sudah ada agar tidak luntur begitu saja ketika munculnya akulturasi ini, ataukah sebaliknya? Seharusnya kita tetap mepertahankan tata nilai yang ada, yang dimana tata nilai itu merupakan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
Sikap ramah tamah dan gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Namun, pengaruh adanya globalisasi sikap gotong royong semakin kesini semakin terkikis oleh masa. Dibuktikan dengan apa? Dengan banyaknya berkembang sikap individualistis, yang dimana sikap individualistis itu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dibanding kepentingan orang lain. Coba kita lihat salah satu contoh saja yaitu Hp, dengan banyaknya perkembangan teknologi yang kita alami saat ini, Hp semakin bervariatif model dan bentuknya. Hp yang dulunya bersifat biasa atau klasik yang hanya bisa buat nelfon dan sms saja. Namun,  ketika teknologi itu semakin canggih, beralihlah Hp tersebut menjadi Hp android yang saat ini sudah kita nikmati dalam keseharian kita, kita sudah merasakan kelebihan dari Hp tersebut. Segala apapun bisa diakses dari Hp itu. Hanya sekedar memegang Hp kita sudah bisa mengenal dunia. Sehingga terkadang kita lupa akan sekeliling kita. Kita lebih asik memainkan Hp tanpa menghiraukan urusan lainnya. Tanpa kita sadari, dari situlah sikap individualistis tumbuh dalam diri kita. Selain individualistis, sifat materialistis pun hadir disini, dimana kita akan lebih condong kepada sifat kebendaan, sehingga kekayaan dijadikan prioritas utama agar kita bisa menikmati semua kemajuan teknologi dengan mudah. Hanya karena ingin memiliki sesuatu yang diinginkan, segala usaha dilakukan, meskipun terkadang ada yang mendapatkannya dengan cara yang salah yang semestisnya tidak pantas untuk dilakukan. Itulah akibat dari adanya globalisasi dalam hal kemajuan teknologi. Baik buruknya sudah pasti ada.
Tulisan ini masih dalam proses pembelajaran, jika ada suatu kesalahan kata ataupun kalimat yang tidak tepat, silahkan komentar dan berikan pula masukan, agar bisa membantu saya untuk terus belajar menulis. Terima Kasih  ^^

Ditulis tanggal 29 Oktober 2015, 11.47

Tidak ada komentar: