Start

Jumat, 31 Mei 2019

Upaya Melawan Kemalasan Diri Sendiri


Gambar diambil dari Kompasiana.com



#30HariMenulis_Hari_1

Kesal. Pukul 04.30 dini hari, aku sudah menuliskan beberapa paragraf pada draft bloggerku untuk tulisan dihari pertama ini. Namun, ternyata tulisanku hilang begitu saja. Ah, aku harus mengulang tulisan lagi dari awal. Pagi yang sangat menyebalkan. Tolong maafkan, terkadang aku suka menghujat diriku sendiri seperti ini. Inilah yang aku rasakan dalam pengalaman menulis dihari pertama.

Aku tak meminta untuk dipahami, tapi semoga tidak ada kekesalan yang sama. Cukup sekali ini saja, karena bentuk tulisan pengulangan kesannya akan sangat berbeda dengan tulisan pertama yang sudah dituliskan. Memang hidup harus banyak rasa, jadilah harus banyak kejadian yang kita dapati, selebihnya agar kita tetap mau berusaha dan tidak mudah menyerah dengan apa yang sudah terjadi. Itulah salah satu bentuk upaya untuk melawan kemalasan pada diri sendiri. Memaksakan diri untuk melakukan hal positif yang sebenarnya kita enggan dan merasa keberatan untuk melakukannya.

Baik. Aku mulai saja. Aku akan menuliskan kembali beberapa paragraf yang sudah hilang semampu yang aku bisa.

Sebenarnya, aku belum bisa menulis seperti layaknya penulis yang mampu mengguncangkan dunia dan mempengaruhi pembaca untuk menyelami apa yang dituliskan oleh penulis. Padahal aku sudah lama suka menulis coretan-coretan dibuku. Tapi, tulisanku tidak untuk konsumsi publik, melainkan tulisan untuk diriku sendiri yang bisa aku nikmatin sendiri, karena sifatnya masih sangat monoton.

Ceritanya seperti ini. Sejak kecil aku sudah suka menuliskan sesuatu yang aku alami dalam keseharian. Tentunya tulisan tersebut bisa aku gunakan untuk mengenang kejadian-kejadian atau pengalaman berharga yang perlu aku ingat kembali.

Seperti yang kita ketahui, otak kita belum mampu menampung banyak memori kehidupan yang tak terbatas ini. Oleh karena itu, dengan adanya tulisan yang kita buat akan sangat membantu untuk mengingat kembali masa-masa yang sudah kita lewatkan sebelummya.

Dulu, sejak aku masih duduk dibangku SMP, aku punya tulisan pribadi pada beberapa buku tulisku. Tulisan-tulisannya selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan yang aku alami saja. Ada soal cinta, kebahagiaan, luka, tangis dan banyak hal lainnya yang memang tidak jauh dari kehidupanku kala itu. Setidaknya jika tulisanku belum pantas untuk dipublikasi, masih ada hal-hal yang mampu aku ingat kembali pada masa-masa lampau yang sempat aku alami.

Aku tau, mengenang kejadian yang sudah lama itu mampu memberikan sensasi tersendiri untuk kita nikmatin. Kekonyolan dan keunikan dalam tulisan yang sudah kita tuliskan sudah pasti ada. Hal tersebut tentunya mampu membuat aku tertawa dan senyum-senyum sendiri layaknya orang kasmaran. Padahal bukan. Kurasa setiap orang punya keunikan dan pengalaman tersendiri yang patut  ditertawakan oleh diri sendiri sebagai bentuk kekonyolan yang belum tentu dirasakan oleh orang lain. Karena manusia itu unik dengan caranya masing-masing.

Memasuki masa-masa SMA, aku masih berkomitmen untuk terus menuliskan kisah-kisah kehidupan yang aku alami. Saat itu, masih sama. Tulisanku belum pantas untuk dipublikasikan. Aku masih suka menulis sesuka hati saja tanpa menyertakan referensi apapun. Namanya juga tulisan pribadi, tanpa referensi pun jadi.

Kala itu, memasuki kelas 12 SMA, aku termotivasi sama temanku yang suka menulis di blog dan sempat juga tulisannya terbit di media cetak, namanya Tria. Dia penggemar anime Jepang dan kesehariannya selalu disibukkan untuk berkarya.

