Start

Rabu, 27 Januari 2016

Anak Putus Sekolah



Pembahasan yang dari dulu hingga sekarang masih dijadikan suatu permasalahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat adalah mengenai anak putus sekolah. Ini bukan merupakan persoalan yang baru saja muncul, persoalan ini sudah lama ada, namun hingga saat ini persoalan tersebut belum mampu diatasi dengan baik untuk menghilangkannya.
Anak merupakan aset masa depan bagi para orang tuanya untuk bisa melanjutkan cita-citanya yang belum terwujud. Tapi, jika anak tersebut tidak mengenal pendidikan sedini mungkin apakah mampu mewujudkan yang dicita-citakannya. Pendidikan bagi anak merupakan hal yang sangat penting demi masa depannya, jika anak tidak mempunyai pendidikan maka ia tidak akan mampu merumuskan tujuan hidupnya di masa mendatang.
Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan anak, bisa membentuk watak anak, dan mampu membangkitkan anak dari kebodohan yang ada. Bukankah kita tahu, bahwa menuntut ilmu itu wajib selama jasad masih dkandung badan. Oleh karena itu, pendidikan bisa dikatakan berlaku untuk sepanjang hayat. Sangat disayangkan sekali jika seorang anak itu putus sekolah, secara otomatis ia telah memberhentikan aktivitasnya dalam menuntut ilmu di dunia pendidikan.
Dari berbagai daerah terutama di Indonesia sangat marak sekali anak yang putus sekolah. Sehingga hal ini menjadi suatu permasalahan yang menarik untuk diteliti. Banyak dilakukan penelitian-penelitian oleh para cendekiawan yang akan menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun penelitian tersebut terkadang tidak berdampak terhadap perubahan tentang anak putus sekolah. Mereka hanya berhasil menghimpun banyak data dari sana sini untuk mencari akar dari semua permasalahan yang terjadi.
Semua teori-teori telah banyak bermunculan, namun itupun tidak mengurangi tingginya angka anak yang putus sekolah. Pemerintah telah berusaha untuk bisa mengurangi permasalahan tentang anak putus sekolah, sehingga pada akhirnya pemerintah melanjutkan program pendidikan yang tadinya hanya wajib 6 tahun menjadi wajib belajar 9 tahun. Dengan tujuan, agar tidak ada lagi anak yang putus sekolah.
Pemerintah menginginkan semua anak Indonesia baik yang kaya ataupun yang tidak kaya wajib mengenyam pendidikan selama 9 tahun. Hal itu dilakukan demi kemajuan bangsa Indonesia, agar bangsa Indonesia mempunyai generasi penerus yang baik yang mempunyai pendidikan standard 9 tahun, dan mencanangkan program dana BOS (Bantuan Operasional Siswa). Adanya Bos agar bisa membantu masyarakat yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Dengan seperti itu tidak ada alasan lagi untuk putus sekolah.
Harapan pemerintah, anak Indonesia harus tetap bisa sekolah, jangan sampai ia putus sekolah. Jika hal ini terus terjadi begitu saja dan berkelanjutan, apa jadinya bangsa ini. Bangsa ini perlu adanya generasi-generasi penerus bangsa yang mempunyai latar pendidikan yang sesuai dan layak. Jika tidak, akan menyebabkan dampak negative yang dimana pengaruhnya itu begitu besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Benar apa yang dikatakan oleh Ki hajar Dewantara, bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Pendidikan dapat merubah pola pikir yang dangkal menjadi tidak dangkal, menambah wawasan dan daya pikir yang cemerlang. Orang yang berpendidikan menjadikan ia tidak terbelakangi. Ia akan menjadi orang yang disegani oleh banyak orang.
Akan tetapi, setiap suatu permasalahan yang terjadi tentunya ada banyak faktor penyebab yang mempengaruhi dan mendukung permasalahan itu menjadi semakin hari semakin liar dan berkembang biak begitu cepat.
Menurut beberapa data yang saya dapatkan, hampir semua daerah mempunyai faktor yang sama mengenai anak putus sekolah. Faktor yang dominan hingga saat ini yaitu faktor ekonomi. Faktor inilah yang paling utama disebutkan. Dimana-mana semua permasalahan yang ada selalu saja dipengaruhi oleh faktor ekonomi, seperti itu kenyataannya. Ketika kehidupan kita berada pada ekonomi yang paling bawah, maka segala aktivitas yang kita inginkan terkadang bisa terhambat karenanya. Ketika semuanya serba uang dan uang, maka ketika orang tersebut tak memiliki banyak uang mana mungkin ia akan mampu mewujudkan keinginannnya.
Lebih baik lagi jika anak Indonesia itu bisa mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, agar ia mampu memajukan bangsa Indonesia dengan keilmuan yang ia miliki. Bukankah kita tahu bahwa kemajuan suatu bangsa itu bergantung pada pemuda. Jika pemudanya hebat, maka akan berpengaruh pada keadaan bangsa itu. Tapi, jika pemudanya tidak mempunyai daya pikir yang hebat mungkin sesuatu yang tidak diinginkan akan menimpa bangsa tersebut. Tentunya sesuatu yang negative. Dan yang pasti itu semua tidak diinginkan oleh semua masyarakat.
