Start

Rabu, 07 Juli 2021

Pengalaman Perempuan


Tulisan campur sari disela-sela bedrest

11 hari sudah aku lalui masa-masa nifas pasca melahirkan seorang anak perempuan pertama yang sudah meninggal. Tarik nafas sebentar ... 

Pikiranku random, aku selalu berusaha untuk mengalihkan pikiranku agar tidak berlarut-larut dalam mimpi burukku kemarin.

Hari demi hari aku lalui seperti memulai hidup baru lagi. Aku mulai meraba-raba kehidupan, karena kehidupan setelah menikah yang sudah aku impikan seketika pupus begitu saja. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.

Hari ini aku pengen coret-coret tulisan yang mungkin tak beraturan ... 

Tulisan untuk diri sendiri, jika ada yang berkenan untuk membacanya pun aku persilahkan.

All about me as woman

Perempuan akan melewati proses pengalaman biologisnya dari waktu ke waktu. Yang pertama, ketika ia mulai beranjak remaja akan mengalami Haid/Menstruasi. Selanjutnya ketika ia sudah beranjak dewasa dan sudah menikah akan merasakan kehamilan, melahirkan lalu menyusui. 

Hal itu merupakan pengalaman biologis perempuan yang tidak bisa digantikan perannya. Setiap tahapannya pasti akan dibarengi dengan rasa sakit yang berbeda-beda dan hanya perempuan yang merasakan bagaimana sakitnya saat menstruasi, saat awal-awal kehamilan, lalu sampai pada saat proses melahirkan lalu menyusui.

Tetapi, bagi perempuan rasa sakit itu menjadi hal yang sudah biasa meski berikatan erat dengan darah juga air mata. Dari situlah perempuan terlatih menjadi sosok yang kuat dan bermental baja. Karena dari rahimnya-lah ia dapat melahirkan manusia-manusia pilihan meski nyawa yang bakal ia korbankan. 

Perjuangan melahirkan adalah perjuangan nyawa perempuan yang diambang kematian. Harapan besarnya adalah ibu dan anak bisa terselamatkan, supaya perjuangan antara hidup dan mati seorang ibu dapat terbayarkan dengan mendengarkan suara tangisan bayi di ruang persalinan. Prosesnya baik yang melalui kelahiran normal maupun kelahiran melalui proses sesar. Semua ibu tetap sempurna. 
Selanjutnya, selamat meng(asi)hi dan membahagiakan buah hati tercinta dengan sepenuh hati. 

Jika yang terjadi tidak sesuai harapan, kita harus siap dengan takdir Tuhan yang terberikan. Karena bicara soal takdir, kita sudah tidak bisa berkutik lagi. Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk semua makhluknya. Stay positif ...

Buka aib sebentar, wkwk
Menyesal pernah berada diposisi itu

Aku pernah menjadi bagian dari perempuan yang meremehkan perempuan lainnya. Ketika ada perempuan yang merasakan sakit karena nyeri haid, aku bersikap masa bodoh, tak peduli, cuek, karena aku merasa ketika haid reaksiku tidak begitu berlebihan untuk mengatasi rasa sakitnya. Jadi, seolah-olah perempuan lain yang mengeluh sakit nyeri haid itu manja dan berlebihan. Padahal, setiap kondisi perempuan itu berbeda-beda. Harusnya aku memahami hal itu. Sikap-sikap yang seperti itu tidak layak untuk kita pelihara. Jadi, jangan diteruskan ya sebagai atas nama perempuan.

Selain itu aku pernah berada di posisi perempuan yang meremehkan perempuan yang memberikan asi formula kepada anaknya, menyayangkan proses perempuan yang melahirkan secara sesar dan banyak hal lainnya yang aku anggap bahwa aku pernah berada dititik yang selalu meremehkan antar sesama perempuan. Hal itu mesti diakui karena kekuranganku dalam belajar soal kepekaan dan kepedulian antar sesama perempuan sangatlah minim aku dapatkan. 