Akhirnya, kala itu aku sempat memiliki keinginan untuk bisa menulis seperti dirinya. Namun, ketertarikan dalam dunia kepenulisan masih naik turun. Bisa dibilang mood-mood_an. Hal itu dirasakan hingga saat ini. Kadang suka termotivasi, kadang pula hilang motivasi.
Kadang suka nulis. Kadang juga malas nulis. Padahal, terkadang ide menulis itu muncul dan melintas begitu saja setiap saat dalam kondisi tertentu. Namun, saking malasnya, ide yang muncul dan melintas dipikiran dibiarkan mengendap dan lenyap begitu saja. Ah sial!
Stop! Jangan terlalu banyak menghujat diri sendiri dengan perkataan yang tidak memberikan sugesti positif pada diri kita.

Lanjut saja. Keinginanku untuk bisa menulis seperti temanku Tria dimulai saat aku meminta bantuan Tria untuk mengenalkan aku dengan Blog. Akhirnya dia pun mengenalkannya sekaligus membuatkan blog untukku, tepatnya pada tahun 2013 aku sudah punya Blog sendiri. Terima kasih Tria. Kurasa kini dia sudah sukses dengan dunianya sendiri.
Akan tetapi, blog yang sudah dibuat belum banyak diisi tulisan-tulisan, blogku masih kosong seperti tak bertuan, sepi. Ibarat rumah, blogku itu angker dan menyeramkan.
Akhirnya aku coba menulis beberapa baris tulisan saja untuk mengisi blogku itu. Tulisan itu aku beri judul "Pencarian". 


Setelahnya aku tak pernah menulis lagi, karena sebenarnya aku belum paham betul cara memaksimalkan blog yang sudah aku buat, yang ada hanya keraguan dan rasa ketakutan menulis untuk publik. Wajar saja kalau blogku belum ada kemajuan, menulis saja enggan. Lihat saja riwayat blogku masih belum menghasilkan banyak tulisan, sekalipun ada tulisan- tulisanku masih tak bermutu.

Memasuki dunia perkuliahan, rasa percaya diri itu kian meningkat. Aku sudah mulai ada sedikit kemajuan dalam hal tulisan. Keinginan aku sejak tahun 2013 untuk bisa menulis di media cetak sudah terealisasi di tahun 2017 dan 2018.
Hal itu dikarenakan proses kehidupan yang mempertemukan aku dengan banyak orang yang luar biasa. Dari teman-temanku yang sudah lebih piawai dalam hal menulis, saat itu juga motivasi menulis pun muncul kembali dengan sendirinya.

Tapi, yang disayangkan aku belum bisa menghasilkan tulisan setiap hari. Menghasilkan tulisan setiap hari itu masih sebatas keinginanku saja tanpa realisasi yang maksimal. Tapi upaya untuk melawan kemalasan tidak berhenti begitu saja.

Aku sering kali memaksakan diri untuk menulis, kalau tidak memaksakan diri paling tidak ada yang menyuruh dan mendorongku untuk menulis. Payah sekali memang. Tapi beginilah keadaannya. Menurutku, malas menulis karena belum bisa menulis adalah alasan yang sangat klasik jika tanpa diiringi usaha untuk mengenyahkannya.

Oleh karena, upaya-upaya yang aku lakukan untuk melawan kemalasan yang setia bersemayam dalam diri, aku suka mencari event-event menulis dari media sosial untuk aku ikuti eventnya. Bisa melalui instagram, fb, group wa dan media apapun yang memiliki informasi terkait event kepenulisan.

Awalnya aku termotivasi karena hadiahnya yang menarik, misalnya nanti karya kita dibukukan, ada hadiah keliling luar daerah atau luar negeri dan hal-hal menarik lainnya yang bisa memotivasiku untuk bisa menulis. Dari event yang gratis sampai berbayar pun jika aku sudah tertarik akan aku ikuti.

Selain itu, aku sempat terjun di dunia jurnalis sebagai wartawan koran lokal. Tugasku saat itu membuat satu atau dua berita dalam sehari. Beritanya bisa berupa agenda kegiatan para anggota dinas, berita ekonomi, budaya, dan juga berita kriminal sempat aku garap. Tentunya hal tersebut melalui arahan terlebih dahulu dari pihak redaktur, karena aku masih pemula dalam hal menulis berita. Kerjaan sebagai jurnalis tidak berjalan lama, hanya berkisar sampai tiga bulan saja dikarenakan berbenturan dengan tugas skripsiku yang belum terselesaikan. Jadi aku mengundurkan diri untuk fokus menyelesaikan tugas akhirku yang masih terbengkalai.

