Start

Selasa, 21 April 2015

Komite Relawan Nusantara, Adakan Pelatihan Siaga Kebakaran




Cirebon. 20 April 2015 Relawan Rumah Zakat cabang Cirebon kembali mengadakan kegiatan reguler berupa kampus relawan. Dimana Kampus Relawan ini merupakan perbekalan materi untuk meningkatkan kualitas SDM Relawan Rz. Kali ini kampus relawan bekerja sama dengan Dinas Damkar (Pemadam Kebakaran) Kota Cirebon, dengan materi mengenai siaga kebakaran. Materi disampaikan oleh salah satu personil pemadam kebakaran Bapak Nurjaman. Sejumlah 17 relawan mengikuti kampus relawan ini dengan penuh keantusiasan yang luar biasa. Dapat dilihat dari semangat mereka dalam mengikuti pelatihan tersebut. Relawan menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh pemateri. Banyak pengetahuan baru yang didapatkan dari Bapak Nurjaman.


Dengan santainya, Pak Nurjaman menyampaikan materi yang mendasar terlebih dahulu kepada relawan. Tujuannya, agar dapat diterima dengan mudah apa yang ia sampaikan. Pemateri berharap relawan tidak hanya mendapatkan didikan teori saja. Akan tetapi, perlu juga adanya praktek langsung, agar relawan lebih cepat paham dan mengerti dalam penanganan kebakaran yang sesungguhnya. Karena biasanya teori lebih sulit dibandingkan dengan praktek.

 
Di akhir materi, para relawan diperkenalkan dengan APAR (Alat pemadam api ringan) dan diperlihatkan juga salah satu alat pemadam api ringan serta dijelaskan cara penggunaan alat tersebut. Beruntung sekali bagi para relawan yang mengikuti kampus relawan kali ini. Dimana materi ini belum tentu didapatkan disembarang tempat.


“Acara kampus relawan ini bisa menambah pengetahuan baru, materinya sangat bermanfaat untuk para relawan , kalau bisa harus ada prakteknya juga, dan semoga kegiatannya bisa terus berlanjut”, ungkap Intan Sholihat. Salah satu relawan Rz Cirebon yang mengikuti kegiatan kampus relawan.


“Senang sekali bisa mengikuti kampus relawan, apalagi kalau materinya menarik, mudah-mudahan lewat kegiatan ini bisa memantapkan para relawan baru untuk terus berkiprah di kegiatan relawan selanjutnya, saya harap jumlah relawannya bisa semakin bertambah banyak, aamiin”. Tutur Nur’aeni selaku penanggung jawab kegiatan reguler kampus relawan tersebut.


Selasa, 10 Maret 2015

Saat Kau Berumur



SAAT KAU BERUMUR..

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu...
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasanya, kau kabur saat dia memanggilmu...
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakan semua makananmudengan kasih sayang. Sebagai balasanya, kau buang piring berisi makanan ke lantai...
Saatkau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna. Sebagai balasanya, kau coret-coret dinding rumah da meja makan...
Saat kau berumur 5 tahun,dia membellikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah. Sebagai balasanya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur  dekat rumah...
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasanya, kau brteriak, “enggak mau!”.
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasanya, kau lemar bola itu ke jendela tetangga..
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai balasanya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu..
Saat kau berumur 9 tahun, dia telah membayar mahal kursus pianomu. Sebagai balasanya, kausering  bolos dan tidak pernah berlatih...
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang higga pesta u lang tahun. Sebagai balasanya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam...
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantarmu dan teman-temanmu ke bioskop. Sebagai balasanya, kau minta dia duduk di barisan lain...
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa. Sebagai balasanya, kau tunggu dia sampai dia keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun. Dia menyarankanmu untuk memotong rambut. Sebagai balasanya, kau katakan dai tak tahu mode...
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan. Sebagai balasanya, kau tak pernah menelponya..
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasanya, kau kunci pintu kamarmu...
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kaku  mengemudi  mobilnya. Sebagai balasanya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentinganya...
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasanya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu melihatmu lulus SMA. Sebagai







balasanya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi...
Saat kau berumur 19 tahun, dai membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasanya, kau minta diturunkan jauh dari gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmmu..
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “dari mana saja seharian ini?” sebagi balasanya kau jawab, ”Ah, Ibu cerewet amat si, ingin tahu urusan orang saja!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasanya kau katakan, “Aku tidak ingin seperti ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasanya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali..
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furnitur untuk rumah barumu. Sebagai balasanya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya  furnitur itu..
Saat kau berumur 24 tahun,dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasanya, kau mengeluh, “Aduh, bagaimana ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau brumur 25 tahun, dia mmembantumu membiayai pernikahamu. Sebagai balasanya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km...
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasihat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasanya, kau katakan padanya, “ bu, sekarang jamanya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelpon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasanya, kau jawab, “Bu,
Saya sibuk sekali. Nggak ada waktu!”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga membutuhkan perawatanmu. Sebagai balasanya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringa semua yang belum pernah kau lakukan., karena mereka datang menghantam  hatimu bagaikan godam.