Oleh karenanya, selama jasad masih dikandung badan kita harus terus belajar soal perkara kehidupan yang lebih mendalam lagi. Nikmati selalu perjalanan spiritual kita dalam melihat, mendengar, merasa, mengamati situasi dan kondisi yang terjadi disekitar kita. Jangan berhenti melangkah.

Jika masih ada perempuan yang berada dalam posisi yang merendahkan sesama perempuan dalam hal-hal sekecil apapun semoga segera beranjak dan move on untuk belajar lebih peka dan peduli lagi terhadap perasaan orang lain terutama perasaan perempuan yang sangat begitu sensitif jika disentil dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan privasinya atau segala bentuk pilihan-pilihan yang berdasarkan kesadarannya. 

Jadi, mulai saat ini sudah harus bisa menghargai apapun yang menjadi pilihan seseorang. 
Kita tak perlu bersusah payah menghakimi atau menghukumi pilihan hidup orang lain terutama menyentil hal-hal yang bersifat sentimentil. 

Semoga kita bisa sama-sama belajar untuk terus mengintropeksi diri apa yang menjadi kekurangan kita, supaya kita tidak selalu sibuk memikirkan kekurangan orang lain saja.

Semakin berumur, harus semakin terukur secara ucapan,pikiran dan tindakan.

Bismillah bisa yuk bisa.

Tangerang Selatan, 7 Juli 2021 22.13

@aenicomdev






Minggu, 04 Juli 2021

Kelahiran Nadira, Anak Pertama

Periksa Kehamilan ke Dokter Obgyn

Hari Sabtu, 26 Juni 2021 Saya dan suami pergi ke Klinik untuk melihat kondisi kandunganku yang sudah memasuki usia 35 minggu melalui  USG 4D oleh Dr. Adil, SPOG.

Sebelum diperiksa melalui USG 4D, dokter memeriksaku dengan USG 3D terlebih dahulu. Dokter langsung memeriksaku dengan didampingi oleh asistennya. Saya pun menginformasikan ke dokter bahwa satu minggu ini kandunganku tidak ada gerakan. Dokter pun menyudahi pemeriksaan usg tersebut dan menyuruhku untuk kembali duduk. Setelah itu, dokter memberitahukan kepada kami, bahwa anak yang ada di dalam kandunganku sudah meninggal. 
Innalillahi wa innailaihi rojiun.

Saya ga percaya dengan perkataan dokter tersebut. Saya hanya bisa diam dan merasa sangat syok untuk menerima kenyataan baru yang sungguh sangat menyakitkan dihati. Suami pun langsung menenangkanku untuk bisa menerima semuanya.
Tapi, hati perempuan mana yang tidak sedih mendengar berita tak terduga dan sangat tidak diharapkan ini. Saya sudah sangat bahagia untuk bisa segera menyambut kelahiran anak saya yang pertama. Semua itu pupus begitu saja. 

Dokter pun memberikan rujukan kepada kami untuk periksa lanjutan ke RS. Kami dirujuk untuk pergi ke RS Pena Bogor. Setelah itu, kami langsung pulang dengan perasaan yang sangat tidak karuan. 

Setelah sampai di rumah, saya menangis seakan ga percaya kalau anak yang saya kandung sudah meninggal. Jadi, saya pun harus segera ke Rumah Sakit untuk diperiksa lebih lanjut dan dilakukan persalinan sebelum waktunya.

Tetanggaku menyarankan untuk segera ditangani di RS terdekat saja, yaitu RS Hermina Serpong, meskipun rujukan dari Dokter bukan di RS tersebut. Kondisi sudah malam, akhirnya kami pun pergi ke RS di pagi harinya saja. Alhamdulillah proses dipermudah meski saya tidak diperbolehkan masuk ke ruang IGD, karena sudah penuh dengan pasien lainnya. Akhirnya saya disarankan untuk istirahat di ruangan praktek dokter anak untuk sementara waktu sambil menunggu proses administrasi beres dan proses screening covid terlebih dahulu.