Dalam menulis skripsi pun sama, upaya melawan kemalasan harus terus berjalan. Kalau tidak kita akan terhanyut dalam kemalasan tanpa menghasilkan pengakhiran yang baik.
Ku yakin, setiap orang punya pengalaman tersendiri dalam melawan kemalasan. Sebenarnya masih ada hal lain yang belum aku sebutkan disini. Tapi aku cukupkan saja dulu.

Baik. Dari beberapa kalimat panjang lebar yang sudah aku utarakan di atas. Basa basi yang banyak spasi itu. 

Aku akan menjelaskan sedikit alasan aku mengikuti event 30 hari menulis ini. Alasannya adalah tidak terlepas dari judul yang sudah aku tuliskan, yaitu sebagai salah satu bentuk "Upaya Melawan Kemalasan Diri Sendiri". Semoga dengan mengikuti event ini, motivasi untuk menulis bisa tumbuh kembali dan tentunya bisa memiliki komitmen untuk terus menghasilkan tulisan setiap hari dan tentunya bisa mengisi blogger aku yang sepi dan angker ini.

Terima kasih kepada penyelenggara.
Welcome Juni !!!
Pokoknya #NulisAjaDulu

Rabu, 24 Mei 2017

Shot Course Islam dan Gender



SHORT COURSE ISLAM DAN GENDER
“MENGEMBANGKAN PERSPEKTIF MUBAADALAH (RESIPROSITI DALAM KAJIAN KEISLAMAN ADIL & GENDER”

Hari, Tanggal            : Selasa, 23 Mei 2107
Pemateri 1                  : KH Marzuki Wahid
Peserta                        : 25 orang
Oleh                            : Nur’aeni
Instansi                       : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

APA ITU GENDER?
Gender merupakan suatu ilmu yang masuk ke dalam kategori ilmu social dan budaya yang membicarakan tentang ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang diperoleh dari hasil kontruksi social. Dalam hal ini, gender bersifat tidak permanen atau bisa dirubah sesuai kemauan dan juga bisa dipertukarkan perannya baik oleh laki-laki ataupun perempuan.

KENAPA GENDER ITU MUNCUL???
Para ilmuwan social seperti halnya Karl Mark, Mark Weber, Emil Durkheim, Antonio-Gramsci telah menjelaskan teori sosialnya mengenai bentuk ketidakadilan yang terjadi. Akan tetapi, mereka belum menganalisa tentang relasi social antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, munculnya teori gender sebagai pelengkap teori-teori social sebelumnya yang dimana di dalam gender itu sendiri menjelaskan tentang pembahasan bagaimana relasi laki-laki dan perempuan yang berkeadilan. Gender merupakan sebuah ilmu yang bersifat ilmiah.


SEX DAN GENDER???
Sex dan gender mempunyai arti yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Jika ada yang mengartikan bahwa sex dan gender adalah sama maka hal itu masih sangat keliru. Oleh karena itu, sebelum memahami lebih dalam tentang gender, harus memahami terlebih dahulu apa itu sex dan apa itu gender agar tidak terjadi kesalah pahaman. Dalam hal ini bisa dilihat bagaimana ciri-ciri laki-laki dan perempuan berdasarkan sex dan berdasarkan gender, sebagai berikut : 

Berdasarkan Sex
 Laki-laki
Perempuan
Penis
Vagina
Sperma
Rahim
Jakun
Ovum
Hormon Testoteron
Hormon Progesteron
Testis
Hormon Estrogen

Clitoris












Berdasarkan Gender
Laki-laki
Perempuan
Kuat
Lemah
Berani
Pemalu
Rasional
Baper
Superior
Inferior
Banyak masuk surga
Banyak masuk neraka
Pemimpin
Makmum
Publik
Domestik

Jadi, dari table di atas menjelaskan bahwa sex adalah ciri-ciri laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis biologis yang sifatnya fisik, kodrati, tidak bisa dipertukarkan, pemberian Tuhan, dan universal. Sedangkan gender sendiri menjelaskan jenis kelamin social yang sifatnya bisa dipertukarkan, karena hasil dari kontruksi social, budaya, bukan sebagai kodrat dan gender berkaitan erat dengan peran, sifat dan perilaku yang bisa dirubah.
Fasilitator pun memunculkan pernyataan yang berbunyi demikian :
“Jender pada dasarnya tidak perlu dipermasalahkan kecuali menimbulkan ketidakadilan”.
Bentuk-bentuk ketidakadilan dalam gender terbagi menjadi 5, diantaranya :
1.      Subordinasi (tidak diutamakan)
2.      Marginalisasi (terpinggirkan)
3.      Steorotip (pelabelan negative)
4.      Double burdens (beban ganda)
5.      Kekerasan (fisik, psikis, sexual, ekonomi)

MENGAPA KITA PERLU MEMAHAMI GENDER ?
Karena dalam kehidupan social sehari-hari tidak terlepas dari relasi laki-laki dan perempuan.

SEX DAN SEKSUALITAS
Secara etimologi, sex adalah alat kelamin. Sedangkan seksualitas merupakan konsep yang luas, meliputi beragam aspek atau bisa juga suatu isu yang masih sensistif karena diartikan/dipahami secara berbeda-beda. Seksualitas itu sendiri meliputi :
·         Birahi
·         Identitas seksual
·         Orientasi seksual
·         Ekspresi seksual
·         Perilaku seksual
·         Kesehatan seksual



ORIENTASI SEKSUALITAS
Orintasi seksualitas merupakan sebuah pilihan seksual yang beragam. Model bentuknyapun beragam. Biasanya orientasi seksual itu lebih berkaitan bagaimana untuk memuaskan seksualitas dirinya. Ada beragam jenisnya seperti halnya para LGBTIQ (Lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, Queer.

POLA PERUBAHAN PERAN GENDER
Pola perubahan gender menurut pemaparan yang disampaikan oleh fasilitator adalah sebagai berikut tabelnya :
Masyarakat
Tradisional-Konvensional (dikotomis)
Modern (Fleksibel)
Pola Kerja
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Publik
Ya
Tidak
ya
Ya
Domestik
Tidak
Ya
???
Ya
Produksi
Ya
Tidak
Ya
Ya
Reproduksi
Tidak
Ya
???
Ya
Komunitas
Ya
Ya
???
Ya

ASPEK-ASPEK KEADILAN GENDER
Dalam kajian gender, terdapat 4 aspek di dalamnya yang berkaitan dengan keadilan gender, diantaranya :
·         Akses
·         Partisipasi
·         Kontrol
·         Manfaat
PELEMBAGAAN & PELANGGENGAN KETIDAKADILAN GENDER
Seperti yang sudah dinyatakan oleh fasilitator bahwa gender tidak perlu dipermasalahkan terkecuali menimbulkan suatu ketidakadilan. Ketidakadilan gender tentunya berkaitan dengan kontribusi-kontribusi yang sifatnya umum yang dimana hal tersebut berjalan secara tersistem dan terstruktur yang satu sama lain saling berkaitan. Kontribusi-kontribusi tersebut bisa berupa penafsiran teks agama yang salah menafsirkan, kebijakan public, budaya patriarki, Pendidikan, dan sebuah idiologi kapitalisme pun sangat berkontribusi sekali terhadap terjadinya ketidakadilan gender tersebut. Sehingga pemahaman masyarakat terhadap gender itu menjadi bias. Oleh karena itu, agar tidak terjadi bias gender kita bisa memulai dari diri kita dan dimulai dari lini yang terkecil yaitu keluarga. Sebagai bentuk atau perilaku yang tidak bias terhadap gender, maka dari itu solusinya bisa dengan menjadikan sebuah keluarga yang bermitrakesetaraan. Artinya hal-hal yang berkaitan dengan kerja produktif dan kerja reproduktif itu bersifat seimbang antara laki-laki dan perempuan. Tentunya harus dilalui dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati bersama.