JIKA  BELIAU MASIIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI.



Aksiologi Dakwah dalam Islam



Oleh Kelompok 5 :
1.      Abdul Rosyid
2.      Anieq Rofah
3.      Nur’aeni
Pengembangan Masyarakat Islam
                           Semester 2                         

A.                Pembahasan
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda dimana sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan nilai dengan menilai di satu pihak dan dengan fakta-fakta eksistensi obyektif di pihak lain. Aksiologi adalah perluasan dari bidang etika tradisional. Etika memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai moral, aksiologi memperluas diri dengan memusatkan perhatiannya pada semua jenis nilai. Nilai dalam etika tradisional diartikan sama dengan baik dan jahat sedangkan dalam aksiologi, nilai memiliki arti lebih luas lagi meliputi baik dan buruk/jahat, indah dan jelek, serta benar dan salah. Aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai makna yang dikandungnya.[1]
Tujuan dasar ilmu dakwah, dengan merujuk pada beberapa ayat al-Qur’an yang relevan, adalah untuk :
1.      Menjelaskan realitas dakwah sebagai suatu kebenaran.
2.      Mendekatkan diri kepada Allah sebagai Kebenaran.
3.      Merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh alam.

A.                Memahami Kebenaran
Dalam Al-Qur’an kebenaran itu disebut dengan istilah al-haq. Dalam al-Qur’an, kebenaran berhubungan dengan keadilan dan persamaan. Hal itu mengindikasikan bahwa setiap kebenaran terkait secara inheren di dalamnya keadilan dan persamaan. Dalam al-Qur’an, al-haq dipakai untuk menunjuk Allah dan suatu pengertian yang berlawanan dengan arti istilah bathil dan dhalal.
Dalam salah satu karyanya, Yusuf Qardhawi mengemukakan penggunaan kata al-haq oleh beberapa kalangan dalam pengertian masing-masing. Al-haq bagi filosof adalah perpaduan antara kebenaran, kebajikan dan keindahan. Mereka yang menekuni bidang etika mengartikan al-haq sebagai sisi lain dari kewajiban, seperti dapat dipahami dari ungkapan”setiap hak harus diimbangi dengan kewajiban”.[2]
Kebenaran harus ditegakkan. Para penganut agama pada umunya sepakat bahwa kebenaran ilmu bersifat nisbi. Kebenaran nisbi dapat diberi pengertian dengan kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Ada yang membagi kebenaran nisbi terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1.      Kebenaran Koresponden.
2.      Kebenaran Koherensi.
3.      Kebenaran Pragmatik.
4.      Kebenaran Semantik.
Noeng Muhadjir membagi kebenaran menjadi empat tingkat, yaitu :
1.      Empirik Sensual.
2.      Kebenaran empirik rasional.
3.      Kebenaran empirik etik.
4.      Kebenaran empirik transedental.
Jadi, kesimpulannya kebenaran yang ditemukan ilmu dakwah harus dipakai untuk membela, menegakkan dan melestarikan kebenaran bukan untuk membela, menegakkan dan melestarikan kesalahan, kebathilan dan kesesatan.
B.     Persoalan Rekayasa Masa Depan
Perubahan sosial adalah perubahan dalam segi struktur dan hubungan sosial. Perubahan sosial berjalan dengan hukumnya sendiri tanpa ada kemampuan manusia untuk terlibat didalamnya. Namun demikian, ada juga yang berpendapat bahwa manusia dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap arah perubahan sosial.[3] Merujuk pada pendapat terakhir, perubahan sosial yang direncanakan disebut dengan beberapa istilah, diantaranya rekayasa sosial, perencanaan sosial, dan manajemen perubahan.pengertian yang diacu istilah perencanaan sosial, istilah rekayasa sosial mengandung arti perencanaan tertentu, tidak dalam arti seluruh perencanaan diimplimentasikan hingga teraktualisasikan secara nyata. Maka rekayasa sosial mengandung makna pragmatis dan relatif lebih pasti.
Ilmuwan dakwah sepakat bahwa arah perubahan sosial dapat diramalkan, diarahkan dan direncanakan. Perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa sosial terutama dapat dimulai dari perubahan individual, baik dalam cara berfikir maupun bersikap. Dalam konteks dakwah, arah perubahan yang dituju adalah pembentukan khairu ummah. Untuk mencapai hal itu, maka bisa diawali dengan pembentukan khaira bariyyah, khaira usrah, khairu jamaah lalu tercapailah pembentukan khairu ummah.
Dengan merujuk pada pendapat Jalaluddin Rakhmat, rekayasa sosial dapat dipahami sebagai pemasaran sosial. Dalam pengertian tersebut, debagai upaya merekayasa umat menuju ke arah pembentukan khairu ummah, da’i dalam proses dakwahya dapat dikatakan sebagai memasarkan rencana atau solusi atas problem-problem sosial yang dihadapi masyarakat, dalam konteks penegakan kebenaran dan keadilan. Dakwah dalam pengertian itu dapat mengambil bentuk kegiatan yang berupa aksi-aksi kolektif, teknik-teknik pengembangan masyarakat, gerakan sosial bahkan bisa juga berbentuk revolusi.
Dalam QS. Al-Hadid : 25 terkandung antara lain tiga istilah yang dipahami oleh Jalaluddin Rakhmat sebagai tiga macam cara bagaimana Rasulullah merekayasa ummat.
1.      Al- Kitab
Mengembalikan umat manusia pada fitrah kemanusiaan dan nilai-nilai ilahiyah..
2.      Al-Mizan
Mengembangkan argumentasi rasional dan akal sehat agar tercipta kejernihan pola pikir.


3.      Al-Hadid
Berusaha memiliki kekuasaan yang sepenuhnya digunakan untuk menegakkan keadilan, seperti yang telah diberikan oleh Allah kepada Rasulullah.
Sebagai suatu sistem, rekayasa sosial mempunyai beberapa unsur, yaitu sebab pelaku perubahan, target perubahan, media perubahan dan unsur strategi perubahan.
Dilihat dari targetnya, fungsi-fungsi dakwah dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      I’tiyadi
Normalisasi tata nilai yang telah ada.
2.      Muharriq
Peningkatan tatanan sosial yang sebenarnya.
3.      Iqaf
Upaya preventif dengan sejumlah petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan yang relevan.
4.      Tahrif
Membantu untuk meringankan beban penderitaan.

C.                Persoalan Nilai-nilai Islam
Nilai (value) merupakan suatu konsep yang sangat bermakna ganda. Nilai adalah pandangan tertentu yang berkaitan dengan apa yang penting dan yang tidak penting.[4] Nilai juga dapat dipahami sebagai suatu kata benda abstrak, yaitu mengacu pada sifat dari nilai atau sifat bernilai.
Al-Qur’an dipercaya memuat nilai-nilai tertinggi yang ditetapkan oleh Allah dan merupakan nilai-nilai resmi dariNya. Nilai-nilai yang termuat dalam al-Qur’an selamanya ada di langit kecuali setelah melalui proses dakwah.
Dakwah adalah upaya menurunkan dan menjadikan nilai-nilai al-Qur’an agar membudaya dalam kehidupan masyarakat. Dakwah adalah suatu rekayasa sosial guna membentuk suatu persekutuan budaya yang para anggotanya mentaati kerangka ide dan nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an untuk menjaga kehidupan yang harmonis dan menghindari trejadinya anarki.[5]
Apa yang paling dasar dan paling sentral dari nilai-nilai Islam adalah tauhid. Tauhid adalah suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari segala sesuatu dan bahwa manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Bagi umat islam, tat nilai yang Islami dianggap sebagai nilai yang telah jelas karena sumber dan rujukannya jelas, yaitu al-Qur’an dan Hadits. Dari sejumlah ayat-ayat al_qur’an dapat diperoleh pemahaman bahwa tata nilai bukanlah suatu barang yang mati atau produk jadi yang statis. Tata nilai islami itu bersifat historis, dinamis, dialektis dan profetik-transformatif.
Penanaman nilai-nilai Islami ke dalam realitas kehidupan manusia pada dasarnya adalah suatu rekayasa budaya dan strategi kebudayaan yang berlandaskan pada konsep-konsep yang matang sesuai dengan arus perubahan zaman yang tidak pernah berhenti. Itulah sebabnya tata nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat tidak bisa berdiri sendiri, terlepas dari kenyataan dan realitas sosial yang mengitarinya.
Dengan demikian, tata nilai Islami yang akan ditanamkan, didasarkan pada pengetahuan yang mendalam mengenai realitas yang ada di masyarakat, yang diperoleh antara lain melalui studi literatur keagamaan yang bersifat normatif dan historis yang memungkinkan diperoleh simbol-simbol lama yang tidak Islami.


[1] The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penertiban Bidang Filsafat, terj. Ali Mudhofir, (Yogyakarta:Karya Kencana, 1977), hal. 144-145
[2]Yusuf Qardhawi, Epistemolog al-Qur’an(al-haq).Terj. Luqman Hakiem, (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), hal. 3-4
[3]Paul B Horton and Chester L Hunt, Sosiologi, jilid II, terj. Aminuddin Ram dan Tita Sobari, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 208-242.
[4]Paul B Horton and Chester L Hunt, Sosiologi, jilid II, terj. Aminuddin Ram dan Tita Sobari, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 258
[5]Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal. 174.