Sebelum dipindah ke ruangan persalinan, kandungan saya di periksa oleh perawat dengan alat pendeteksi detak jantung, dan benar detak jantung anak saya tidak ditemukan. Akhirnya, dilanjut periksa ulang melalui USG untuk memastikan kembali, dan hasilnya masih sama bahwa memang sudah tidak ada detak jantung. Malang sekali nasib anakku. Allah lebih sayang padanya.

Setelah selesai diperiksa, saya lanjut untuk di screening kesehatan terlebih dahulu dengan beberapa tahapan. Yang pertama Swab Antigen, cek darah, dan ronsen. Alhamdulillah hasilnya negatif semua, tidak terpapar oleh virus Covid-19. 

Kami menunggu cukup lama sampai bisa pindah ke ruang persalinan. Sekitar jam setengah tiga sore saya baru bisa dipindah ke ruang persalinan. Ada beberapa perawat yang menanganiku. Saya pun langsung ditangani dengan diberikan beberapa obat untuk dimulainya proses persalinan dengan cara induksi. Yaitu, memasukkan obat ke dalam vagina, oral agar bisa terjadi kontraksi hebat supaya bisa mengeluarkan bayi yang ada di dalam perutku. 

Sungguh luar biasa rasanya, setelah obat-obat tersebut sudah mulai bereaksi. Saya pun mulai merasakan rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasakan oleh tubuh perempuan. 
Semakin lama, kontraksi perut semakin hebat, hingga akhirnya ada pembukaan pada vagina, dimulai dari pembukaan 3 sampai tiba waktunya saya sudah merasakan untuk mengejan dengan sendirinya, ga bisa ditahan lagi. Tapi, perawat menyarankan untuk tidak boleh mengejan. 

Kelahiran Anak Pertama, Nadira Qomaruddin

Akhirnya, pada hari Minggu 27 Juni 2021 pukul 19.30 anak perempuan saya yang pertama bisa dilahirkan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Alhamdulillah saya bisa melahirkannya meski tidak bisa memeluk dan menggendongnya, suara tangisannya saja tidak ada. Saya tidak bisa berharap banyak lagi. Hanya bisa menangis dan menangis dan pasrah dengan takdir Tuhan yang luar biasa ini. Allah ....

Bayangan melahirkan yang tidak sesuai ekspektasi ini sungguh menyayat hati. Tapi, saya kembali pada keimanan diri bahwa apa yang terjadi pada hidup ini tidak terlepas dari takdir terbaik Tuhan untuk hidup kami dan anak kami. Saya harus bisa berfikir positif bahwa akan ada hikmah dibalik semua kejadian ini. 
Wallahu a'lam 

Anak pertama saya sudah kembali pada sang penciptanya. Saat ini, tinggal saya yang harus memperjuangkan hidup saya sendiri untuk kembali memulai hidup baru lagi bersama suami. Bismillah saya bisa melewati semuanya dengan baik.

Doa terbaik dari seorang ibu teruntuk anak yang sempat saya kandung selama 8 bulan 3 minggu.

"Anakku, yang kuberi nama Nadira Qomaruddin. Kehadiranmu dalam rahimku, sudah mengukir suatu kebahagiaan ayah dan ibumu di dunia. Kami sudah membayangkan akan menyambutmu dengan penuh rasa bahagia dihari kelahiranmu nanti dan berjanji akan mendidikmu dengan baik hingga kau bisa tumbuh menjadi manusia yang utuh secara lahir dan bathinmu. Tapi, Allah berkehendak lain sayang, katanya kamu adalah salah satu manusia pilihan yang sangat dicintai oleh Allah. Allah lebih mencintaimu, hingga kau pun dipanggil kembali untuk tetap berada disisi terindahNya. Allah akan menjadikanmu bidadari surga yang sangat cantik dan hanya ada kebahagiaan yang akan kau dapatkan disana. Terima kasih sudah hadir dalam rahim ibumu. Baik-baik disana sayang. Selamat jalan".

Kamu adalah kebahagiaan dan namamu akan terukir dalam titik nadirku, selamanya.


Tangerang Selatan, 4 Juli 2021

@aenicomdev