Perhatian orang tua pun menjadi salah satu faktor pemicu anak putus sekolah. Kondisi keluarga yang kurang dalam hal ekonomi menyebabkan anak tidak begitu diperhatikan. Orang tua lebih sibuk dengan urusannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya tanpa memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga anak lebih memilih untuk putus sekolah saja. Untuk menghindari hal tersebut orang tua harus lebih memperhatikan pendidikan untuk anaknya, orang tua harus peduli. Jangan hanya sibuk mencari kebutuhan hidup saja dan membiarkan anaknya tidak sekolah. Melainkan ia harus memberikan motivasi kepada anaknya agar tetap lanjut sekolah meskipun hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Kurangnya perhatian dari orang tua tersebut menyebabkan rendahnya minat anak untuk melanjutkan sekolah. Kalau sudah hilangnya minat dari anak itu sendiri, sulit untuk mengubahnya. Karena segala sesuatu itu bergantung pada minat yang ada pada individualnya, jika sudah hilang apa mau ditanya. Hilangnya minat seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar yang membawa ia ke arus yang salah. Lingkungan yang tidak begitu memperdulikan pendidikan dapat membuat anak bersifat biasa-biasa saja ketika ia tidak sekolah. Hal itu bisa dikatakan karena faktor budaya yang sudah lama berkembang dan dipelihara oleh masyarakat yang mempunyai anggapan bahwa anak mereka bisa tetap hidup layak tanpa bersekolah, yang dimana itu dijadikan sebagai landasan dalam menentukan masa depan anaknya. Padahal anggapan seperti itu sebaiknya harus dihilangkan di tengah-tengah masyarakat. Jadi, peranan lingkungan disini dalam mengentaskan suatu permasalahan anak putus sekolah begitu sangat penting.
Sebenarnya, masalah ekonomi masih bisa teratasi jika kita benar-benar ingin bangkit dari suatu keterpurukan, tentunya dengan usaha yang semaksimal mungkin. Selama disitu ada kemauan atau ada target yang akan dicapai maka segala usaha pun akan dilakukan meskipun terkadang sulit. Kemauan yang kuat akan mengabaikan sesuatu yang dapat menghalanginya, karena ia yakin bahwa selalu ada jalan untuk mencapainya.
Faktor lain yang menyebabkan anak putus sekolah adalah faktor lokasi sekolah. Masyarakat begitu mempertimbangkan akan hal ini, karena jarak yang jauh dan akses transportasi yang sulit begitu menghambat anak-anak mereka untuk berangkat sekolah. Mereka berpikir keselamatan anaknya akan terancam jika bersekolah terutama bagi anak perempuan mereka. Jadi, mereka lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka.
Setiap diri individu pasti mempunyai konsep diri yang berbeda beda. Konsep diri merupakan pengetahuan individu terhadap dirinya sendiri baik itu tentang ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian. Pentingnya konsep diri karena di dalam konsep diri itu mampu memberikan penghargaan terhadap dirinya, menjaga stabilitas diri, dan mampu meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri yang dimiliki.
Informasi yang saya dapatkan dari data yang saya baca, bahwa manusia itu mempunyai kondisi psikologis yang mendukung kehidupannya, diantaranya locus of control, self concept, dan self value. Keyakinan diri dalam mengontrol nasib sendiri, itu namakan locus of control. Locus of control terbagi menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of control.
Dalam Internal locus of control individu mampu mengontrol dirinya sendiri. Ia tidak mudah menyerah dengan semua permasalahan yang sedang ia hadapi. Ia selalu tegar dan merasa mampu bahwa dirinya mampu menghadapi semuanya dengan kemampuan yang ia punya, dan tidak menjadikan masalah sebagai halangan melainkan menganggap maslah itu sebagai tantangan buat dirinya dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kondisi psikologis ini tidak pernah mengandalkan hidupnya kepada orang lain, ia lebih percaya pada dirinya sendiri.
Berbeda dengan eksternal locus of control, individu ini lebih beranggapan bahwa lingkunganlah yang mampu mengontrol kehidupannya. Ia lebih bergantung kepada faktor luar. Dan biasanya yang memiliki kondisi psikologis yang seperti ini ia lebih cenderung pasrah dengan hidupnya, ia menganggap bahwa semua apa yang terjadi itu sudah menjadi nasibnya yang tidak bisa ia rubah. Ia tidak mampu menggenggam lingkungan.
Jadi, kesimpulan dari semuanya adalah banyak faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa anak itu putus sekolah. Ternyata tidak semuanya anak putus sekolah dikarenakan oleh faktor ekonomi saja, meskipun terkadang jika dilihat dari kasat mata anak putus sekolah di dominasi faktor ekonomi, tapi jika dilihat dengan lebih teliti lagi banyak faktor lain yang menyebabkan banyaknya anak putus sekolah. Faktor tersebut ada yang bersifat internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat dari diri individu tersebut atau motivasi diri yang kurang. Faktor eksternalnya bisa berupa karena faktor sosial budaya yang berkembang, letak geografis dan fasilitas pembelajaran atau faktor infrastruktur yang tidak memadai yang dimana hal itu bisa mengakibatkan anak berkeinginan untuk tidak sekolah dan memilih untuk berhenti atau putus sekolah.
Terima kasih
J

Tidak ada komentar: