Start

Sabtu, 15 Februari 2020

Manusia antara benar dan salah

Menjadi manusia itu sulit, benar dan salahnya pun relatif. Apakah kita sudah menjadi manusia yang memanusiakan? Memanusiakan diri sendiri saja masih penuh kebimbangan, apalagi memanusiakan manusia yang lainnya, semuanya butuh perjuangan dan perseteruan atas semuanya. 

Sampai detik  ini pun kita masih berusaha untuk menjadi manusia, manusia seperti apakah yang diharapkan? Coba tanyakan pada diri sendiri .. Jika perlu waktu untuk menertawakan diri sendiri, maka tertawalah dengan apa adanya tanpa harus dibuat-buat...  


#captionala #spam

Jtb, 31 juli 2019
@aenicomdev

Lawan emosi dirimu sendiri dengan penuh ketenangan

Setiap agama tidak akan mungkin mengajarkanmu untuk melakukan suatu keburukan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika hal itu terjadi, bukan agamanya yg mesti disalahkan, melainkan kesalahannya ada pada dirimu sendiri yang belum mampu mengendalikan diri sbg subjek utama kehidupan. 

Manusia dari latar belakang sosial manapun berpotensi untuk melakukan kesalahan. Jika bukan diri sendiri yang dapat mengendalikannya, siapa lagi??? Tak perlu merasa suci hanya karena kamu rajin ibadah, menutup aurat, keturunan darah biru dan lain-lain.  

Belajar sabar, belajar ikhlas, belajar bersyukur, menerima diri sendiri itu tidak semudah dengan apa yang kita ucapkan dalam lisan.

Kita akan selalu dihadapkan  dengan pertarungan  emosional yang ada pada diri kita sendiri .. 

#selflove #beyourself ☺❤😎

Cirebon, 5 oktober 2019

Membaca adalah PR kita bersama

Aku dan buku yang belum menyatu, karena masih saja bersiteru. Jika membaca ibarat asupan wajib bagi tubuh, maka membaca adalah hal yang harus direalisasikan setiap waktu..

So, membaca adalah PR kita bersama. Dengan banyak baca maka kita akan mampu mengubah kata menjadi kalimat dan bahkan menjadi cakrawala bagi dunia. Bukan hanya tubuh secara jasmani saja yg membutuhkan asupan, melainkan pikiran kita pun butuh asupan ide dan gagasan melalui berbagai pengetahuan yg kita baca lalu terefleksikan...

  *Iqro bismirobbikalladzii kholaq!* 😇

Ketenangan itu ...

Ketenangan itu bukan hanya diperoleh dari seberapa megahnya tempat ibadah, tapi seberapa hidmatnya kita saat menghadap dan bersujud dengan penuh keyakinan juga pasrah bahwa kehadiranNya begitu dekat dan mampu kita rasakan. 

Alloh ... 

Aku percaya, kamu punya cara untuk mengatur hidupmu sendiri

Tumbuh dan berkembanglah dengan caramu sendiri bersama jalan yang ingin kau tempuh sampai kau mengenali siapa dirimu dan ingin seperti apa kau memperlakukan dirimu.


Selama jasad masih dikandung badan, tidak ada proses yang harus kau akhiri, melainkan harus terus kau jelajahi sampai waktu yang tak bisa dipungkiri lagi.


Mari berselancar menyelami kehidupan karena nasib baik masih bisa kita upayakan ..  


Uwuwu~~~

Cirebon, 22 Juni 2019
@aenicomdev

Dirimu

Dirimu terdidik oleh banyak nasehat, kebiasaan, pengalaman, cinta dan lingkungan sekitar. Jadilah dirimu yang apa adanya tanpa harus mengadakan yang tidak ada.


Catatan 27 Juli 2019

Minggu, 01 Desember 2019

Perkuliahan dan kelulusan

                       by @aenicomdev


Apa kabar dunia perkuliahan?
Sudahkah anda bosan dan jenuh dengan segala aktivitas perkuliahanmu?
Semoga tetap bisa menjaga akal sehat dan kewarasan dalam setiap proses pembelajaran yang sedang dinikmati saat ini. 
Jangan sampai menyesal dikemudian hari.
Selamat berproses teruntuk siapa pun yang sedang belajar. 

Jika boleh berbagi,
Apa sih yang paling di elu-elukan oleh kebanyakan mahasiswa selain penyelesaian tugas akhir akademis (red : Skripsi, Thesis, Disertasi) ?

Tentunya, kelulusan adalah sesuatu yang paling dinantikan oleh para mahasiswa, terlebih mahasiswa tingkat akhir. Bagaimana tidak, beban mental sebagai status mahasiswa tingkat akhir lebih berat dibanding mahasiswa tingkat awal. Terlebih pengharapan orang tua yang menginginkan kesuksesan anaknya pasca kelulusan. True or not?

