Pembahasan yang dari dulu hingga sekarang masih
dijadikan suatu permasalahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat adalah mengenai
anak putus sekolah. Ini bukan merupakan persoalan yang baru saja muncul,
persoalan ini sudah lama ada, namun hingga saat ini persoalan tersebut belum
mampu diatasi dengan baik untuk menghilangkannya.
Anak merupakan aset masa depan bagi para orang tuanya
untuk bisa melanjutkan cita-citanya yang belum terwujud. Tapi, jika anak
tersebut tidak mengenal pendidikan sedini mungkin apakah mampu mewujudkan yang
dicita-citakannya. Pendidikan bagi anak merupakan hal yang sangat penting demi
masa depannya, jika anak tidak mempunyai pendidikan maka ia tidak akan mampu
merumuskan tujuan hidupnya di masa mendatang.
Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan anak, bisa
membentuk watak anak, dan mampu membangkitkan anak dari kebodohan yang ada.
Bukankah kita tahu, bahwa menuntut ilmu itu wajib selama jasad masih dkandung
badan. Oleh karena itu, pendidikan bisa dikatakan berlaku untuk sepanjang
hayat. Sangat disayangkan sekali jika seorang anak itu putus sekolah, secara
otomatis ia telah memberhentikan aktivitasnya dalam menuntut ilmu di dunia
pendidikan.
Dari berbagai daerah terutama di Indonesia sangat
marak sekali anak yang putus sekolah. Sehingga hal ini menjadi suatu
permasalahan yang menarik untuk diteliti. Banyak dilakukan penelitian-penelitian
oleh para cendekiawan yang akan menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun penelitian
tersebut terkadang tidak berdampak terhadap perubahan tentang anak putus
sekolah. Mereka hanya berhasil menghimpun banyak data dari sana sini untuk
mencari akar dari semua permasalahan yang terjadi.
Semua teori-teori telah banyak bermunculan, namun
itupun tidak mengurangi tingginya angka anak yang putus sekolah. Pemerintah telah
berusaha untuk bisa mengurangi permasalahan tentang anak putus sekolah,
sehingga pada akhirnya pemerintah melanjutkan program pendidikan yang tadinya
hanya wajib 6 tahun menjadi wajib belajar 9 tahun. Dengan tujuan, agar tidak
ada lagi anak yang putus sekolah.
Pemerintah menginginkan semua anak Indonesia baik yang
kaya ataupun yang tidak kaya wajib mengenyam pendidikan selama 9 tahun. Hal itu
dilakukan demi kemajuan bangsa Indonesia, agar bangsa Indonesia mempunyai
generasi penerus yang baik yang mempunyai pendidikan standard 9 tahun, dan
mencanangkan program dana BOS (Bantuan Operasional Siswa). Adanya Bos agar bisa
membantu masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Dengan seperti itu
tidak ada alasan lagi untuk putus sekolah.
Harapan pemerintah, anak Indonesia harus tetap bisa
sekolah, jangan sampai ia putus sekolah. Jika hal ini terus terjadi begitu saja
dan berkelanjutan, apa jadinya bangsa ini. Bangsa ini perlu adanya
generasi-generasi penerus bangsa yang mempunyai latar pendidikan yang sesuai
dan layak. Jika tidak, akan menyebabkan dampak negative yang dimana pengaruhnya
itu begitu besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Benar apa yang dikatakan oleh Ki hajar Dewantara,
bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Pendidikan dapat
merubah pola pikir yang dangkal menjadi tidak dangkal, menambah wawasan dan
daya pikir yang cemerlang. Orang yang berpendidikan menjadikan ia tidak
terbelakangi. Ia akan menjadi orang yang disegani oleh banyak orang.
Akan tetapi, setiap suatu permasalahan yang terjadi
tentunya ada banyak faktor penyebab yang mempengaruhi dan mendukung
permasalahan itu menjadi semakin hari semakin liar dan berkembang biak begitu
cepat.
Menurut beberapa data yang saya dapatkan, hampir semua
daerah mempunyai faktor yang sama mengenai anak putus sekolah. Faktor yang
dominan hingga saat ini yaitu faktor ekonomi. Faktor inilah yang paling utama
disebutkan. Dimana-mana semua permasalahan yang ada selalu saja dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, seperti itu kenyataannya. Ketika kehidupan kita berada
pada ekonomi yang paling bawah, maka segala aktivitas yang kita inginkan
terkadang bisa terhambat karenanya. Ketika semuanya serba uang dan uang, maka
ketika orang tersebut tak memiliki banyak uang mana mungkin ia akan mampu
mewujudkan keinginannnya.
Lebih baik lagi jika anak Indonesia itu bisa mengenyam
pendidikan sampai perguruan tinggi, agar ia mampu memajukan bangsa Indonesia dengan
keilmuan yang ia miliki. Bukankah kita tahu bahwa kemajuan suatu bangsa itu
bergantung pada pemuda. Jika pemudanya hebat, maka akan berpengaruh pada
keadaan bangsa itu. Tapi, jika pemudanya tidak mempunyai daya pikir yang hebat
mungkin sesuatu yang tidak diinginkan akan menimpa bangsa tersebut. Tentunya
sesuatu yang negative. Dan yang pasti itu semua tidak diinginkan oleh semua
masyarakat.
Perhatian orang tua pun menjadi salah satu faktor
pemicu anak putus sekolah. Kondisi keluarga yang kurang dalam hal ekonomi
menyebabkan anak tidak begitu diperhatikan. Orang tua lebih sibuk dengan
urusannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya tanpa memperhatikan
pendidikan anaknya, sehingga anak lebih memilih untuk putus sekolah saja. Untuk
menghindari hal tersebut orang tua harus lebih memperhatikan pendidikan untuk
anaknya, orang tua harus peduli. Jangan hanya sibuk mencari kebutuhan hidup
saja dan membiarkan anaknya tidak sekolah. Melainkan ia harus memberikan motivasi
kepada anaknya agar tetap lanjut sekolah meskipun hidup dalam keterbatasan
ekonomi.
Kurangnya perhatian dari orang tua tersebut
menyebabkan rendahnya minat anak untuk melanjutkan sekolah. Kalau sudah
hilangnya minat dari anak itu sendiri, sulit untuk mengubahnya. Karena segala
sesuatu itu bergantung pada minat yang ada pada individualnya, jika sudah hilang
apa mau ditanya. Hilangnya minat seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sekitar yang membawa ia ke arus yang salah. Lingkungan yang tidak
begitu memperdulikan pendidikan dapat membuat anak bersifat biasa-biasa saja
ketika ia tidak sekolah. Hal itu bisa dikatakan karena faktor budaya yang sudah
lama berkembang dan dipelihara oleh masyarakat yang mempunyai anggapan bahwa
anak mereka bisa tetap hidup layak tanpa bersekolah, yang dimana itu dijadikan
sebagai landasan dalam menentukan masa depan anaknya. Padahal anggapan seperti
itu sebaiknya harus dihilangkan di tengah-tengah masyarakat. Jadi, peranan
lingkungan disini dalam mengentaskan suatu permasalahan anak putus sekolah
begitu sangat penting.
Sebenarnya, masalah ekonomi masih bisa teratasi jika
kita benar-benar ingin bangkit dari suatu keterpurukan, tentunya dengan usaha
yang semaksimal mungkin. Selama disitu ada kemauan atau ada target yang akan
dicapai maka segala usaha pun akan dilakukan meskipun terkadang sulit. Kemauan
yang kuat akan mengabaikan sesuatu yang dapat menghalanginya, karena ia yakin
bahwa selalu ada jalan untuk mencapainya.
Faktor lain yang menyebabkan anak putus sekolah adalah
faktor lokasi sekolah. Masyarakat begitu mempertimbangkan akan hal ini, karena
jarak yang jauh dan akses transportasi yang sulit begitu menghambat anak-anak
mereka untuk berangkat sekolah. Mereka berpikir keselamatan anaknya akan
terancam jika bersekolah terutama bagi anak perempuan mereka. Jadi, mereka
lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka.
Setiap diri individu pasti mempunyai konsep diri yang
berbeda beda. Konsep diri merupakan pengetahuan individu terhadap dirinya
sendiri baik itu tentang ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian. Pentingnya
konsep diri karena di dalam konsep diri itu mampu memberikan penghargaan
terhadap dirinya, menjaga stabilitas diri, dan mampu meningkatkan keyakinan
terhadap kemampuan diri yang dimiliki.
Informasi yang saya dapatkan dari data yang saya baca,
bahwa manusia itu mempunyai kondisi psikologis yang mendukung kehidupannya,
diantaranya locus of control, self concept, dan self value. Keyakinan diri
dalam mengontrol nasib sendiri, itu namakan locus of control. Locus of control
terbagi menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of
control.
Dalam Internal locus of control individu mampu
mengontrol dirinya sendiri. Ia tidak mudah menyerah dengan semua permasalahan
yang sedang ia hadapi. Ia selalu tegar dan merasa mampu bahwa dirinya mampu
menghadapi semuanya dengan kemampuan yang ia punya, dan tidak menjadikan
masalah sebagai halangan melainkan menganggap maslah itu sebagai tantangan buat
dirinya dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kondisi psikologis ini tidak
pernah mengandalkan hidupnya kepada orang lain, ia lebih percaya pada dirinya
sendiri.
Berbeda dengan eksternal locus of control, individu
ini lebih beranggapan bahwa lingkunganlah yang mampu mengontrol kehidupannya.
Ia lebih bergantung kepada faktor luar. Dan biasanya yang memiliki kondisi
psikologis yang seperti ini ia lebih cenderung pasrah dengan hidupnya, ia
menganggap bahwa semua apa yang terjadi itu sudah menjadi nasibnya yang tidak
bisa ia rubah. Ia tidak mampu menggenggam lingkungan.
Jadi, kesimpulan dari semuanya adalah banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa anak itu putus sekolah. Ternyata tidak
semuanya anak putus sekolah dikarenakan oleh faktor ekonomi saja, meskipun
terkadang jika dilihat dari kasat mata anak putus sekolah di dominasi faktor
ekonomi, tapi jika dilihat dengan lebih teliti lagi banyak faktor lain yang
menyebabkan banyaknya anak putus sekolah. Faktor tersebut ada yang bersifat
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat dari diri individu
tersebut atau motivasi diri yang kurang. Faktor eksternalnya bisa berupa karena
faktor sosial budaya yang berkembang, letak geografis dan fasilitas
pembelajaran atau faktor infrastruktur yang tidak memadai yang dimana hal itu
bisa mengakibatkan anak berkeinginan untuk tidak sekolah dan memilih untuk
berhenti atau putus sekolah.
Terima kasih
J