FEMINIS/FEMINISME
            Seperti yang telah kita ketahui bahwa ketidakadilan gender itu kebanyakan terjadi pada perempuan. Hal tersebut tentunya disebabkan karena kontruksi-kontruksi social yang sudah lama terbentuk di benak masyarakat sehingga menjadi sebuah paradigma yang sifatnya general atau umum. Ketidakadilan tersebut bahkan nyaris perempuanlah yang lebih banyak disalahkan dibanding laki-laki. Oleh karena itu, muncullah gerakan yang dinamakan feminis sebagai bentuk untuk memperjuangkan hak-hak perempuan yang hilang agar kembali mendapatkan keadilan dan tidak terus menerus mengalami ketertindasan.
            Feminis berupa gerakan yang idiologinya disebut dengan feminisme. Feminisme itu sendiri terbagi menjadi berbagai aliran. Aliran-aliran yang dipaparkan oleh fasilitator adalah sebagai berikut :
·         Feminisme Marxis
·         Feminisme Radikal
·         Feminisme Sosialis
·         Feminisme Kontemporer
·         Feminisme Muslim
Jadi, idiologi feminisme itu tidak berdiri sendiri, melainkan diikuti dengan aliran-alirannya. Ketika kita hanya mengenal bahwa gerakan feminis itu radikal dan turunan dari barat maka hal itu tidaklah disalahkan. Karena memang ada feminisme yang sifatnya radikal. Tapi, kita sebagai seorang pembelajar jangan langsung menggeneralkan bahwa semua feminis itu gerakannya radikal. Kita harus melihat bahwa ada seorang tokoh seperti Musda Mulia, dia seorang feminis muslim dimana ia tidak menghilangkan suatu idiologinya sebagai seorang muslim. Ia tetap menjunjung tinggi keislamannya dengan cara berpakaian yang ia kenakan sebagai salah satu identitas kemuslimannya.
Itulah catatan untuk pembelajaran hari ini. Saya merasa senang sekali bisa mengikuti pelatihan islam dan gender ini. Ini merupakan kesempatan luar biasa bagi saya. Dengan mengikuti pelatihan ini, pemahaman negative mengenai gender menjadi berkurang. Awal saya mendengar kata gender langsung berpikiran bahwa gender itu produk barat dan pasti gerakannya radikal. Tapi, setelah mendengarkan pemaparan yang disampaikan oleh Bapak KH Marzuki Wahid dengan metode yang begitu sederhana dan tersistematis menjadikan diri saya semakin ingin lebih memahami tentang gender agar tidak lagi salah memahami. Terlebih lagi disini dijelaskan bahwa gerakan feminis sebagai gerakan untuk menuntut ketidakadilan itu tidak hanya yang bersifat radikal saja, melainkan aliran feminis itu sendiri terbagi-bagi lagi dan salah satu alirannya ada yang dinamakan aliran feminisme muslim. Sebelumnya aku penasaran sebenarnya gerakan feminis yang dianut oleh Pak Marzuki itu feminis apa. Eh ternyata diakhir ada penjelasan mengenai feminis muslim. Saya kira jawabannya sudah terjawab di dalam materi yang disampaikan tersebut.
Lalu, jika berbicara soal keganjalan, tentunya ada yang masih mengganjal dalam benak pikiran saya tentang kesetaraan gender itu sendiri. Selama gerakan-gerakan feminis itu ada, apakah teriakan mengenai kesetaraan gender itu sudah terjadi dan akan terjadi menjadi setara antara laki-laki dan perempuan??? lalu terkadang ada orang yang salah memahami arti gender itu sendiri, sehingga ketika ia mempelajari gender yang ada bukanlah kesetaraan yang terjadi, justru salah satu diantara laki-laki dan perempuan itu ada yang masih tertindas. Contohnya perempuan menjadi semakin ngelunjak kepada laki-laki. Dan hanya menuntut keadilannya saja tanpa memperhatikan keadilan laki-laki itu sendiri.
Yang harus dilakukan oleh diri saya adalah terus mempelajari kajian tentang gender lebih mendalam agar tidak terjadi lagi yang namanya bias gender dalam kehidupan social masyarakat. Setelah sudah mulai memahami secara mendalam selanjutnya bisa disosialisasikan kajian gender ini kepada masyarakat umum.
Mengenai evaluasinya mungkin tentang kepesertaan yang lebih didominasi oleh perempuan. Sebaiknya dalam pelatihan gender yang seperti ini akan lebih baik lagi jika pesertanya seimbang antara laki-laki dan perempuan agar pembelajaran dan pemahaman tentang gender akan lebih sempurna dan lebih mudah untuk bisa membangun bentuk keadilan gender antara laki-laki dan perempuan.
Terima kasih…
Masih terus berproses ….