Hal ini memang tidak bisa digeneralisasikan ke semua mahasiswa, baik yang sudah sampai ke tingkat akhir atau pun ke mahasiswa yang baru saja menikmati awal-awal masa perkuliahan. Karena tiap pengalaman individu dan perjalanan spiritual sebagai seorang pembelajar adalah berbeda-beda. 

Jadi, jika kembali memunculkan pernyataan tersebut, maka akan menemukan jawaban yang beragam dari tiap-tiap individu dengan latar belakang pengalaman pribadinya. Kurasa begitu.

Namun, disini saya akan mencoba berbagi pengalaman sebagai seorang pekerja yang sempat merasakan bagaimana rasanya menyandang sebagai mahasiswa tingkat akhir, kala itu.

Bagaimana saya akan memulai?
Tentunya saya akan meriview sedikit pengalaman pribadi yang pernah berkesempatan menjadi mahasiswa dan merasakan bagaimana pahit manisnya dimasa-masa awal perkuliahan sebelum sampai pada masa-masa akhir perkuliahan yang bisa dikatakan sebagai masa-masa rawan dan dilema tingkat dewa oleh banyak faktor (internal,eksternal).

Awal-awal masa perkuliahan memanglah sangat membahagiakan, bertemu banyak kawan dari berbagai latar belakang yang berbeda dan juga cara pandang yang berbeda pula dalam menanggapi sesuatu. Tapi, dari situlah pembelajaran dimulai sebelum bergelut dengan banyak teori. Yaitu, memahami individu satu persatu untuk bisa saling berinteraksi satu sama lain. Istilah kerennya : tak kenal maka tak sayang. Baiklah, diawal pertemuan satu persatu sudah bisa saling mengenal, meski hanya sebatas nama dan asal alamat saja secara singkat.

Berjalannya waktu, komunikasi antar sesama kawan baru semakin lebih intens satu sama lain, baik berlanjut melalui handpone ataupun berdiskusi secara langsung. Dari situlah kedekatan antar sesama kawan satu kelas bisa terjalin seperti keluarga, hingga tak terasa huru hara kita berhasil dilewati bersama dari tahun ke tahun sampai tahun keempat. Skip~~

Sebelum memasuki tahun keempat, sudah banyak proses pembelajaran yang kita dapatkan. Akan tetapi, biasanya dari tahun ke tahun jumlah kawan satu kelas kita akan mengalami seleksi alam dengan berbagai kondisi latar belakang yang berbeda (red : menikah, pindah jurusan, drop out), sehingga semakin bertambah tahun semakin sedikit pula kawan-kawan kelas yang bisa bertahan hingga masa-masa akhir menjelang perpisahan. Seleksi alam memang akan berlaku dimana pun. Meskipun begitu, kekeluargaan yang sudah kita jalin tidak akan mudah dilupakan begitu saja. Ketika kesempatan untuk dipertemukan kembali itu ada, maka perlakuan kita akan tetap sama, saling berbagi tawa dan kebahagiaan tentunya. 

Kita harus memahami bahwa setiap individu pasti memiliki zona waktu yang berbeda untuk menentukan suatu pilihan. Dari kita pun sama, ada yang memilih lebih dulu untuk menyelesaikan skripsi, ada pula yang memilih untuk bersantai ria dalam menggarapnya, meski saya yakin bayang-bayang skripsi akan terus menghantui setiap waktu. Uwuwu~~

Disini bisa kita lihat beberapa kategori dalam proses penggarapan tugas akhir kuliah sependek yang saya tahu. Ada yang menggarap dengan penargetan waktu hingga cepat tuntas, ada yang setengah-setengah karena banyak faktor yang melatar belakangi, ada yang menggarap secara bersamaan hingga selesai bersama, ada yang hanya dipikirkan saja tanpa menghasilkan tulisan, ada yang tiba-tiba menghilang dari peredaran, ada yang diam-diam saja tapi mengerjakan, ada pula yang sama sekali lepas landas tidak menyentuh persoalan tugas akhir akademis dan banyak kategori lainnya yang akan menjangkiti para mahasiswa yang berada dimasa akhir perkuliahan. 

Jika kelulusan adalah suatu tujuan yang paling dielu-elukan dalam dunia perkuliahan, apakah sudah siap  untuk menghadapi realitas dan kejutan-kejutan kehidupan pasca kelulusan???

Setiap dari kamu berhak menentukan pilihan.
Tentukan pilihanmu, dan yakinlah bahwa apa yang menjadi pilihanmu mampu membawa kebahagiaan untuk dirimu sendiri dan juga orang-orang disekelilingmu. 

Welcome December~~~





#coretanpekerja
#pekerjapemula
#bukanmahasiswa


Cirebon, 1 Desember 2019