11 hari sudah aku lalui masa-masa nifas pasca melahirkan seorang anak perempuan pertama yang sudah meninggal. Tarik nafas sebentar ...
Pikiranku random, aku selalu berusaha untuk mengalihkan pikiranku agar tidak berlarut-larut dalam mimpi burukku kemarin.
Hari demi hari aku lalui seperti memulai hidup baru lagi. Aku mulai meraba-raba kehidupan, karena kehidupan setelah menikah yang sudah aku impikan seketika pupus begitu saja.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.
Hari ini aku pengen coret-coret tulisan yang mungkin tak beraturan ...
Tulisan untuk diri sendiri, jika ada yang berkenan untuk membacanya pun aku persilahkan.
All about me as woman
Perempuan akan melewati proses pengalaman biologisnya dari waktu ke waktu. Yang pertama, ketika ia mulai beranjak remaja akan mengalami Haid/Menstruasi. Selanjutnya ketika ia sudah beranjak dewasa dan sudah menikah akan merasakan kehamilan, melahirkan lalu menyusui.
Hal itu merupakan pengalaman biologis perempuan yang tidak bisa digantikan perannya. Setiap tahapannya pasti akan dibarengi dengan rasa sakit yang berbeda-beda dan hanya perempuan yang merasakan bagaimana sakitnya saat menstruasi, saat awal-awal kehamilan, lalu sampai pada saat proses melahirkan lalu menyusui.
Tetapi, bagi perempuan rasa sakit itu menjadi hal yang sudah biasa meski berikatan erat dengan darah juga air mata. Dari situlah perempuan terlatih menjadi sosok yang kuat dan bermental baja. Karena dari rahimnya-lah ia dapat melahirkan manusia-manusia pilihan meski nyawa yang bakal ia korbankan.
Perjuangan melahirkan adalah perjuangan nyawa perempuan yang diambang kematian. Harapan besarnya adalah ibu dan anak bisa terselamatkan, supaya perjuangan antara hidup dan mati seorang ibu dapat terbayarkan dengan mendengarkan suara tangisan bayi di ruang persalinan. Prosesnya baik yang melalui kelahiran normal maupun kelahiran melalui proses sesar. Semua ibu tetap sempurna.
Selanjutnya, selamat meng(asi)hi dan membahagiakan buah hati tercinta dengan sepenuh hati.
Jika yang terjadi tidak sesuai harapan, kita harus siap dengan takdir Tuhan yang terberikan. Karena bicara soal takdir, kita sudah tidak bisa berkutik lagi. Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk semua makhluknya. Stay positif ...
Buka aib sebentar, wkwk
Menyesal pernah berada diposisi itu
Aku pernah menjadi bagian dari perempuan yang meremehkan perempuan lainnya. Ketika ada perempuan yang merasakan sakit karena nyeri haid, aku bersikap masa bodoh, tak peduli, cuek, karena aku merasa ketika haid reaksiku tidak begitu berlebihan untuk mengatasi rasa sakitnya. Jadi, seolah-olah perempuan lain yang mengeluh sakit nyeri haid itu manja dan berlebihan. Padahal, setiap kondisi perempuan itu berbeda-beda. Harusnya aku memahami hal itu. Sikap-sikap yang seperti itu tidak layak untuk kita pelihara. Jadi, jangan diteruskan ya sebagai atas nama perempuan.
Selain itu aku pernah berada di posisi perempuan yang meremehkan perempuan yang memberikan asi formula kepada anaknya, menyayangkan proses perempuan yang melahirkan secara sesar dan banyak hal lainnya yang aku anggap bahwa aku pernah berada dititik yang selalu meremehkan antar sesama perempuan. Hal itu mesti diakui karena kekuranganku dalam belajar soal kepekaan dan kepedulian antar sesama perempuan sangatlah minim aku dapatkan.
Oleh karenanya, selama jasad masih dikandung badan kita harus terus belajar soal perkara kehidupan yang lebih mendalam lagi. Nikmati selalu perjalanan spiritual kita dalam melihat, mendengar, merasa, mengamati situasi dan kondisi yang terjadi disekitar kita. Jangan berhenti melangkah.
Jika masih ada perempuan yang berada dalam posisi yang merendahkan sesama perempuan dalam hal-hal sekecil apapun semoga segera beranjak dan move on untuk belajar lebih peka dan peduli lagi terhadap perasaan orang lain terutama perasaan perempuan yang sangat begitu sensitif jika disentil dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan privasinya atau segala bentuk pilihan-pilihan yang berdasarkan kesadarannya.
Jadi, mulai saat ini sudah harus bisa menghargai apapun yang menjadi pilihan seseorang.
Kita tak perlu bersusah payah menghakimi atau menghukumi pilihan hidup orang lain terutama menyentil hal-hal yang bersifat sentimentil.
Semoga kita bisa sama-sama belajar untuk terus mengintropeksi diri apa yang menjadi kekurangan kita, supaya kita tidak selalu sibuk memikirkan kekurangan orang lain saja.
Semakin berumur, harus semakin terukur secara ucapan,pikiran dan tindakan.
Bismillah bisa yuk bisa.
Tangerang Selatan, 7 Juli 2021 22.13
@aenicomdev